Webinar Ngobrolin Spesies edisi ke-7. DOK IPB
Webinar Ngobrolin Spesies edisi ke-7. DOK IPB

Punya Potensi Ekonomi Tinggi, Sayangnya Penelitian Jamur di Indonesia Masih Minim

Renatha Swasty • 06 November 2025 21:03
Jakarta: Dosen Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University, Ivan Permana Putra, mengatakan Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas. Sayangnya, hingga kini data tentang jamur di Indonesia masih sangat
terbatas. 
 
Berdasarkan catatan tahun 2017, baru ada sekitar 2.273 spesies jamur makro dan mikro yang teridentifikasi. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan data global yang pada tahun yang sama telah mencatat lebih dari 5 juta spesies fungi. 
 
“Masalahnya bukan pada kekayaan alam kita, tetapi karena data kita belum lengkap dan belum terverifikasi dengan baik,” ujar Ivan dalam webinar Ngobrolin Spesies edisi ke-7 melalui keterangan tertulis dikutip Kamis, 6 November 2025. 

Dia menilai kendala utama penelitian jamur di Indonesia meliputi minimnya peneliti yang fokus pada bidang mikologi, kurangnya eksplorasi lapangan, serta belum adanya checklist jamur nasional. Sering kali, laporan tentang jamur hanya menyebutkan nama dan lokasi, tanpa dilengkapi deskripsi, gambar, atau herbarium. 
 
"Padahal, tanpa bukti pendukung, data itu sulit diverifikasi. Karena itu kita perlu membuat standar minimum publikasi fungi di Indonesia agar datanya valid,” tegas dia. 
 
Ivan juga menyoroti kurang berkembangnya ilmu ekologi dan mikologi di Indonesia. Selain itu, ada kesenjangan generasi dalam bidang mikologi. 
 
Akibatnya, referensi lokal sangat terbatas. Dia menyebut banyak peneliti pemula masih mengandalkan literatur dari luar negeri yang belum tentu sesuai dengan kondisi Indonesia.
 
Penelitian Ivan dan tim mencakup tahapan koleksi jamur liar, identifikasi morfologi dan molekuler, hingga analisis nutrisi, untuk membuka peluang pemanfaatan jamur secara berkelanjutan.
 
Beberapa jenis jamur lokal juga disebut memiliki potensi ekonomi tinggi. Misalnya, jamur pelawan (Heimioporus sp.) yang harganya dapat mencapai Rp4 juta per kilogram dalam bentuk kering, serta jamur wild shiitake (Lentinula lateritia) yang ditemukan di hutan Jambi dan kini tengah dikembangkan sebagai bibit asli Indonesia. 
 
Ivan menegaskan penelitian jamur di Indonesia mesti berfokus pada tiga aspek utama, yakni taksonomi, potensi budi daya, dan bioprospeksi. “Semua pemanfaatan keanekaragaman hayati berawal dari pengenalan. Kita harus tahu dulu siapa mereka, baru bisa memanfaatkan dan melindunginya,” kata dia. 
 
Dia juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk memperkaya data keanekaragaman jamur di Indonesia. “Tidak hanya dengan peneliti, dosen, dan mahasiswa, kita juga perlu dukungan dari berbagai pihak, terutama bekerja sama dengan orang-orang lokal,” jelasnya.
 
Ivan berharap ke depan Indonesia dapat memiliki basis data jamur nasional yang akurat dan terbuka. Hal itu agar dapat menjadi landasan riset, pendidikan, dan pengembangan industri berbasis fungi. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan