"Dan hanya dengan satu klik yang salah, anak bisa terpapar konten yang tidak pantas," kata Meutya dalam Sidang Terbuka Dies Natalis ke-75 Universitas Indonesia, Senin, 3 Februari 2025.
Tak sedikit anak menjadi korban di dunia digital, mulai dari korban predator digital hingga ragam bentuk eksploitasi lainnya. "Ini bukan sekadar cerita, ini realitas," tegas dia.
Meutya mengutip survei UNICEF pada 2023 yang menunjukkan tingginya potensi anak menjadi korban di ruang digital tak lepas dari waktu konsumsi digital oleh anak. Rata-rata anak Indonesia menghabiskan 5,4 jam sehari di dunia digital.
| Baca juga: Lemahnya Pengawasan Penggunaan Gawai Jadi Pemicu Kekerasan Antar Pelajar |
"Lebih 48 persen mengalami perundungan online tapi sebagian besar dari mereka tidak tahu harus melapor ke siapa," tutur dia.
Hal ini bisa mengganggu keseimbangan emosi anak. Akibatnya, kemampuan anak dalam membangun relasi juga dapat berkurang.
Ia berharap ada penelitian yang bisa memecahkan masalah tersebut. Khususnya, penelitian dari peneliti-peneliti di Universitas Indonesia (UI).
"Mungkin UI punya resep atau bahan yang bisa menguatkan anak di dunia digital yang seharusnya bisa menjadi tempat belajar juga, tempat anak berkembang," ujar Meutya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
