Ilustrasi nyamuk penyebab demam berdarah. Dok Medcom.id
Ilustrasi nyamuk penyebab demam berdarah. Dok Medcom.id

Mengulik Jalan Panjang BRIN Meneliti DBD di Indonesia

Ilham Pratama Putra • 16 November 2021 09:03
Jakarta: Tiga orang ibu-ibu sedang asyik meramal cuaca. Ada yang bilang, sekarang ini musim pancaroba. 
 
Mereka mengeluhkan matahari yang sangat menyengat. "Bikin ubun-ubun pecah," katanya. Yang lain menimpali, "Neraka sudah bocor." Tapi, mereka juga bilang hujan bisa datang mendadak menggempur atap rumah. Jemuran yang tadinya separuh kering, bisa saja basah kembali.
 
Pembicaraan itu terdengar di sebuah warung tegal (Warteg) dalam gang bilangan Jakarta Selatan. Obrolan tiga ibu-ibu itu berlanjut dengan pembahasan yang terdengar sangat klinis.

"Bawa penyakit memang cuaca seperti ini. Anaknya ibu itu (tidak dapat disebutkan) kemarin dirawat karena DBD (Demam Berdarah Dengue)," lanjut percakapan tersebut.
 
Bicara DBD, penyakit itu tak bisa dianggap sepele. Faktanya, Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat kasus DBD paling tinggi di Asia Tenggara.
 
Baca: Peneliti UGM: Bakteri Wolbachia Turunkan Kasus DBD Hingga 77%
 
Kemunculan DBD di Indonesia dipengaruhi lingkungan alam tropis dan sanitasi yang buruk. Setidaknya itulah yang diungkap peneliti senior pada Pusat Riset Biologi Molekular (PRBM) Eijkman Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Tedjo Sasmono.
 
Tedjo diketahui telah melakukan penelitian terkait DBD bersama enam rekannya di BRIN sejak 2007. Menurut Tedjo, DBD juga sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.
 
Tedjo mengatakan, penelitiannya tentang DBD punya banyak topik. Ada soal dengue, dan arbovirus, kependekan dari Arthropod Borne Virus. Arbovirus adalah jenis virus yang menyebabkan dernam kuning, ensefalitis virus dan infeksi tertentu yang ditularkan ke manusia melalui berbagai jenis nyamuk.
 
"Terutama di epidemiologi molekuler, melihat genom virus, mengisolasi virus dan me-karakterisasinya di laboratorium. Bagaimana genetikanya hingga melihat asal-usul virus dengue di Indonesia," kata Tedjo ketika dihubungi Medcom.id, Sabtu, 13 November 2021.
 
Siapa sangka gerakannya bersama BRIN ini telah membawanya menjadi salah satu peneliti terbaik di Indonesia. Bahkan, pria yang memulai kariernya sebagai periset di LBM Eijkman pada 1994 itu kini menorehkan prestasi sebagai sosok yang masuk dalam daftar 2% saintis teratas dunia (Top 2 persen World Ranking Scientists).
 
 

Prestasi tersebut, tak lepas dari jurnal-jurnalnya yang juga telah dipublikasi secara global. Kemudian jurnal-jurnal itu pula yang menjadi dasar peneliti lain terkait DBD.
 
"Penelitian yang kami lakukan kan penelitian dasar ya. penelitian dasar yang memberikan data-data dasar suatu penyakit. Dalam hal ini dengue. Data-data dasar itu diantaranya sebaran virus dengue, tingkat imunitas populasi, hingga jenis-jenis virusnya. Penelitian itu nantinya bisa digunakan oleh berbagai stakholder," terang dia.
 
Dengan kata lain, penelitian yang dilakukan Tedjo harus dilirik dan menjadi bahan pertimbangan para pemangku kepentingan satu negara di tingkat pusat maupun daerah. Data dasar yang dimilikinya dapat menentukan apakah satu daerah memerlukan vaksin DBD atau sekadar memetakan ancaman kesehatan masyarakat di satu wilayah.
 
Tedjo mengatakan, pemberian vaksin tidak akan berguna, kalau tidak ada data serotipos (varian) virus. Apakah efikasinya akan bagus atau tidak, kata dia, memang harus melihat data-data dasar. 
 
"Di Indonesia ada empat serotipos virus dengue. Nah kalau terkonfirmasi secara ilmiah ya mereka akan confident juga, bahwa (vaksin) akan berguna. Percuma kalau menerapkan vaksin jika tidak ada penyakitnya, (vaksin) itu kan jadinya tidak akan berguna juga," lanjut Tedjo.
 
Peneliti Senior Pusat Riset Biologi Molekular (PRBM) Eijkman Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Tedjo Sasmono.
Peneliti Senior Pusat Riset Biologi Molekular (PRBM) Eijkman Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Tedjo Sasmono. (Dok Pribadi).
 
