10 Negara Terbersih dari Korupsi, Warganya Tak Anggap Agama Penting
Muhammad Syahrul Ramadhan • 08 Januari 2021 18:54
Jakarta: Setiap tahun lembaga Koalisi Anti Korupsi Internasional, Transparency International merilis hasil survei praktik korupsi di 180 negara. Lembaga tersebut membuat peringkat dari 180 negara dan menilai mana saja yang memiliki potensi korupsi terbesar, serta tak berpotensi korupsi.
Berdasarkan survei teranyar di 2020, negara paling bersih dari praktik korupsi didominasi negara-negara nordik. Seperti Finlandia, Denmark, dan juga Swedia.
Ranking ini sama halnya dengan peringkat negara paling bahagia, yang juga didominasi negara Skandinavia. Dalam data teranyarnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan kebahagiaan dunia atau World Happines Report dan Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia.
Formula ranking korupsi disusun berdasarkan indeks yang disebut Corruption Perception Index (CPI). Ini gabungan dari expert judgement, penilaian ahli dan survei opini publik.
Untuk perbandingan, hasil dari indeks itu adalah angka 0 hingga 100. Semakin mendekati 100, negara itu diindikasikan semakin bersih. Sebaliknya, semakin mendekati angka 0, negara itu terindikasi semakin korup.
Berikut peringkat 10 besar negara paling bersih dari praktik korupsi beserta skornya :
1. New Zealand (87)
2. Denmark (87)
3. Finland (86)
4. Singapura (85)
5. Switzerland (85)
6. Sweden (84)
7. Norway (82)
8. Netherland (82)
9. Luxembourgh (80)
10. Germany (80)
Fakta Menarik
Intelektual Denny Januar Ali atau akrab disapa Denny JA kemudian mengungkapkan sejumlah fakta menarik dari data-data tersebut. Dari data negara paling bersih dari praktik korupsi tersebut, ternyata justru memiliki warga yang menganggap agama tidak lagi penting dalam kehidupan.
Dalam esainya Denny membeberkan, fakta menarik ini ia temukan setelah membandingkan dua data yang valid. Yakni CPI (Corruption Perception Index) tahun 2019 (terbit tahun 2020) dan Gallup Poll 2009.
Baca juga: Mayoritas Warga di 10 Negara Paling Bahagia Tak Anggap Agama Penting, Kenapa?
Denny yang juga penulis buku ini membuat ranking seberapa penting agama bagi warga di negara paling bersih dari tindakan rasuah.
Berikut adalah top 10 negara yang paling bersih korupsi. Angka di dalam tanda kurung menunjukkan persentase pentingnya agama dalam hidup mereka:
1. New Zealand (33 persen)
2. Denmark (19 persen)
3. Finland (28 persen)
4. Singapore (70 persen)
5. Switzerland (41 persen)
6. Sweden (15 persen)
7. Norway (22 persen)
8. Netherland (33 persen)
9. Luxembourgh (39 persen)
10. Germany (40 persen).
Hasil ini cukup mengejutkan. Denny pun mengatakan, bahwa pada negara yang paling bersih korupsi tersebut, ternyata warganya tidak menganggap agama penting. Bahkan di Swedia, hanya 15 persen warga di sana yang mengangap agama penting.
"Satu-satunya negara dalam Top 10 negara di atas hanya Singapura (70 persen), yang mayoritas warganya menganggap agama penting," terang Denny dalam esai yang diterima Medcom.id, Jumat, 8 Januari 2021.
Ia pun menjelaskan, rata-rata di top 10 negara tersebut, hanya 34 persen warganya yang menganggap agama penting. "Jauh lebih banyak menganggap agama tak lagi penting dalam hidupnya," terangnya
Denny pun melanjutkan peringkat dengan level korupsi negara yang mayoritas warga menganggap agama penting. Di bawah ini daftar negara itu. Angka di dalam kurung berturut-turut adalah nama agama mayoritas. Lalu berapa persen warga negara menganggap agama penting. Kemudian, data skor kebersihan pemerintahannya.
1. India (Hindu, 90 persen, 80)
2. Philipines (Katolik, 96 persen, 113)
3. Arab Saudi (Islam, 93 persen, 51)
4. Thailand (Budha, 96 persen, 101)
5. Indonesia (Islam, 97 persen, 85)
Berdasarkan data di atas, dari 179 negara yang diukur, lima negara di atas hanya bercokol di papan tengah, hingga papan tengah bawah. Baik yang mayoritas Hindu, Katolik, Budha, Islam, kebersihan pemerintahannya dinilai buruk
Di India, misalnya, dengan agama Hindu yang 90 persen warganya menganggap agama penting dalam hidupnya. Namun level korupsinya di berada di urutan 80 dari 179 negara yang diukur. Sementara di Filipina, yang 96 persen penduduknya merasa agama sangat penting, korupsinya justru berada di peringkat 111.
"Tak besar efek keyakinan agama kepada moralitas publik seperti korupsi, dapat dilihat untuk kasus Indonesia. Di negara kita, 99 persen menganggap agama penting dalam hidup. Korupsinya di level 85," ungkap Denny.
