Antusias warga mengunjungi dan memperhatikan ragam diorama saat terjadinya penculikan Jendral Besar A.H Nasution oleh pasukan Tjakrabirawa. Foto: MI/Ramdani
Antusias warga mengunjungi dan memperhatikan ragam diorama saat terjadinya penculikan Jendral Besar A.H Nasution oleh pasukan Tjakrabirawa. Foto: MI/Ramdani

Sosok Letkol Untung, Aktor Utama G30S/PKI

Siti Yona Hukmana • 28 September 2021 07:40

Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42 ribu orang yang lebih dari setengahnya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Riwayat Heiho habis setelah dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), ketika Jepang menyerah pada Sekutu. 
 
Sebagian anggota Heiho dialihkan menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR yang dibentuk pada 22 Agustus 1945 itu berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Kini, bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Terlibat revolusi kemerdekaan 


Semasa perang Kemerdekaan, Kusman yang berpangkat sersan mayor menjadi anggota Batalyon Sudigdo di Wonogiri. Batalyon Sudigdo merupakan bagian dari Divisi Panembahan Senopati. Penembahan Senopati yang berbasis di Jawa Tengah bagian selatan ini banyak terpengaruh paham-paham komunis.
 
"Karenanya, mereka kerap berbeda pendapat dengan Divisi Siliwangi yang baru datang itu. Siliwangi adalah kesatuan yang menyerap nilai-nilai militer profesional," ujar Petrik. 

Batalyon Sudigdo diyakini terlibat dalam Peristiwa Madiun 1948. Ketika Batalyon Sudigdo dibersihkan oleh pasukan Siliwangi dan digiring ke Cepogo, Lereng Merbabu, Kusman melarikan diri ke Madiun dan menjadi bagian kecil dari pasukan pemberontak dalam Madiun Affair 1948. 
 
Banyak sisa pemberontak dalam Madiun Affair diputihkan. Kusman beruntung terbebas dari pembersihan yang dilakukan pemerintahan Soekarno. Pascaperistiwa Madiun, nama Kusman diubah menjadi Untung. Nama itu terus disandangnya hingga dihukum mati dalam peristiwa berdarah G30S/PKI.

Dekat dengan Soeharto


Sekitar 1949, Kusman masuk kembali ke TNI dengan nama Untung Sutopo. Dia bergabung dengan Batalyon 444 di Kleco, Solo, sebagai komandan kompi. 
 
Pada 1 Maret 1953, Soeharto dipindahkan ke Solo sebagai komandan Resimen 15. Resimen 15 beranggota 3.704 personel itu terdiri dari pasukan yang dahulunya tergabung dalam Divisi Penembahan Senopati. Sejak di Resimen 15 inilah Soeharto mengenal Untung. 
 
"Soeharto mengakui, 'saya mengenal Untung sudah lama dan sejak menjadi komandan Resimen 15 di Solo, di mana Untung menjadi salah satu komandan Kompi Batalyon 444. Untung pernah mendapat pendidikan politik dari tokoh PKI Alimin'," ucap sejarawan Petrik. 
 
Pada 1958, Untung ikut dalam Operasi 17 Agustus yang dipimpin Ahmad Yani. Selain Untung, Latief yang masih berpangkat mayor juga ikut dalam operasi. Latief kala itu sebagai perwira intelijen Kodam III/Diponegoro. Sementara itu, Untung masih menjadi komandan kompi dengan pangkat letnan satu. 
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan