Ternyata wasit memberikan kesempatan kepada Moussa Niakhate, pemain muslim Mainz 05 berkebangsaan Prancis, untuk iftar karena sudah masuk waktu maghrib. Niakhate membatalkan puasa dengan meminum air botol yang disorongkan kiper Robin Zentner. Setelah jeda beberapa detik itu, Niakhate menjabat tangan wasit Joellenbeck untuk berterima kasih di bawah aplaus meriah penonton. Pertandingan kembali dilanjutkan. Indahnya penghormatan terhadap spirit beribadah di tengah sportifitas olah raga yang bergairah.
Dari perempat final Liga Champions, pengaruh Ramadhan memancar saat Real Madrid bertemu Chelsea. Sebelum ini Real Madrid yang berjuluk Si Putih (“Los Blancos”) tak pernah menang melawan Si Biru (“The Blues”) di kompetisi resmi Eropa. Tetapi Kamis, 7/4, dini hari WIB, itu terjadi keajaiban. Bintang Los Blancos, Karim Mostafa Benzema yang baru iftar 15 menit menjelang free kick bermain super rancak di Stamford Bridge. Pemain berusia 34 tahun itu melesakkan hat trick ke gawang Chelsea.
“Malam yang magis,” ujar Benzema, pesepakbola Prancis berdarah Aljazair. Puasa Ramadhan alih-alih membuatnya loyo dan tidak produktif, justru menajamkan kemampuannya. “Berikan teman saya Benzi, Ballon D’Or 2022,” puji Mesut Özil, pemain Jerman yang pernah menjadi rekan satu tim di Real Madrid. Ballon D’Or (Bola Emas) adalah penghargaan tahunan bagi pesepakbola terbaik. Kiper legendaris Spanyol, Iker Casillas, mencuit komentar lebih ekstrem. “K9 (“K” untuk Karim, dan 9 adalah nomer kaus Benzema – ANB) adalah spiderman. K9 adalah wolverine ... K9 adalah presiden AS. K9 adalah malaikat pelindungmu. K9 adalah tuhan!”
“Gocekan” syiar di antara gol-gol tenar sejatinya bukan hanya diukir Karim Benzema, juga oleh N'Golo Kanté (Chelsea), Sadio Mané (Liverpool), Paul Pogba (Manchester United), Mesut Özil (Fenerbahçe), Riyad Mahrez (Manchester City), Franck Ribéry (Fiorentina), Emre Can (Borussia Dortmund), Pierre-Emerick Aubameyang (Barcelona), Xherdan Shaqiri (Chicago Fire), Granit Xhaka (Arsenal), Mehdi Benatia (Juventus), Edin Džeko (Roma), Ahmed Musa (CSKA Moscow), Miralem Pjani? (Barcelona), dan tentu saja, Mohamed Salah (Liverpool), untuk menyebut beberapa sosok pesepakbola muslim.
Untuk nama terakhir yang berdarah Mesir, fans Liverpool bahkan membuat lagu khusus dengan cuplikan syair: ... if he scores another few, then I’ll be muslim too/If he’s good enough for you/he’s good enough for me/Then sitting in a mosque is where I wanna be.”
Sebuah studi yang dilakukan Lab Kebijakan Imigrasi Universitas Stanford (Stanford University Immigration Policy Lab) dan dilansir ESPN pada 3 Juni 2019 menunjukkan kehadiran Mo Salah di Liverpool telah menurunkan sikap Islamophobia sebanyak 50% dan kejahatan berbasis rasisme sebanyak 19%.
“Responden mengetahui bagaimana sikap seorang muslim—mungkin pertama kali dalam hidup mereka—ketika melihat Mo Salah selalu sujud setiap kali mencetak gol,” bunyi salah satu poin penelitian yang melibatkan 8.000 orang fans Liverpool dan menganalis 15 juta cuitan fans setelah Mo Salah bergabung di klub Inggris itu. Tentang aksi sujud syukurnya itu sang pesepakbola menjelaskan, “Sudah kebiasaan saya sejak remaja. Di mana pun saya bermain bola kalau saya mencetak gol, saya selalu sujud di lapangan,” kata pesepakbola yang juga punya kebiasaan selalu berwudu sebelum bertanding ini.