Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Ruswa Darsono, memaparkan perbedaan antara kalender dengan prinsip wujudul hilal dan KHGT. Wujudul hilal adalah metode yang digunakan Muhammadiyah selama ini dengan penentuan awal bulan ditentukan berdasarkan posisi bulan – dalam hal ini adalah piringan atas bulannya– yang sudah berada di atas ufuk saat magrib di wilayah Indonesia pada akhir hari ke-29.
Sementara itu, KHGT menggunakan prinsip imkanur ru’yah global, yakni awal bulan ditentukan berdasarkan kemungkinan hilal dapat terlihat di mana pun di dunia. Apabila kriteria ini terpenuhi di suatu tempat, seluruh dunia akan memulai tanggal 1 secara bersamaan mulai pukul 12.00 waktu setempat.
“Jika ada satu wilayah di dunia yang memenuhi kriteria imkanur ru’yah global, maka seluruh dunia akan memulai tanggal satu pada malam harinya masing-masing. Ini berbeda dengan sistem wujudul hilal yang berlaku hanya untuk Indonesia,” jelas pengajar Ilmu Falak di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 14 Februari 2025.
Ruswa mengatakan gagasan KHGT bukan hal baru. Pembahasannya telah dimulai sejak 1978 dalam forum Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan dibahas lebih lanjut oleh Islamic Educational, Scientific, and Cultural Organization (ISESCO), yang merupakan lembaga di bawah OKI.
Seiring waktu, KHGT terus berkembang dan saat ini telah diadopsi oleh 18 organisasi Islam di berbagai negara. "KHGT bukan hanya usulan Muhammadiyah, tetapi sudah diterapkan oleh banyak organisasi Islam di dunia. Dengan semakin banyaknya pihak yang menggunakan KHGT, diharapkan umat Islam dapat lebih bersatu dalam penanggalan hijriah," kata dia.
Ruswa menyoroti beberapa manfaat utama dari KHGT, salah satunya menghindari kebingungan umat menghadapi perbedaan penanggalan dalam peristiwa penting seperti puasa Arafah dan Iduladha. Umat Islam yang wukuf di Arafah akan bersamaan tanggalnya dengan umat yang melaksanakan puasa Arafah di mana pun lokasinya dengan penggunaan KHGT yang disepakati dunia. Demikian juga dengan Iduladha.
Baca juga: Pakar Falak Dunia Ikut Rumuskan Kalender Hijriah Global Tunggal |
“Dengan KHGT, tidak akan lagi perbedaan peristiwa wukuf di padang Arafah dengan pelaksanaan puasa Arafah antara satu negara dan negara lain. Ini penting untuk kesatuan Islam,” tutur pengajar Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PWM Jawa Tengah itu.
Dia menekankan meskipun KHGT masih dalam tahap pengembangan, penerapannya telah menunjukkan hasil positif. Muhammadiyah terus melakukan sosialisasi dan evaluasi untuk memastikan kelancaran implementasi KHGT ke depan.
“Ini adalah langkah besar bagi umat Islam. Walaupun ada tantangan, dengan kerja sama berbagai pihak, KHGT dapat menjadi solusi bagi kesatuan kalender hijriah di seluruh dunia,” ujar dia.
Dia menjelaskan KHGT merupakan hasil keputusan Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih Muhammadiyah di Pekalongan. Ini telah disosialisasikan secara luas sejak 1 Muharram 1446 H dan diperkuat lagi mulai 1 Januari 2025 dengan penggunaan kalender Masehi yang disertai penanggalan KHGT.
"Semangat warga Muhammadiyah untuk menjalankan keputusan Munas Tarjih luar biasa. Walaupun belum ditanfidzkan, semangat mereka patut diapresiasi. Sosialisasi dilakukan dari tingkat pusat hingga daerah dan banyak yang telah menggunakan kalender ini sejak 1 Muharram 1446 H," ujar Ruswa.
Dalam konteks Muhammadiyah, tanfidz merujuk pada dokumen resmi yang memuat keputusan-keputusan hasil musyawarah pimpinan. Dosen UMS itu menjelaskan saat ini Muhammadiyah secara resmi masih menggunakan sistem hisab wujudul hilal dalam menentukan awal bulan hijriah.
Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku di Majelis Tarjih dan lingkungan Muhammadiyah. Sedangkan, mulai 1 Muharram 1447 H, Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menerapkan KHGT secara resmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id