Alarm dari Marawi
Alarm dari Marawi ()

Alarm dari Marawi

02 Juni 2017 08:17

PENYERANGAN yang dilancarkan kelompok yang berafiliasi ke Islamic State di Marawi, Filipina, tak cuma menjadi urusan pemerintah setempat. Indonesia pun mau tidak mau, suka tidak suka, mesti terlibat di dalamnya, apalagi setelah diketahui ada tujuh WNI yang disebut-sebut terlibat di dalamnya sebagai bagian dari kelompok IS tersebut. Pertempuran di Marawi meledak setelah kelompok bersenjata Maute unjuk kekerasan, pekan lalu.

Mereka menyerang kota di Filipina bagian selatan itu dan sempat menguasai beberapa fasilitas umum hingga memaksa militer turun tangan dengan kekuatan penuh. Pertempuran tak terhindarkan bahkan berlangsung sampai sekarang karena gerombolan Maute terus memberikan perlawanan. Konflik bersenjata di Filipina Selatan bukanlah hal yang baru. Sudah sejak berpuluh-puluh tahun silam kawasan tersebut menjadi zona merah.

Perdamaian yang diteken Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan pemerintah Filipina pada 2012 tak juga memadamkan api perseteruan. Beberapa kelompok pemberontak yang tersisa terus memelihara bara pemberontakan. Namun, kejadian di Marawi lebih dari sekadar pemberontakan warga Filipina terhadap pemerintah Filipina. Ia telah bertransformasi menjadi invasi para petempur asing yang disatukan pemikiran dan ideologi sesat.

Sejumlah warga Indonesia, Malaysia, Singapura, dan orang asing lainnya diketahui ikut dalam pertempuran yang semestinya bukan menjadi urusan mereka. Mereka, bersama-sama kelompok Maute, ialah pengikut gerombolan teroris paling bengis, Islamic State (IS). Mereka menuruti doktrin menyimpang, yakni bertempur untuk menguasai kawasan Mindanao di Filipina Selatan jika tak bisa berperang di Irak dan Suriah yang menjadi basis utama IS.

Sepak terjang IS di Filipina tersebut jelas bukan persoalan sembarangan, tak cuma bagi Filipina, tetapi juga buat negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk Indonesia. Ia menjadi peringatan nyata bahwa IS nyata-nyata telah siap menebar teror di kawasan ini setiap saat. Buat Indonesia, pertempuran di Marawi wajib disikapi dengan superserius. Dari sisi geografis, Marawi tak terlalu jauh dari wilayah paling utara Republik ini sehingga imbasnya akan dengan cepat menjalar.

Jika gerombolan Maute terdesak, ke mana lagi mereka akan kabur kalau bukan ke Indonesia? Ancaman makin besar lantaran adanya keterlibatan langsung beberapa WNI dalam pertempuran di Marawi. Oleh otoritas disebutkan bahwa dari puluhan milisi yang menyerbu kota itu, tujuh di antara mereka orang Indonesia. Enam di antara mereka kini menjadi buron, sedangkan satu orang atas nama M Ilham Syahputra diduga sudah tewas dalam pertempuran.

Keterlibatan langsung WNI dalam pertempuran Marawi kian menguatkan bukti bahwa keberadaan orang Indonesia pengikut IS bukan cuma cerita takhayul untuk menakuti anak kecil. Ia memang betul-betul ada, bahkan diyakini dari hari ke hari semakin banyak jumlahnya. Sepak terjang ketujuh WNI petempur di Marawi itu sekaligus menjadi alarm bagi Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan.

Memperketat pengawasan dan pengamanan perbatasan dengan Filipina untuk mengantisipasi pelarian mereka ke Tanah Air menjadi keniscayaan. Pengusutan terhadap jejak ketujuh orang tersebut perlu juga diintensifkan. Mereka tak mungkin asal bertempur di Marawi, tapi pasti telah matang mempersiapkan diri bersama jaringan di dalam negeri. Lebih dari itu, seperti yang beberapa kali kita tekankan melalui forum ini, pemberian kewenangan yang lebih kuat kepada aparat untuk memberantas terorisme sejak dini pantang ditunda-tunda lagi. Caranya, tuntaskan revisi UU tentang Terorisme sesegera mungkin.

- See more at: https://mediaindonesia.com/editorial/read/1074/alarm-dari-marawi/2017-06-02#sthash.OIeJuqtu.dpuf
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase isis

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif