Ilustrasi/Medcom
Ilustrasi/Medcom

5 Rahasia Cara Bikin Literature Review, Bikin Jurnal Q1 Langsung 'Approve'

Citra Larasati • 21 November 2025 16:00
Jakarta: Menembus jurnal internasional bereputasi tinggi seperti quartile 1 (Q1) merupakan impian banyak akademisi dan mahasiswa. Namun, prosesnya sering kali tidak mudah, salah satunya karena proses seleksinya yang ketat.

Apa Itu Jurnal Q1?

Mengutip laman serasipublisher.id, jurnal Q1 adalah jurnal ilmiah yang termasuk dalam kuartil pertama berdasarkan peringkat database seperti Scopus atau Web of Science. Kuartil menunjukkan jurnal tersebut termasuk dalam top 25 persen di bidang keilmuannya berdasarkan metrik seperti CiteScore atau Impact Factor.
 
Jurnal Q1 biasanya memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali. Seperti memiliki reputasi yang tinggi dan sering disitasi. Proses reviewnya sangat ketat dan fokus pada mutu dan novelty atau kebaruan riset, serta didukung institusi atau penerbit yang bereputasi.
 
Namun dalam perjalanan sebuah artikel ilmiah hingga dapat dipublikasi, hal yang paling krusial dan menentukan nasib naskah di mata reviewer adalah pada bagian literature review atau tinjauan pustakanya. Hal ini karena biasanya, literature review adalah komponen pertama yang akan dibaca reviewer, meskipun pada prinsipnya semua bagian dari jurnal manuskrip adalah sama pentingnya dalam penelitian. 

Di dalam literature review ini juga bagaimana cara peneliti meyakinkan reviewer tentang kontribusi dan research gap penelitian. Hal tersebut disampaikan Associate Professor of Marketing at Tasmanian School of Business and Economics, University of Tasmania, Denni Arli dalam unggahannya di akun Instagram @diarli.
 
Sifatnya yang krusial itu, menyebabkan banyak akademisi menyebut literature review sebagai “jantung” sebuah manuskrip akademik. 
 
Berikut adalah tiga tips penting dalam menyusun literature review agar naskah kamu dilirik jurnal Q1. 

5 Tips Menyusun Literature Review agar Tembus Jurnal Q1:

1. Pahami Tujuan Penulisan 

Hal pertama yang harus ditanamkan adalah memahami esensi dari literature review. Bagian ini bukan sekadar berisikan daftar bacaan, melainkan sebuah rangkuman analitis. Penulis harus mampu menjawab tiga pertanyaan kunci: Apa yang sudah diketahui sebelumnya? Apa yang belum diketahui? Dan mengapa kesenjangan (gap) informasi tersebut penting untuk diteliti?
 
Sebagai contoh, jika meneliti dampak iklan rokok di Indonesia, penulis tidak hanya memaparkan data iklan, tetapi harus menonjolkan aspek apa yang belum terjamah oleh peneliti sebelumnya dan urgensi mempelajarinya.

2. Mulai dengan Teori yang Kuat 

Jangan ragu untuk menempatkan teori yang solid di awal tinjauan pustaka. Teori ini berfungsi sebagai fondasi atau kacamata untuk menjelaskan fenomena yang diteliti.
 
Misalnya, dalam penelitian mengenai dampak orientasi keagamaan terhadap sikap lingkungan (attitude toward the environment), penulis bisa menggunakan Social Identity Theory. Teori ini relevan untuk menjelaskan bagaimana identitas sosial seseorang dapat memengaruhi cara berpikir dan perilaku mereka terhadap alam. Fondasi teori yang kuat akan memperkokoh model penelitian yang diajukan.

3. Lakukan Compare and Contrast 

Kesalahan umum penulis pemula adalah sekadar mendaftar temuan ("Penelitian A menemukan X, Penelitian B menemukan Y"). Hindari gaya penulisan seperti ini. Sebaliknya, gunakan teknik compare and contrast (membandingkan dan mempertentangkan).
 
Kelompokkan penelitian-penelitian sebelumnya dan tunjukkan bahwa ada kelompok peneliti yang menemukan hasil tertentu. Namun tunjukkan juga jika ada kelompok lain yang menemukan hasil berbeda.
 
Perbedaan temuan inilah yang menjadi pintu masuk untuk menegaskan research gap dan kontribusi penelitian Sobat Medcom. Untuk mempermudah proses ini, disarankan membuat tabel matriks yang merangkum penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik.
 
Tabel ini akan membantu memetakan posisi penelitian kamu di antara karya ilmiah yang sudah ada.

4. Gunakan Sitasi dari Jurnal Bereputasi 

Denni mengingatkan, pada waktu mensitasi jurnal-jurnal yang lama, gunakan jurnal terbaru setidaknya di lima tahun terakhir. "Dan itu adalah jurnal-jurnal Q1, pakailah jurnal-jurnal yang berkualitas di Scopus Q1,Q2. jangan terlalu banyak menyitasi jurnal-jurnal yang tidak bereputasi," tegas Denni.
 
Sitasi pada jurnal yang kurang bereputasi, akan menunjukkan literatur review yang Sobat Medcom susun kurang kuat. "Karena selalu lebih baik punya 20-40 jurnal high quality dari pada mensitasi 80 sampai ratusan jurnal tapi low quality dan low impact jurnal," imbuh Denni

5. Penutup Literature Review

Selalu akhiri bagian literature review dengan very clear theoritical contribution. "Jadi kalian harus jelaskan ini kontribusi teori dari peneliian saya. What your studywill change? jadi apa yang akan dihasilkan penelitian kalian, teori apa yang akan di-challenge sudah jelas, penelitian kalian itu akan mengubah atau mengganti debat yang terjadi saat ini," tandas Denni. Nah, semoga lima tips tersebut dapat diterapkan dan ampuh membawa penelitian Sobat Medcom menembus persaingan publikasi di jurnal Q1 ya. Selamat mencoba! (Sultan Rafly Dharmawan)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan