"Yang kita urus ini bukan plastik, bukan sesuatu yang aman-aman saja, yang kita urus ini virus. Virus yang berbahaya, baik buat tenaga kesehatan, dan kalau nyebar berbahaya untuk sekeliling mobile lab itu, bukan mobile tapi mobil, itu yang sempat dipakai," ungkap Bambang.
Bambang melanjutkan, Satgas Covid-19 juga tak merespons positif ketika BPPT berhasil membuat Mobile Lab BSL 2 versi bus. Ia mengaku menyayangkan, padahal inovasi ini dibuat untuk kepentingan masyarakat.
"Kalau yang tadi, bikin jasa pakai mobil hiace tadi, sorry to say itu komersial. Mereka istilahnya mumpung, memanfaatkan, pemerintah lagi butuh tes besar-besaran, maka dia tawarkan konsep mobil tadi," cetus Bambang.
Baca: Mobile Lab, Inovasi Guna Kejar Kebutuhan Tes Covid-19
Bagi Bambang, situasi ini menunjukkan kalau dunia penelitian dan inovasi di Indonesia masih ironis. Satu sisi dituntut mencari solusi dari sebuah masalah, namun di sisi lain, solusi yang ada seringkali tak mau dieksekusi.
Bambang menegaskan, tugas peneliti adalah menyampaikan temuannya. Sedangkan, urusan operasional ada di tangan pembuat kebijakan atau user. Sebagai peneliti, kata dia, hal yang paling membahagiakan ialah ketika hasil inovasinya bisa digunakan dan bermanfaat bagi orang banyak.
"Saya harapkan Komisi VII, kalau misalnya yang versi bus ini ternyata kurang mendapat respons, atau tidak benar-benar dipakai, ya bagaimana lagi. karena kalau kita mengandalkan anggaran kita, tidak mungkin kita membuat dan membagikan begitu saja. Karena tugas kita bukan membagikan mobile lab, tapi melahirkan mobile lab yang diharapkan dipakai oleh user yang tepat," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id