"Sebuah kehormatan bagi kita, salah seorang peneliti dari Indonesia menorehkan prestasi sebagai ilmuan berpengaruh di dunia," ujar Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam dalam siaran langsung Instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, Senin, 21 Desember 2020.
Utarini bersama tim riset Riset World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta mengembangkan bakteri wolbachia untuk memerangi penyakit DBD yang dibawa nyamuk Aedes Aegypti. Pihaknya mencoba menempatkan bakteri wolbachia dalam air yang menjadi tempat peneluran nyamuk Aedes Aegypti.
Baca: Temukan Cara Berantas DBD, Peneliti UGM Masuk 10 Ilmuwan Berpengaruh Dunia
Hasilnya, nyamuk pembawa DBD itu termodifikasi. Mereka menetas sebagai nyamuk tanpa virus DBD.
Penyebaran wolbachia yang dilakukan berhasil mengintervensi ekosistem nyamuk Aedes Aegypti. Saat nyamuk-nyamuk itu lahir di tengah masyarakat dan menggigit manusia, tak lagi jadi ancaman.
"Jadi kita titipkan wolbachia dalam ember ke masyarakat dengan sedemikian rupa, sehingga bakteri wolbachianya bisa menekan virus DBD, sehingga nyamuknya saat menggigit, virusnya tidak tertularkan," terangnya.
Penelitian ini dimulai sejak 11 tahun yang lalu. Utarini mengatakan, kasus DBD sebanyak 77 persen di sejumlah wilayah Yogyakarta yang menjadi lokasi penelitian.
"Kasus demam berdarah itu bisa sangat menurun sebesar 77 persen, dibandingkan dengan wilayah yang tidak menggunakan intervensi wolbachia. Jadi impactnya yang kita harapkan itu demam berdarah menjadi sangat menurun di masyarakat," terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News