Jakarta: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai tak cukup mengandalkan suara pemilih tradisional, untuk lolos ambang batas parlemen di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019. Suara mereka tak cukup bisa menyelamatkan partai.
"Pemilih tradisional itu kecil para kiai (pemilih tradisional PPP) tidak lebih dari 10 persen," kata Pengamat politik Ray Rangkuti saat dihubungi
Medcom.id, Selasa, 26 Maret 2019.
Dari angka 10 persen itu, kata Ray bila dikonversikan ke suara di Pileg 2019 diprediksi tak seluruhnya masuk ke suara PPP. Ray memperkirakan hanya sekitar dua sekian persen suara yang masuk ke PPP dari kalangan pemilih tradisional. Artinya angka itu tidak mencapai ambang batas parlemen.
Jika ingin bertahan di parlemen PPP tak cukup mengandalkan suara pemilih tradisional mereka. Dengan kondisi dan situasi partai saat ini, kata Ray rasanya sulit PPP bisa lolos ambang batas parlemen di Pileg 2019. "Artinya bertahan di pemilih tradisional itu hanya bertahan 2 koma sekian persen," tutupnya.
Baca: Pengamat: PPP Kehilangan Orisinalitas
Sebelumnya, dalam survei Litbang Kompas terbaru merilis hanya ada enam partai politik yang bakal lolos ambang batas parlemen di Pileg 2019. Sementara sepuluh parpol lain yang menjadi peserta pemilu diperkirakan gagal mencapai ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Survei Litbang Kompas dilakukan pada 22 Februari hingga 5 Maret 2019 terhadap 2.000 responden.
Salah satu partai yang diprediksi tak lolos PPP dengan elektabilitas hanya 2,7 persen. PPP pasca penangkapan Romahurmuzy oleh KPK mengalami penurunan elektabilitas sebesar 0,5 persen jika dibandingkan hasil survei pada Oktober 2018. Pada Pileg 2014, PPP mampu mengantongi 6,5 persen suara.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((YDH))