Padang lamun - DOK MI Sumaryanto Bronto
Padang lamun - DOK MI Sumaryanto Bronto

Peta Lamun Nasional Segera Diluncurkan

Renatha Swasty • 13 November 2025 12:48
Jakarta: Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Universitas Hasanuddin yang tergabung dalam Indonesia Seagrass Mapping Partnership telah menyelesaikan peta terumbu karang dan padang lamun. Peta ini rencananya dirilis pada November 2025. 
 
“Petanya sudah jadi, siap diluncurkan. Dengan ini kita akhirnya memiliki peta lamun nasional pertama yang telah divalidasi,” ujar Pakar Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir Universitas Gadjah Mada (UGM), sekaligus koordinator proyek, Pramaditya Wicaksono, dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis, 13 November 2025. 
 
Padang lamun sangat berperan menjaga kelangsungan hidup biota laut, membuat air laut jernih, dan menjadi stabilisator sedimen perairan. Namun vegetasi lamun (angiospermae) ini seringkali terabaikan di antara pesona terumbu karang dan rimbunnya hutan mangrove. 

Lamun memiliki peran ekologis sebagai area asuh bagi ribuan jenis ikan, mengikat sedimen untuk mencegah abrasi, menyimpan karbon, hingga sumber pakan utama bagi megafauna yang dilindungi, seperti dugong dan penyu hijau.
 
Prama menjelaskan pemetaan lamun tidak mudah. Bahkan, tim peneliti menghadapi tantangan lebih berat dibandingkan dengan pemetaan mangrove. 
 
“Lokasi lamun berada di bawah permukaan air sehingga pemetaan lebih menantang. Sementara kan mangrove kanopinya berada di atas permukaan dan dapat diamati melalui satelit secara langsung,” jelas dia. 
 
 
Ia mengatakan energi seperti infra merah diserap oleh air sehingga pilihan panjang gelombang yang digunakan untuk pemetaan lamun lebih terbatas dibandingkan dengan mangrove.
Menurutnya, pemetaan lamun nasional dilakukan dengan menggunakan data citra Sentinel-2 dengan resolusi spasial 10×10 meter yang diintegrasikan dengan data survei lapangan dan diproses melalui algoritma machine learning. 
 
Untuk akurasi peta yang dihasilkan kemudian dipastikan melalui dua tahap, yakni validasi lapangan langsung dan validasi publik. “Kita juga mengundang semua stakeholder di Indonesia mulai dari NGO, universitas, pemerintah pusat hingga hingga, untuk berkontribusi dalam proses validasi peta tersebut. Feedback dari mereka kita ulas kembali untuk proses finalisasi peta,” kata dia. 
 
Dosen pengampu Analisis dan Pemodelan Citra Digital Penginderaan Jauh dari Fakultas Geografi UGM ini menjelaskan ancaman yang terjadi pada ekosistem padang lamun, salah satunya sedimentasi yang belum teratasi. Pasalnya, sedimen masuk ke perairan pesisir menyebabkan air menjadi keruh sehingga lamun tidak dapat berfotosintesis secara optimal. 
 
“Sedimen ini juga dapat mengandung nutrisi yang membuat alga menjadi tumbuh subur sehingga lamun kalah kompetisi dengan alga.” papar dia. 
 
Ia menyebut ancaman signifikan lainnya, seperti pembangunan infrastruktur dan reklamasi pantai yang mengeruk padang lamun, kompetisi ruang dengan budidaya rumput laut, serta kerusakan fisik akibat baling-baling kapal pariwisata. Dengan adanya berbagai ancaman aktif tersebut, Prama menegaskan peta yang baru diselesaikan ini tidak bisa hanya menjadi dokumen statis. 
 
“Yang paling penting adalah sekarang bagaimana pemetaan itu dapat dilaksanakan secara rutin. Karena kan kita tidak hanya butuh informasi terkait lamun pada satu tanggal, tapi juga dinamikanya, apakah berkurang atau bertambah,” ujar dia. 
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan