Anggota Divisi Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Agus Purwanto, mengungkapkan sebuah langkah besar diambil dalam upaya untuk menyatukan sistem waktu dunia Islam. International Hijri Calendar Congress di Istanbul, Turki pada 28-30 Mei 2016 mengumpulkan 127 utusan dari 60 negara.
Kongres ini menjadi arena bagi ahli falak global untuk merumuskan KHGT. Fokus utama kongres ini dalam merumuskan KHGT mengenai kriteria awal bulan.
Kongres berhasil mencapai kesepakatan awal bulan dengan persyaratan konjungsi sebelum pukul 00.00 UTC, tinggi hilal 5 derajat, elongasi 8 derajat di mana pun, dan penerapan matlak global.
"Ini menjadi langkah signifikan dalam menghadirkan keseragaman dalam perhitungan waktu di seluruh dunia Islam, mengurangi perbedaan yang selama ini terjadi," kata Agus dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Selasa, 19 Maret 2024.
Agus menyebut Muhammadiyah telah memutuskan tahun depan tidak lagi menggunakan kriteria Wujudul Hilal dalam penentuan waktu awal bulan. Keputusan ini tidak disebabkan oleh rendahnya kualitas Wujudul Hilal, tetapi lebih karena pemahaman bahwa kriteria tersebut bersifat regional untuk Indonesia, bukan bersifat global yang melingkupi seluruh dunia.
Dia mengakui Wujudul Hilal tidak diglobalisasikan bakal menjadi perdebatan menarik. Kongres di Turki, dengan keputusan yang diambil oleh 80 peserta, mengadopsi KHGT dengan kriteria tinggi hilal 5 derajat dan elongasi 8 derajat.
Dalam pandangan kongres, hilal dianggap terlihat setelah memenuhi kriteria tersebut dan prinsip matlak global diterapkan, yang berarti keputusan ini diberlakukan secara universal di seluruh dunia.
Agus menuturkan argumen yang mendasari keputusan tersebut juga dapat ditemukan dalam hadis dan pandangan fukaha seperti yang dikutip dalam pandangan Imam Nawawi dalam penjelasannya terhadap kitab Sahih Muslim. Imam Nawawi menyatakan beberapa ulama berpendapat bahwa pengamatan bulan di suatu tempat berlaku untuk seluruh penduduk bumi.
"Dengan demikian, keputusan untuk memperkenalkan KHGT dengan kriteria tertentu mencerminkan upaya untuk mencapai keseragaman dan konsistensi dalam penetapan waktu Islam di seluruh dunia, serta menegaskan bahwa pengamatan bulan tidak hanya bersifat regional, tetapi universal," tutur dia.
Baca juga: Muhammadiyah Siapkan Kalender Islam untuk 100 Tahun ke Depan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News