Faisal menyebut Java Drone difokuskan untuk pemetaan dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Beberapa produk yang diluncurkan oleh Java Drone di antaranya adalah Areal Mapping yang merupakan jenis pemetaan topografi, 3D Modelling yakni permodelan 3D khusus untuk cagar alam yang terancam punah, tree counting, plant health, dokumentasi, dan videogrammetry.
"Kemudian, kami mengembangkan tiga produk lagi yaitu inspeksi, 3D smart village dan aplikasi Geographic Information System (WebGIS). Sehingga kini terdapat sembilan produk," ujarnya.
Baca:
UGM Kembangkan Obat Covid-19
Menurut dia, Java Drone bisa membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan dapat memotong anggaran biaya. Java Drone telah diaplikasikan ke beberapa desa-desa tertinggal, di antaranya untuk Desa Ngepung, Nganjuk; Desa Lojejer, Jember; Desa Banjarasri, Sidoarjo; Desa Kedungbanteng, Sidoarjo; dan beberapa desa lainnya.
"Hingga kini, kami masih terus mengajukan penawaran ke beberapa desa tertinggal," ungkapnya.
Berkat inovasi tersebut, Faisal dan tim berhasil memperoleh kejuaraan dalam ajang Business Plan Competition (BPC) 2020 yang digelar Universitas Negeri Medan, awal November lalu. Dalam pengembangan produk, tim dibimbing dosen Teknik Geomatika, Khomsin.