Tim beranggotakan empat mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Unair, yaitu Ririn Dwi Antari, Istighfar Rohmah, Fidella Rachmadiana Azra, Daniswara Zahra Anindita. Tim juga berkolaborasi dengan satu mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
“Ide ini muncul dari banyaknya kasus heat stroke pada nelayan tradisional yang melaut di siang hari. Panasnya suhu di laut, dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh secara drastis. Hal ini dapat berbahaya bagi nelayan karena dapat menyebabkan heat stroke yang membuat nelayan pingsan, kejang sampai adanya pendarahan,” ungkap salah satu anggota tim, Istighfar Rohmah, dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 15 November 2024.
Fafa, sapaan karib Istighfar Rohmah, menjelaskan rompi pelampung pintar ini memiliki cara kerja otomatis dengan mengandalkan sensor pendingin termoelektrik yakni peltier. Cara kerjanya, sensor yang tertanam pada rompi akan mendeteksi kenaikan suhu di sekitar.
Baca juga: Ide Alat Deteksi Kanker Payudara Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara I Kompetisi Esai Nasional |
Apabila suhu mencapai 38°C, sensor otomatis mengaktifkan peltier untuk melepaskan sensasi dingin pada rompi. Peltier pada rompi menggunakan energi matahari melalui panel surya untuk selanjutnya berubah menjadi sensasi dingin melalui reaksi termoelektrik.
"Sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa perlu mengganti peltier secara berkala,” ujar Fafa.
Fafa menyebut peltier kadang menyebabkan efek kejut listrik saat mengeluarkan sensasi dingin karena perbedaan arus listrik. Namun, timnya berusaha mengurangi efek kejut listrik ini pada rompi pintar supaya dapat dipakai nelayan dengan nyaman serta menambahkan lapisan tahan air agar tetap bisa digunakan sebagai pelampung.
Inovasi ini akan dipasarkan pada nelayan tradisional. Sebab, nelayan tradisional sebagian besar memakai kapal yang tidak memiliki peneduh sehingga rawan terkena heat stroke di tengah cuaca terik di laut.
“Meskipun memang sasarannya nelayan, kami masih belum bisa menjual pada nelayan karena biaya pembuatannya yang cukup besar. Untuk dapat menekan harga, kami masih mencari sponsor dan stakeholder untuk dapat bekerja sam. Sehingga dapat menurunkan harga jual dan dapat dibeli oleh nelayan tradisional,” beber dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News