Buletin tersebut dikeluarkan sehari setelah FBI mengatakan Shamsud-Din Jabbar, seorang warga asli Texas berusia 42 tahun, "100 persen terinspirasi" kelompok militan Islamic State (ISIS) dalam menabrakkan sebuah truk ke para warga yang sedang merayakan Hari Tahun Baru di New Orleans, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai puluhan lainnya.
Jabbar, yang mengibarkan bendera ISIS dari bagian belakang truk yang disewanya, tewas dalam baku tembak dengan polisi.
FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan Pusat Kontraterorisme Nasional AS "khawatir tentang kemungkinan serangan peniru atau serangan balasan," kata buletin intelijen yang diterbitkan oleh ketiga badan tersebut dan dikutip AsiaOne, Sabtu, 4 Januari 2025.
Serangan semacam itu "kemungkinan besar akan tetap menarik bagi calon penyerang mengingat kemudahan memperoleh kendaraan dan rendahnya ambang batas keterampilan yang diperlukan untuk melakukan serangan," kata buletin yang dikeluarkan untuk badan penegak hukum AS.
Buletin tersebut mencatat bahwa hingga Kamis, ISIS belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan di New Orleans. Namun, pendukung daring kelompok tersebut merayakannya.
Pengguna daring lainnya telah mengutip serangan di New Orleans dalam membuat "seruan umum untuk melakukan kekerasan terhadap kelompok tertentu, seperti imigran atau Muslim," lanjut buletin tersebut.
ISIS terus mempromosikan propagandanya dan merekrut pengikut secara daring meski mengalami kerugian serius di bawah operasi koalisi militer pimpinan AS yang meruntuhkan “kekhilafahan” di Suriah dan Irak pada 2014.
Buletin tersebut mendesak personel penegak hukum dan perusahaan keamanan swasta untuk menyadari bahwa dalam banyak kasus sebelumnya, penyerang yang menabrakkan kendaraan ke kerumunan biasanya memiliki senjata api atau senjata tajam.
Baca juga: Sosok Shamsud-Din Jabbar, Tersangka Serangan New Orleans, Punya Bendera ISIS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News