Ilustrasi: Dugong sedang memakan lamun di perairan Indonesia. Foto: WWF/Jürgen Freund
Ilustrasi: Dugong sedang memakan lamun di perairan Indonesia. Foto: WWF/Jürgen Freund

Mencari Jejak Duyung di Pulau Bintan

Wandi Yusuf • 26 April 2018 07:01
Tanjungpinang: Seekor dugong atau duyung kedapatan mati terjerat jaring nelayan pada 2008 di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Dua tahun berselang, lima ekor dugong terperangkap di kelong pantai. Sebagian besar mati. 
 
Rentang 2010 hingga 2015, sudah ada delapan duyung yang terperangkap jaring ikan nelayan. Hanya seekor yang hidup, itu pun dugong yang masih kanak-kanak. Bukannya dilepaskan, anak duyung itu justru dijual.
 
Aktivitas perikanan tangkap menjadi ancaman besar bagi habitat dugong di Bintan. Sebagian besar dugong terperangkap di kelong pantai. Kelong menjadi salah satu alat nelayan Bintan menangkap ikan.

"Berdasarkan catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri, sebanyak 39 persen dugong masuk perangkap kelong pantai," demikian uraian Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bintan, Wan Rudy Iskandar, di Tanjung Pinang, 
Selasa, 24 April 2018.
 
Duyung semakin terancam setelah padang lamun, area utamanya mencari makan, ikut tergerus. Pembangunan wilayah pesisir di Bintan membuat padang lamun terpinggiran. Ini karena gerak reklamasi semakin masif. Reklamasi menjadi niscaya lantaran butuh pengembangan bandara di Busung. Juga untuk pengembangan wisata Lagoi Tresure Bay dan kawasan Trikora. 
 
Belum lagi untuk pendalaman alur laut di bakal pelabuhan internasional di Desa Berakit. Dari kasus ini saja, sebanyak dua hektare padang lamun harus direlakan hilang.
 
Baca: Sepenggal Cerita Pemburu Dugong
 
Ancaman lain ada pada sampah buangan dari luar dan dalam daerah. Tumpahan minyak kerap menjadi sosok menakutkan saat tiba musim utara. 
 
Aktivitas kapal nelayan juga beberapa kali menabrak dugong yang tengah berenang. Ini karena Dugong terkenal sebagai perenang lambat. Lajunya hanya 0,7 kilometer per jam atau seperlima kali lebih lambat dari aktivitas jalan kaki orang dewasa di darat.
 
Menyelamatkan lamun
 
Untuk melindungi habitat dugong, Pemprov Kepri kemudian mengeluarkan peraturan desa yang mengharuskan terdapat dua hektare padang lamun di empat desa. Meliputi, Desa Teluk Bakau, Desa Malang Rapat, Desa Berakit, dan Desa Pengudang. Keempat desa ini masih memiliki padang lamun yang tergolong sehat.
 
"Peraturan ini menjadi inisiatif pemprov untuk menyelamatkan padang lamun sebagai rumah bagi dugong," kata Wan Rudy. Keempat desa ini teridentifikasi memiliki padang lamun yang cukup luas di Bintan.
Mencari Jejak Duyung di Pulau Bintan
Sumber: DSCP Indonesia
 
Keberadaan padang lamun membuat Bintan terpilih sebagai satu dari empat daerah yang menjadi lokus proyek konservasi dugong dan lamun (DSCP) di Indonesia. Tiga lainnya antara lain Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah; Alor, Nusa Tenggara Timur; dan Tolitoli, Sulawesi Tengah.
 
Konservasi yang sudah berjalan sejak Januari 2016 ini menitikberatkan pada upaya menyelamatkan habitat dugong dan padang lamun. 
 
Inisiatif masyarakat
 
"Konservasi berfokus pada upaya menyadarkan masyarakat bahwa dugong dan lamun merupakan biota laut yang terancam punah dan patut dilindungi," kata Site Manager DSCP Indonesia untuk Bintan, Siti Kusmiati.
 
Pada September 2018 nanti, proyek konservasi berakhir. Peneliti yang tergabung di DSCP Indonesia, Adriani Sunuddin, berharap masyarakat Bintan punya kesadaran lebih terhadap hubungan saling menguntungkan antara dugong dan padang lamun.
 
"Proyek ini diharapkan membentuk sistem sosial ekologi yang ditimbulkan dari padang lamun yang ada di Bintan. Sehingga masyarakat sendiri yang memiliki kesadaran untuk menjaganya tetap lestari. Karena, ini untuk kepentingan anak-cucu mereka ke depan," kata dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
 
Baca: Survei Dugong dan Lamun di Gosong Beras Basah
 
Mencari Jejak Duyung di Pulau Bintan
Sumber: DSCP Indonesia
 
Lamun merupakan satu dari tiga ekosistem yang menunjang keberlangsungkan kehidupan di laut selain mangrove dan terumbu karang. 
 
"Ketiganya merupakan tempat berkembang biak ikan dan biotar perikanan lainnya. Ibarat rumah bagi ikan," kata Kepala Seksi Perlindungan Jenis Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sukendi Darmasyah. 
 
Ia menjamin konservasi terhadap lamun dan dugong di Bintan akan terus dilakukan walaupun proyek konservasi yang digagas DSCP Indonesia akan berakhir. "Jangan khawatir, pemerintah akan terus melaksanakan konservasi dugong dan lamun ini, terutama di Bintan," katanya.
 
Sukendi masih berkeyakinan Bintan merupakan daerah yang kelak menjadi salah satu habitat dugong di perairan Indonesia. Apalagi jika padang lamunnya semakin subur dan rapat. Walaupun, sampai sekarang, belum nampak dengan mata telanjang duyung sedang asyik memamah lamun di perairan yang hanya sepelemparan batu dari Singapura ini. 
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan