Wabah AIDS pertama kali terjadi pada 1920 di Kinshasa, Republik Kongo. Dalam sebuah penelitian oleh Sharp dan Hahn (2011), ditemukan adanya kesamaan karakteristik molekuler, di mana HIV sama dengan Simian Immunodeficiency Virus (SIV) yang ditemukan pada primata, seperti simpanse, kera, gorila, dan monyet.
Kemungkinan penularan virus bisa terjadi dari primata ke manusia, antara lain karena kebiasaan masyarakat setempat yang mengonsumsi daging mentah primata, serta maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar di kala itu. Di sisi lain, mobilitas migran dan perdagangan seks (sex trade) semakin mendorong penyebaran virus dari Kinshasa. Penularan HIV dapat terjadi melalui cairan tubuh, seperti darah, semen (cairan sperma), plasenta, dan air susu ibu.
Di Indonesia, tidak menutup mata masih ada perdagangan satwa liar seperti pada beberapa pasar tradisional (wet market) ataupun pasar burung, yang masih menjual satwa liar baik untuk diambil dagingnya (bushmeat) ataupun untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan. Khusus untuk bushmeat, adanya faktor budaya, kebutuhan pangan, dan peningkatan populasi inilah yang dapat mendorong masyarakat untuk mencari sumber protein lain, yaitu dengan mengonsumsi daging dari satwa liar.
“Tanpa pengolahan dan proses pematangan yang baik, maka potensi terinfeksi penyakit zoonosis akan semakin tinggi,” kata Pandji.
Hal senada dikatakan oleh Sugiyono. Selain adanya interaksi dengan reservoir alami pembawa patogen, dan faktor budaya setempat, tingkat biosecurity (tindakan pencegahan agar patogen tidak bertransmisi ke manusia), sanitasi, dan kebersihan yang rendah juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi zoonosis.
Potensi Indonesia sebagai hotspot zoonosis
Indonesia merupakan negara ke–4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Adanya kebutuhan pangan manusia yang kian meningkat, mendorong perubahan tata guna lahan ataupun deforestasi untuk lahan pertanian ataupun industri.Adanya disparitas ekonomi antarwilayah juga mendorong laju urbanisasi. Selain itu, emisi Gas Rumah Kaca (GRK) makin meningkat, salah satunya disebabkan oleh sektor transportasi. Semua faktor tersebut pada akhirnya berakumulasi mendorong pemanasan global dan perubahan iklim.
“Perubahan iklim pada akhirnya akan mengamplifikasi risiko penularan zoonosis itu sendiri,” tutur Pandji.
Baca juga: Antisipasi Wabah Cacar Monyet, Pemkot Batam Siapkan 2 RS Rujukan |