Profesor Adi Utarini, peneliti UGM yang masuk daftar 10 ilmuwan berpengaruh dunia. Foto: dok pribadi,
Profesor Adi Utarini, peneliti UGM yang masuk daftar 10 ilmuwan berpengaruh dunia. Foto: dok pribadi,

Hari Kartini

Kisah Perempuan Indonesia yang Masuk Daftar 10 Ilmuwan Berpengaruh Dunia

Ilham Pratama Putra • 21 April 2021 19:43
Jakarta: "Setelah tiga hari Saya diwawancara dan dipotret (foto) oleh fotografer bule, saya dapat e-mail memenangkan penghargaan dari jurnal ilmiah Nature," beber Adi Utarini kepada Medcom.id ketika menceritakan awal mula dirinya mengetahui masuk daftar 10 ilmuwan berpengaruh dunia 2020 versi jurnal ilmiah Nature.
 
Dia tak menyangka penelitiannya bersama tim riset Riset World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta dalam mengembangkan bakteri wolbachia untuk memerangi virus Demam Berdarang Dengue (DBD) yang dibawa nyamuk aedes aegypti diganjar penghargaan bergengsi tersebut. 
 
Penelitian Uut, sapaannya, mencoba menempatkan bakteri wolbachia dalam air yang menjadi tempat peneluran nyamuk aedes aegypti pembawa virus DBD. Hasilnya, nyamuk pembawa DBD itu termodifikasi. Mereka menetas sebagai nyamuk aedes aegypti tanpa virus DBD.
 
Dengan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia, pihaknya berhasil mengintervensi ekosistem nyamuk aedes aegypti. Saat nyamuk-nyamuk itu lahir di tengah masyarakat dan menggigit manusia, tak ada lagi ancaman DBD.

Profesor Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menceritakan, dia bergabung dengan tim tersebut pada 2013. Sejak saat itu, ide penelitiannya terus menjadi sorotan. "Ya biasalah kalau inovasi baru terus menjadi sorotan," kata dia.
 
 

Tahun-tahun awal penelitian, bungsu dari tiga bersaudara ini sibuk melakukan persiapan. Mulai dari berkomunikasi dengan pemangku kepentingan, masyarakat, hingga pemerintah daerah dan pusat. Hingga akhirnya 2014, ia dan tim bisa melepas nyamuk yang diberi intervensi bakteri wolbachia di sejumlah pedestrian kota Yogyakarta.
 
"Karena aksi nyata itu adalah melepas nyamuk di masyarakat. Kita kemudian mengawal dengan kehati-hatian yang tinggi," sambungnya.
 
Baca: Profesor Uut Ingin Peneliti Perempuan Lebih Berani Unjuk Gigi
 
Penelitian dan uji coba terus dikembangkan hingga sorotan kian meluas. Bahkan sebagai ketua tim peneliti, Uut rutin menerangkan penelitiannya kepada media internasional, yang termasuk di dalamnya jurnal Nature.
 
"Nature ini sejak beberapa saat itu ikut memantau, dan memberitakan kalau ada hasil-hasil penting. Mereka juga menuliskan berita di news-nya. bukan di jurnalnya. Pas Agustus (2020) itu saat launch hasil penelitian, mereka juga cover beritanya di situ," terang pengagum sosok Presiden Indonesia ketiga B.J Habibie itu.
 
Selama menjalani sesi wawancara maupun pemotretan, Uut mengaku tak ambil pusing dengan penghargaan tersebut. "Hari ketiga setelah wawancara, Saya dapat email menjelaskan, katanya 'Kamu masuk dalam 10 peneliti' itu. Tapi Aku diminta jangan beritahu siapapun sampai besok," ungkap perempuan yang lahir pada 4 Juni 1965 ini.
 
Uut mengatakan, penghargaan Nature menjadi impian para peneliti. Namun, dia tak menyangka namanya masuk. "Enggak ada itu seleksi atau lomba. Jadi prosesnya seperti itu. Kalau ditanya kriterianya opo, yo aku ra ngerti," ucapnya.
 
 

Uut memaknai capainnya sebagai hasil kerja keras tim peneliti selama hampir 10 tahun lebih. Ia menyebut hanya merasa beruntung bisa memimpin tim penelitian yang hebat. "Artinya kita semua bekerja dalam tim, menginvestasikan waktu dan tenaga dalam tim ini dan membawa tim ini hebat, saya bersyukur sekali," ujar Uut.
 
Perempuan yang hobi bermain piano itu memang sangat menjunjung tinggi semangat dalam penelitian. Konsistensi selama bertahun-tahun menyelesaikan proyek ini, dibayar tuntas. Tapi, penghargaan itu tak membuatnya puas. Pembaca setia tulisan pendakwah Emha Ainun Najib atau Cak Nun itu bahkan ingin memperluas cakupan uji penelitiannya.
 
Dia bersama timnya akan menyebarkan lagi nyamuk-nyamuk ber-wolbachia itu. Kerja, kerja dan kerja selalu ada dalam benak perempuan yang kerap menghabiskan akhir pekannya dengan bersepeda.
 
"Sekarang, ke depan kita lebih banyak bekerja dengan dinas kesehatan, puskesmas, dan masyarakat. Kita mulai lagi persiapan tahun ini. Dan akan melepas nyamuk di Sleman dan Bantul," tutur dia.
 
Baca: Hari Kartini, Ini 9 Rektor Perempuan di Indonesia
 
Penghargaan yang diterima Uut pada Desember 2020 lalu juga mendapat perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo. Jokowi bahkan mengunggah foto Uut bersama ilmuan muslim terfavorit dari Indonesia Tri Mumpuni. Kepala negara mengungkapkan rasa bangganya kepada dua ilmuan wanita Indonesia tersebut. 
 
"Saya ingin meneruskan tentang pengakuan dunia terhadap prestasi dua ilmuwan Indonesia, yakni Ibu Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni. Saya ikut bangga dan sangat mengapresiasi prestasi serta sumbangsih Ibu Prof. Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni. Prestasi keduanya mampu menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk semakin giat menekuni ilmu pengetahuan, serta memberi kontribusi nyata bagi kemajuan kehidupan umat manusia," tulis Jokowi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan