Islamophobia memang bukan persoalan enteng di Inggris. Pasca Tragedi 9/11 di New York City, AS, gelombang kebencian terhadap Islam juga meningkat di kalangan rakyat Negeri Ratu Elizabeth yang memiliki hubungan emosional khusus dengan warga AS. Survei yang dilakukan YouGov sepanjang 2015-2017 menunjukkan hasil 60% rakyat Inggris menganggap “ajaran Islam bertentangan dengan nilai-nilai Inggris”. Namun sejak Mo Salah bergabung dengan Liverpool pada Juni 2017 dan menorehkan kontribusi emas bagi klub, angka Islamophobia terus menurun secara signifikan.
Ternyata hal ini bukan hanya angka-angka di atas kertas. Seorang fans sepak bola bernama Ben Bird memutuskan untuk menjadi muslim setelah terkesima menyimak kehidupan Mo Salah di dalam dan di luar lapangan sepak bola. “Dulu saya seorang Islamophobia dan anggap semua muslim di Inggris adalah teroris,” ungkapnya kepada harian The Guardian, 3 Oktober 2019. “Saya menganggap orang-orang Islam itu tak mau berbaur dan punya tujuan untuk mengambil alih Inggris. Saya selalu melihat kaum muslimin seperti gajah di dalam ruangan. Saya benci mereka,” lanjutnya.
Ben bukan fans Liverpool, dia penggemar fanatik klub Nottingham Forest dan pemegang tiket musiman. Tapi kehadiran Mo Salah di Stadion Anfield dan berita tentang dirinya yang terus meningkat dari waktu ke waktu membuat Ben memutuskan untuk lebih menggali lebih dalam tentang kehidupan sang bintang dan ajaran Islam. “Kehidupan Salah menunjukkan kepada saya bahwa bahwa Anda bisa hidup normal dengan menjadi seorang muslim. Begitu saya membaca (terjemahan) Al Qur’an dan ajaran Islam, saya menemukan hal berbeda dari yang sering dipublikasikasikan media massa,” paparnya.
Singkat cerita, Ben kemudian memutuskan menjadi pemeluk agama Islam. Apa yang akan dilakukannya sekarang? “Sebetulnya saya sama saja dengan Ben yang dulu. Yang akan berubah hanya gaya hidup saya. Sebelum memeluk Islam, saya menonton pertandingan sepak bola di stadion atau pub, diikuti dengan pasang taruhan, sebelum menyadari kehilangan banyak uang karena kalah judi. Ini bagian budaya fans sepak bola di Inggris. Setelah menjadi muslim, saya harus ubah kebiasaan (bertaruh) itu. Sebagai muslim saya harus berjuang keras agar tak lagi punya kebiasaan itu. Mo Salah adalah hadiah dari Allah bagi keislaman saya.”
Sebulan sebelum masuk Ramadhan, di awal Maret 2022, pesepakbola legendaris Belanda Clarence Seedorf, mengumumkan dirinya menjadi seorang muslim. “Saya tak akan mengubah nama saya dan tetap menggunakan nama yang diberikan orang tua saya, Clarence Seedorf!” ungkap satu-satunya pesepakbola yang pernah meraih Piala Champions bersama tiga klub berbeda di tiga negara, AC Milan (Italia), Real Madrid (Spanyol) dan Ajax (Belanda).
Ketertarikan Seedorf pada Islam tak lepas dari persahabatannya dengan Khabib Nurmagomedov, mantan petarung legendaris MMA ( Mixed Martial Arts) kelahiran Republik Dagestan, Rusia. Sejak 2021 keduanya meluncurkan sekolah sepak bola Seedorf Khabib Performance Club di bawah payung perusahaan SK Sport Holding yang menggabungkan teknik sepak bola modern dengan metode latihan ala tarung bebas.
Ayah Khabib, Abdulmanap Nurmagomedov—mantan judoka dan pelatih olah raga untuk tentara—adalah fans Seedorf sejak lama. Sementara Khabib sendiri jika sedang tak berlatih MMA sering melatih keahlian kakinya dalam menggocek bola di lapangan hijau. “Kami memiliki misi yang sama dalam hidup,” ujar Seedorf tentang sekolah sepak bola yang didirikannya bersama Khabib, “Kami ingin memberikan sesuatu yang positif kepada generasi muda.”
Dua legenda olah raga yang bersatu merintis metode baru ini memang belum bisa dilihat hasilnya. Akankah mereka mampu mencetak pesepakbola muda dengan semangat pantang mundur khas petarung MMA? Waktu yang akan membuktikannya. Namun kerjasama mereka yang kini terbuhul makin erat dengan kesamaan imam membuat gocekan syiar di lapangan hijau kian berpendar dan gemebyar.