Dari hal sederhana itu, dapat diketahui peran ilmuwan perempuan kurang tersorot. Padahal, banyak di antara mereka turut mengguncang sejarah sains dunia. Bahkan, keterlibatan mereka sudah ada sejak zaman Mesir Kuno.
Untuk mengenal lebih lanjut mengenai perjuangan srikandi ini, simak ulasan seputar perkembangan ilmuwan perempuan dari masa ke masa dikutip laman Zenius:
Era Mesir Kuno
Ilmuwan perempuan diperkirakan sudah ada sejak era Mesir Kuno atau lebih tepatnya pada 3.100 Sebelum Masehi (SM). Hal ini terungkap dari temuan arkeolog yang menemukan indikasi ilmu kedokteran dengan memanfaatkan obat-obatan dan tanaman herbal.Temuan itu kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam buku bertajuk Women Who Built Our Scientific Foundations. Buku yang diterbitkan pada 2014 ini mengungkapkan sosok perempuan yang terkenal di dunia kedokteran Mesir, yaitu Peseshet.
Tak hanya menjadi pengawas dokter perempuan, Peseshet juga mengurus sekolah kedokteran khusus perempuan bernama Sais. Di sana, dia mendidik perempuan untuk menjadi bidan.
Era Yunani Kuno
Perjalanan ilmuwan perempuan di masa ini tak semulus era Mesir Kuno. Dalam dunia medis, perempuan dilarang melakukan praktik, bahkan mengenyam pendidikan dokter.Hal ini terungkap dari tulisan Gaius Julius Hyginus berjudul Fabulae. Penulis Romawi itu mengisahkan perjuangan Agnodice, perempuan asal Athena yang ingin masuk sekolah kedokteran.
Karena hukum di Yunani melarang perempuan belajar kedokteran, Agnodice nekat menyamar menjadi laki-laki. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Alexandria, Mesir, dokter perempuan itu kembali ke Athena.
Pasien pertamanya ialah seorang perempuan yang hendak melahirkan. Namun, perempuan itu menolak bantuan Agnodice lantaran menganggapnya sebagai laki-laki. Agar bisa membantu sang perempuan, akhirnya Agnodice terpaksa menunjukkan identitas aslinya.
Lambat laun, banyak perempuan hamil memeriksa kandungan dan melahirkan dengan bantuan Agnodice. Hal ini lantas membuat dokter lain curiga, mengapa mereka lebih memilih Agnodice padahal semua dokter kala itu sama-sama lelaki?
Kecurigaan ini berbuntut pada terungkapnya identitas asli Agnodice sebagai perempuan. Dokter pria tak terima dengan hal itu, sehingga menggugat Agnodice atas tindak korupsi dan pelanggaran terhadap aturan pemerintah.
Mendengar kabar Agnodice diseret ke pengadilan, perempuan yang pernah dibantunya melayangkan protes. Alhasil, pejabat kota mengubah undang-undang dan membebaskan perempuan belajar kedokteran. Kisah Agnodice ini menjadi awal mula sejarah kebidanan dan dibebaskannya perempuan melakukan praktik kedokteran pada zaman Yunani Kuno (700-480 SM).
Era Abad Pencerahan
Di era Abad Pencerahan, lebih tepatnya pada abad ke-17 dan 18, ilmu pengetahuan seperti politik, filsafat, dan sains kembali berkembang pesat di Eropa. Hal ini memicu perempuan turut berkontribusi di dunia sains.Margaret Cavendish menjadi ilmuwan perempuan di era Abad Pencerahan yang paling tersohor. Bisa dibilang, kesuksesan Cavendish dalam bidang sains merupakan privilege dari status sosialnya yang kala itu termasuk kalangan bangsawan ternama di Inggris.
Dalam buku berjudul The Palgrave Handbook of Women and Science since 1660 (2021), terungkap Cavendish memanfaatkan kedudukan untuk menjalin koneksi dengan ilmuwan laki-laki dari komunitas akademisi sains nasional di Inggris, Royal Society of London. Dari mereka, Cavendish mendapat banyak ilmu tentang filsafat.
Berbekal ilmu tersebut, Cavendish aktif mengikuti debat filsafat alam. Selain itu, dia juga menuliskan pemikirannya melalui puisi dan berbagai karya sastra. Berkat karya yang dituliskan dengan nama asli itu, Cavendish berhasil menjadi filsuf terkenal pada masanya.
Ilmuwan lain yang tak kalah hebat adalah Margaret King. Dia merupakan sosok perempuan yang berkontribusi menerjemahkan teks ilmiah. Berbekal ilmu dari mentor laki-laki, King membuat berbagai tulisan medis, khususnya ilmu perbidanan.
Kala itu, posisi bidan mayoritas diisi lelaki lantaran perempuan dianggap amatir. King bertekad membantah stigma tersebut, sehingga dia fokus mempelajari teori tentang kedokteran dan pengasuhan anak.
Alhasil, teks medisnya yang berjudul Advice to Young Mothers on the Physical Education of Children (1823) menjadi salah satu kumpulan teks buatan perempuan. Popularitas tulisan ini setara dengan teks medis profesional dan sastra di Eropa.
Era Abad ke-19 dan 20
Peran ilmuwan perempuan dalam dunia sains kian menonjol sewaktu Perang Dunia II berlangsung. Salah satu ilmuwan berjasa dalam sejarah Amerika Serikat (AS) adalah Isabella Karle, seorang ahli kristalografi.Saat Jerman kedapatan tengah mengembangkan senjata nuklir, AS langsung membuat proyek nuklir tandingan bernama Manhattan Project. Karle menjadi ilmuwan yang turut mengembangkan plutonium alias bahan bakar nuklir di projek tersebut.
Selain itu, ada pula ilmuwan matematika perempuan sekaligus perwira Angkatan Laut AS yang berkontribusi dalam pengembangan bahasa komputer. Dia adalah Grace Murray Hopper, programmer modern pertama yang membantu AS dalam perang ketika Jepang menyerang Pearl Harbor.
Era ini, tepatnya di 1960-an, menjadi titik balik perempuan untuk menempuh pendidikan tinggi dengan lebih leluasa. Ilmu yang ditekuni tak hanya sebatas kedokteran atau keperawatan, melainkan juga matematika, fisika, kimia, teknologi, hingga bisnis.
Era Abad ke-21 hingga Sekarang
Pada awal abad ke-21, jumlah perempuan yang memasuki perguruan tinggi semakin meningkat. Bahkan, hampir 50 persen gelar kedokteran dan doktor dalam ilmu biomedis diberikan kepada perempuan.Sayangnya, ilmuwan perempuan yang menerima penghargaan, seperti Nobel, masih lebih sedikit ketimbang laki-laki. Selama 120 tahun, hanya 58 ilmuwan perempuan yang menyabet penghargaan tersebut.
Tercatat, hanya Marie Curie yang berhasil meraih Nobel sebanyak dua kali. Meski demikian, penghargaan bergengsi sekelas Nobel untuk ilmuwan perempuan sudah cukup menjadi bentuk pengakuan atas kontribusi mereka terhadap kemajuan sains.
Demikianlah perjalanan ilmuwan perempuan di dunia dari masa ke masa. Perjuangan srikandi ini membuktikan kemampuan perempuan tidak kalah hebat dibandingkan dengan laki-laki. (Nurisma Rahmatika)
Baca: RI Siapkan Rp41,61 Miliar untuk Bangun Kapasitas SDM Perempuan Afghanistan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id