Bahkan ditengarai departemen agama di Indonesia justru adalah lembaga paling korup. Ia pun mempertanyakan bagaimana bisa? Kementerian untuk menyampaikan pesan agama yang suci justru paling korup?
"Bahkan tiga menteri agama Indonesia di era reformasi dipenjara karena korupsi," tulis Denny.
Denny pun menjelaskan, bagaimana fenomena ini terjadi dengan dua kata kunci. Yakni Moral Publik dan Agama Bukan Satu-Satunya Sumber Moral Publik.
Moral Publik
Pertama, moral publik di pemerintahan tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya mereka yang meyakini agama. Tapi korupsi itu lebih ditentukan oleh penerapan manajemen modern.
Manajemen modern untuk mencegah korupsi itu, jelas Denny, terdiri atas beberapa prinsip. Yakni kontrol internal pemerintahan yang efektif, hadirnya lembaga pelacak korupsi, bebasnya investigasi oleh media dan civil society, rule of law dan sanksi hukum kepada koruptor, dan kuatnya etik pemerintahan.
"Manajemen modern. Bukan agama, yang membuat pemerintahan bersih," jelasnya.
Ia pun memberi rekomendasi bagaimana menegakkan moralitas publik. Yau=itu dengan menambahkan dosis manajemen modern tersebut. "Bukan tambahkan dosis agama di ruang publik," tegasnya.
Agama Bukanlah Satu-Satunya Sumber Moral Publik
Agama, kata Denny, bukanlah satu satunya sumber moralitas publik. Apalagi agama yang ditafsir secara sempit, yang ingin memonopoli surga hanya bagi kelompoknya. Apalagi kekinian hadir 4.300 macam agama yang berbeda-beda.
"Terbukti sembilan dari top 10 negara paling bersih tingkat korupsi, mayoritas menganggap agama tak lagi penting dalam hidupnya," ungkapnya.
Sumber Moral Publik
Denny pun mengungkapkan, dari mana asalnya moral publik itu. Homo sapiens jelasnya sudah berusia 300 ribu tahun. Sedangkan agama dominan masa kini hanya berusia paling jauh 3.000 tahun.
Sebesar 300 ribu tahun dikurangi 3.000 tahun, artinya 99 persen dari usia Homo sapiens sudah hidup tanpa agama yang ada sekarang. "Renungan baik dan buruk dalam rangka survival sudah hidup dalam DNA manusia sejak lama. Bahkan sebelum agama yang dominan sekarang hadir," tulisnya.
Prinsip baik dan buruk itu tersimpan lebih kuat dalam akal budi manusia modern. Walau tak meyakini agama, prinsip benar dan salah itu tetap menyala.
Nyatanya, kata Denny, fakta menunjukkan itu. Di Denmark atau Swedia, hanya di bawah 20 persen warganya yang menganggap agama penting dalam hidupnya. "Toh mereka berhasil menegakkan pemerintahan yang bersih korupsi. Ini ruang publik yang sangat bermoral," terang Denny.
Ia pun melanjutkan, bagaimana peran agama di zaman modern ini, apakah tidak lagi penting? Menurutnya, hal tersebut tergantung bagaimana agama itu ditafsirkan.
Ia menyebut Jalaluddin Rumi sangat populer di dunia barat, karena ia menafsirkan agama secara universal. Tafsirnya menyatukan manusia, bukan membelah. Tafsirnya mengajak pada kedalaman "mengontrol kebersihan perilaku dari dalam".
"Tafsir agama jenis Jalaluddin Rumi ini tak hanya membawa kebahagiaan autentik bagi individu. Tapi tafsir ini juga fungsional bagi ruang publik di dunia modern, yang semakin netral dari dominasi satu agama," tutupnya.
Jakarta: Setiap tahun lembaga Koalisi Anti Korupsi Internasional, Transparency International merilis hasil survei praktik korupsi di 180 negara. Lembaga tersebut membuat peringkat dari 180 negara dan menilai mana saja yang memiliki potensi korupsi terbesar, serta tak berpotensi korupsi.
Berdasarkan survei teranyar di 2020, negara paling bersih dari praktik korupsi didominasi negara-negara nordik. Seperti Finlandia, Denmark, dan juga Swedia.
Ranking ini sama halnya dengan peringkat negara paling bahagia, yang juga didominasi negara Skandinavia. Dalam data teranyarnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan kebahagiaan dunia atau World Happines Report dan Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia.
Formula ranking korupsi disusun berdasarkan indeks yang disebut Corruption Perception Index (CPI). Ini gabungan dari
expert judgement, penilaian ahli dan survei opini publik.
Untuk perbandingan, hasil dari indeks itu adalah angka 0 hingga 100. Semakin mendekati 100, negara itu diindikasikan semakin bersih. Sebaliknya, semakin mendekati angka 0, negara itu terindikasi semakin korup.
Berikut peringkat 10 besar negara paling bersih dari praktik korupsi beserta skornya :
1. New Zealand (87)
2. Denmark (87)
3. Finland (86)
4. Singapura (85)
5. Switzerland (85)
6. Sweden (84)
7. Norway (82)
8. Netherland (82)
9. Luxembourgh (80)
10. Germany (80)