Dukungan Pemerintah
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengapresiasi langkah-langkah para penelitinya tersebut. Diapun menyebut penelitian DBD di BRIN menjadi salah satu fokus utama.Handoko mengatakan, penelitian soal DBD sama pentingnya dengan pengentasan pandemi covid-19. Ia memastikan, BRIN akan selalu mendorong segala bentuk penelitian, utamanya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
"Kita (BRIN) tidak mengenal riset yang wah atau tidak. Semua ranah dan topik riset kita dukung, yang kita lihat hanya output-nya. Selama output-nya bagus, ya kita dukung. Riset terkait DBD justru merupakan salah satu topik riset yang sangat hot. Kalau ada yang menilai tidak wah itu mungkin publik awam," sebut Handoko.
.jpeg)
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko
Dia pun mendorong agar mekanisme pengentasan DBD mesti lebih teperinci. Pengembangan obat serta vaksin DBD menjadi tujuan yang telah dipatok BRIN.
"Harapannya kita bisa lebih memahami mekanisme DBD, mengembangkan obat atau vaksinnya kelak. Topik riset apa saja siap didukung. Setelah itu kita akan lakukan evaluasi berbasis output, kalau jelek ya dihentikan, kalau bagus terus didukung. Sesimpel itu," tutur Handoko.
Tak Cukup Penelitian Klinis
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengingatkan agar penelitian DBD bukan hanya mengenai aspek klinisnya. Faktor lingkungan dan perilaku masyarkat juga perlu diperhatikan.Baca: Formula Ampuh Berantas DBD Ditemukan Usai Diteliti Sepuluh Tahun
Hal itu guna terus menekan kasus DBD di masyarakat. Menurut dia kampanye-kampanye menutup, mengubur, dan membersihkan sarang nyamuk harus menjadi arus besar dalam perilaku masyarakat.
"Makanya penelitian dan kajian mengenai penguatan peran masyarakat ini harus digalakkan. Oleh karena itu riset-riset itu harusnya tidak berkaitan dengan klinis saja, tapi juga harus riset perilaku dan kesehatan lingkungan. Ini yang harus kita kembangkan ke depan. Apalagi sudah masuk pancarob, musim penghujan ini kasus DBD bisa naik," tutur Hermawan.
Khusus DBD Indonesia, kata dia, harus menjadi misi khusus. Menurutnya, BRIN memiliki kemampuan untuk menjadi lokomotif pengentasan DBD di Indonesia, bahkan dunia.
"BRIN memang di dalam negeri, tapi dengan lembaga yang menyatu dan terpusat, dia punya kemampuan menjadi lokomotif global terutama di negara Asean. Saya harap negara kita, dengan BRIN itu jadi motor penggerak ketahanan terhadap potensi wabah termasuk DBD," ujar Hermawan.
Lantas, mana yang lebih bikin 'gerah', pancaroba yang menghadirkan DBD, atau pandemi covid-19? "Memang sekarang kalau terik, ya panas sekali. Ya, jangan sampai potensi DBD di Indonesia makin 'gerah' di tengah pandemi," tutup Hermawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News