Kemudian, data dasar juga diperlukan untuk memetakan sebaran virus. Misalnya, langkah-langkah apa yang dapat dilakukan jika satu daerah telah terjadi Kondisi Luar Biasa (KLB) akibat dengue.
 
"Kita bisa tahu, virus dengue ini (yang menyerang satu wilayah) seperti apa. Bisa kita lacak apakah nanti di daerah lain akan juga berpotensi terjadi KLB atau tidak. Kalau tak ada datanya, kan kita tidak tahu nanti potensi penyebarannya seperti apa. Kalau sudah tahu (serotipos virusnya seperti apa) berarti stakeholder bisa mengingatkan masyarakat," sambung Tedjo.
 
Baca: Peneliti Indonesia Masuk 10 Ilmuwan Berpengaruh Dunia, Nadiem: Sebuah Kehormatan
 
Tedjo menekankan, penelitian dasar tak boleh dipandang sebelah mata. Entah itu soal pemetaan, keputusan vaksinasi ataupun hilirisasi obat. Dia pun berharap penelitian DBD oleh anak bangsa bisa menjadi pioneer penanganan DBD secara global.
 
"Penelitian kami akan terus berjalan. Jadi semoga ini menjadi kontribusi kita bersama, untuk bisa menurunkan angka kesakitan dengue. Bukan membasmi, bukan menghilangkan. Karena sepertinya tidak akan hilang DBD dari muka bumi, selagi masih ada nyamuk. Jadi menurunkan jumlah kasus dengue, menurunkan keparahan penyakit, dan menihilkan kematian dari dengue adalah tujuan kami," bebernya.
 
 

Dukungan Pemerintah

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengapresiasi langkah-langkah para penelitinya tersebut. Diapun menyebut penelitian DBD di BRIN menjadi salah satu fokus utama.
 
Handoko mengatakan, penelitian soal DBD sama pentingnya dengan pengentasan pandemi covid-19. Ia memastikan, BRIN akan selalu mendorong segala bentuk penelitian, utamanya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
 
"Kita (BRIN) tidak mengenal riset yang wah atau tidak. Semua ranah dan topik riset kita dukung, yang kita lihat hanya output-nya. Selama output-nya bagus, ya kita dukung. Riset terkait DBD justru merupakan salah satu topik riset yang sangat hot. Kalau ada yang menilai tidak wah itu mungkin publik awam," sebut Handoko.
 
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko
 
Dia pun mendorong agar mekanisme pengentasan DBD mesti lebih teperinci. Pengembangan obat serta vaksin DBD menjadi tujuan yang telah dipatok BRIN.
 
"Harapannya kita bisa lebih memahami mekanisme DBD, mengembangkan obat atau vaksinnya kelak. Topik riset apa saja siap didukung. Setelah itu kita akan lakukan evaluasi berbasis output, kalau jelek ya dihentikan, kalau bagus terus didukung. Sesimpel itu," tutur Handoko.

Tak Cukup Penelitian Klinis

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengingatkan agar penelitian DBD bukan hanya mengenai aspek klinisnya. Faktor lingkungan dan perilaku masyarkat juga perlu diperhatikan.
 
Baca: Formula Ampuh Berantas DBD Ditemukan Usai Diteliti Sepuluh Tahun
 
Hal itu guna terus menekan kasus DBD di masyarakat. Menurut dia kampanye-kampanye menutup, mengubur, dan membersihkan sarang nyamuk harus menjadi arus besar dalam perilaku masyarakat.
 
"Makanya penelitian dan kajian mengenai penguatan peran masyarakat ini harus digalakkan. Oleh karena itu riset-riset itu harusnya tidak berkaitan dengan klinis saja, tapi juga harus riset perilaku dan kesehatan lingkungan. Ini yang harus kita kembangkan ke depan. Apalagi sudah masuk pancarob, musim penghujan ini kasus DBD bisa naik," tutur Hermawan.
 
Khusus DBD Indonesia, kata dia, harus menjadi misi khusus. Menurutnya, BRIN memiliki kemampuan untuk menjadi lokomotif pengentasan DBD di Indonesia, bahkan dunia.
 
"BRIN memang di dalam negeri, tapi dengan lembaga yang menyatu dan terpusat, dia punya kemampuan menjadi lokomotif global terutama di negara Asean. Saya harap negara kita, dengan BRIN itu jadi motor penggerak ketahanan terhadap potensi wabah termasuk DBD," ujar Hermawan.
 
Lantas, mana yang lebih bikin 'gerah', pancaroba yang menghadirkan DBD, atau pandemi covid-19? "Memang sekarang kalau terik, ya panas sekali. Ya, jangan sampai potensi DBD di Indonesia makin 'gerah' di tengah pandemi," tutup Hermawan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan