Kaleidoskop 2021: Kabar Duka Mendadak Akibat Delta Merebak
Yogi Bayu Aji • 30 Desember 2021 12:24
Jakarta: Tahun 2021 bisa dibilang menjadi masa yang berat bagi Indonesia. Pasalnya, Tanah Air masih dilanda pandemi covid-19. Sejak pertama kali terdeteksi pada Maret 2020, virus korona akhirnya menunjukkan keganasannya pada medio 2021.
Petaka dimulai dari masuknya varian covid-19 B.1.617.2 alias delta. Varian covid-19 yang lebih mudah menular ini sebelumnya sudah menggila di India. Pada Sabtu, 1 Mei 2021, kasus harian covid-19 di 'Negara Anak Benua' tercatat mencapai 401.993 atau yang tertinggi di dunia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan setidaknya dua kasus varian delta terdeteksi di DKI Jakarta pada awal Mei 2021. Varian ini pun mendapatkan momentum untuk menyebar di Tanah Air karena 'menyusup' masuk Indonesia ketika masa Ramadan.
Pemerintah sedianya sudah melarang warga untuk mudik Idulfitri 1442 Hijriah selama 6 hingga 17 Mei 2021 untuk mencegah penularan covid-19. Salah satu alasan pemerintah, yakni adanya tren kenaikan kasus harian pascalibur panjang pada 2020.
"Pemerintah telah memutuskan untuk melarang mudik lebaran tahun ini," kata Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 16 April 2021.
Baca: Larang Mudik Lebaran, Ini Alasan Jokowi
Namun, larangan pemerintah ini begitu saja dipatuhi warga. Di media sosial, narasi berisi dorongan untuk mudik banyak ditemukan. Pembuat konten beralasan nekat mudik salah satunya karena belum bertemu keluarga di kampung semenjak pandemi covid-19.
Ribuan pemudik yang mengendarai sepeda motor menjebol barikade penyekatan di Jalur Pantai Utara (Pantura) Kedungwaringin, perbatasan Kabupaten Bekasi-Karawang, Jawa Barat, pada Minggu malam, 9 Mei 2021. Pesepeda motor yang membeludak membuat kemacetan parah.
Baca: Pemudik Nekat
Niat pemudik itu mungkin ingin melepas rindu dengan keluarga di kampung. Namun, tanpa disadari, mereka diboncengi virus korona yang tak terlihat. Pemeriksaan acak menemukan dari 6.742 pemudik, 4.123 (61 persen) terkonfirmasi positif covid-19. Indonesia akhirnya harus membayar mahal.
Ledakan kasus
Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memperlihatkan kasus harian covid-19 mulai menanjak pada medio Juni 2021 atau satu bulan setelah Lebaran. Pada Mei 2021, kasus harian sekitar lima ribu kasus. Kasus harian terus naik hingga menjadi 21.807 kasus baru covid-19 per Rabu, 30 Juni 2021.
Kasus covid-19 makin mengganas pada Juli 2021. Per Kamis, 15 Juli 2021, 56.757 kasus baru covid-19 dilaporkan dalam sehari. Hingga saat ini, angka kasus harian itu selalu diingat sebagai puncak pandemi covid-19 di Indonesia.
Baca: Tertinggi Selama Pandemi, Kasus Covid-19 Bertambah 56.757 dalam Sehari
Juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan lonjakan kasus covid-19 disebabkan beragam faktor. Varian delta menjadi salah satu biang kerok. Namun, delta tak sendirian. Menurunnya kepatuhan protokol kesehatan masyarakat ikut memicu lonjakan kasus.
"Kita juga tidak bisa melupakan bahwa kenaikan kasus covid-19 sangat lekat kaitannya dengan interaksi antarmanusia," ujar Wiku melalui konferensi pers virtual, Selasa, 21 September 2021.
Faskes tumbang
Lonjakan kasus covid-19 yang begitu drastis mengguncang segala lini kehidupan masyarakat. Namun, beban terberat dirasakan fasilitas kesehatan (faskes). Pasalnya, pasien covid-19 terus berdatangan, sedangkan sumber daya yang tersedia terbatas.
Per Rabu, 14 Juli 2021, atau sehari sebelum puncak pandemi, keterisian tempat tidur (BOR) rumah sakit di Jawa-Bali sudah 80 persen. BOR tertinggi berada di Banten (91,4 persen) yang disusul Daerah Istimewa Yogyakarta (90,72 persen), dan Jawa Timur (82,37 persen).
"Sebagai catatan keterisian tempat tidur di Provinsi Bali meningkat hampir 20 persen dalam satu minggu terkahir menjadi 64 persen per 13 Juli," ujar juru bicara vaksinasi covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual, Rabu, 14 Juli 2021.
Baca: Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit Jawa-Bali di Atas 80 Persen
Masalah lain yang muncul, yakni ketersediaan pasokan tabung oksigen. Tingginya jumlah pasien covid-19 membuat stok tabung oksigen di rumah sakit (RS) menipis. Bahkan, RS di Cirebon, Jawa Barat, terpaksa menolak pasien karena tabung oksigen habis.
"Sehubung dengan kosongnya pasokan tabung oksigen hari ini, jadi kami tidak menerima pasien yang memerlukan oksigen sampai batas waktu yang belum ditentukan," kata Humas RS Paru, Cirebon, Maman Surahman, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat, 9 Juli 2021.
Baca: Stok Habis, RS di Cirebon Terpaksa Tolak Pasien yang Butuh Oksigen
Di sisi lain, tenaga kesehatan (nakes) yang memiliki peran vital untuk menangani pasien ikut tertular covid-19. Di Jakarta Barat saja, dari sekitar 5.000 nakes, 1.700 di antaranya tertular covid-19. Angka itu terhimpun hanya dalam sebulan, yakni Juli 2021.
Tak hanya tertular, nakes ikut kehilangan nyawa akibat covid-19. Sebanyak 74 tenaga kesehatan meninggal selama delapan hari di Juli 2021. Bahkan, 15 tenaga kesehatan meninggal per Selasa, 6 Juli 2021.
Gema kabar duka
Virus korona yang dapat menyerang siapa saja akhirnya membuktikan keganasannya di Indonesia. Ledakan kasus covid-19 selama Juni hingga Agustus 2021 diikuti dengan ramainya kabar duka di kalangan masyarakat.
Kondisi ini tampak jelas di media sosial (medsos). Dunia maya memang menjadi jembatan komunikasi warga, khususnya selama pandemi-19. Kabar duka mendadak berseliweran, baik di kalangan kerabat, sahabat, maupun rekan sejawat.
Ada kisah anak yang kedua orang tuanya meninggal dalam waktu berdekatan karena covid-19. Selain itu, ada cerita soal anak yang kehilangan orang tuanya saat sedang mengantre mengisi tabung oksigen.
Kisah yang tak kalah banyak, yakni soal warga yang kehilangan keluarga maupun sahabat yang tengah isolasi mandiri. Sebelum pergi selama-lamanya, kebanyakan pasien dalam kondisi stabil. Duka ditinggal keluarga maupun sahabat ini rasanya sudah dirasakan sebagian masyarakat.
Korban covid-19 menyebar merata, tidak peduli tua atau muda, pejabat atau masyarakat biasa, maupun kaya atau miskin. Kesulitan mendapatkan perawatan yang memadai menjadi salah satu penyebab kepergian para pasien.
Keadaan ini dialami Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja yang meninggal usai terpapar covid-19 pada Minggu, 11 Juli 2021. Eka tidak ditangani di wilayah yang dipimpinnya karena unit perawatan intensif (ICU) di RS se-Kabupaten Bekasi sudah penuh.
Baca: Bupati Bekasi Tidak Dirawat di Kabupaten Bekasi Gara-gara RS Penuh
Berdasarkan data Satgas Covid-19, angka kematian pasien bertambah sejalan dengan ledakan kasus covid-19. Pada Mei 2021, kasus kematian per hari sekitar 99 hingga 247. Per Rabu, 30 Juni 2021, ada 467 kematian pasien covid-19 dalam sehari.
Kasus kematian akibat covid-19 tertinggi dalam sehari terjadi pada Selasa, 27 Juli 2021. Kala itu, ada 2.069 orang yang kehilangan nyawa akibat virus korona. Selama 1 Juli hingga 28 Juli 2021, 30.168 pasien covid-19 tercatat berpulang, naik berlipat dari Juni dengan 7.913 kasus kematian.
“Jumlah kematian di Juli menjadi bulan dengan kematian paling banyak selama pandemi di Indonesia,” kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam telekonferensi di Jakarta, Jumat, 29 Juli 2021.
Baca: Kasus Kematian Akibat Covid-19 pada Juli 2021 Tertinggi Selama Pandemi
Satgas Penanganan Covid-19 menyebut kasus kematian pasien covid-19 tidak lagi disumbang dari kelompok masyarakat lanjut usia (lansia). Korban justru didominasi warga yang berumur 46 sampai 59 tahun.
"Pada kelompok usia 46-59 yang awalnya 2.500 naik jadi 13.000. Jadi, sekitar lima kali lipat kita lihat angka kematiannya," ujar Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 4 Agustus 2021.
Kondisi tersebut, kata Dewi, sejalan dengan case fatality rate (CFR) atau persentase kematian dari jumlah pasien yang terinfeksi covid-19. CFR kelompok usia 46 sampai 59 tahun pada Juni 3,48 persen naik menjadi 5,3 persen pada Juli 2021.
Pembatasan kegiatan
Lonjakan covid-19 membuat pemerintah perlu membuat langkah luar biasa. Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat selama 3 sampai 20 Juli 2021. Kebijakan ini terus diperpanjang dengan beragam evaluasi.
Dalam PPKM, tiap sektor kehidupan masyarakatan dibatasi dengan ketat. Pemerintah menggunakan beragam variabel untuk membuka kegiatan publik. Di tengah penerapan kebijakan ini, sektor kesehatan terus diperkuat. Vaksinasi covid-19 ikut digenjot.
PPKM yang kemudian diterapkan dalam empat level membuahkan hasil positif dengan meredanya kasus harian covid-19. Setidaknya, kasus harian covid-19 turun di bawah 10 ribu pada September 2021. Tren positif ini bertahan hingga kini, yakni di kisaran 100 sampai 200 kasus baru per hari.
Kemenkes mengeklaim penanggulangan covid-19 di Indonesia diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Pasalnya, kasus covid-19 di Tanah Air turun hingga 58 persen dalam dua pekan pada September 2021.
"Mengutip salah satu publikasi dari situs Ourworld.org data dari John Hopkins University, data yang terakhir di-update pada 12 September kemarin menyatakan penanganan covid-19 di Indonesia diapresiasi sebagai salah satu yang terbaik di dunia," kata juru bicara vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Rabu, 15 September 2021.
Menurut Nadia, penanganan pandemi covid-19 di Indonesia memperlihatkan hasil yang cukup baik. Angka konfirmasi kasus positif harian di Indonesia turun drastis.
"Pada 13 September 2021 kita bahkan sempat mencatatkan angka temuan kasus harian terendah sejak Mei 2021, yaitu pada angka 2.577 orang," ungkap dia.
Baca: Kemenkes: Penanganan Covid-19 Indonesia Salah Satu Terbaik Dunia
Varian baru
Kondisi pandemi covid-19 yang mulai terkendali belum bisa membuat publik Tanah Air bernapas lega. Hal ini mengingat virus korona terus bermutasi selama menyebar di penjuru dunia. Salah satu varian terbaru covid-19, yakni B.1.1.529 alias omicron.
Per Rabu, 29 Desember 2021, kasus covid-19 varian omicron bertambah 21 menjadi 68 pasien. Kasus baru berasal dari pelaku perjalanan internasional, yakni 16 warga negara Indonesia (WNI) dan lima warga negara asing (WNA).
"Adanya kasus omicron Indonesia karena adanya perjalanan dari beberapa negara, seperti Arab Saudi dan Turki sehingga masyarakat diimbau untuk mempertimbangkan berlibur ke sana," kata juru bicara vaksinasi covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Baca: Kasus Baru Omicron Bertambah 21 Orang, 16 WNI dan 5 WNA
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan varian omicron tak boleh disepelekan. Seperti delta, omicron dapat membebani sistem kesehatan di banyak negara meski berbagai studi awal menunjukkan varian covid-19 tersebut hanya berujung pada gejala-gejala ringan.
"(Omicron) tetap dapat meningkatkan angka rawat inap, terutama di kalangan individu yang belum divaksinasi, dan memicu gangguan terhadap sistem kesehatan dan layanan kritis lainnya," ucap Manajer Insiden Covid-19 WHO cabang Eropa, Catherine Smallwood, dilansir dari laman Shafaq, Rabu, 29 Desember 2021.
Pemerintah memastikan omicron tak akan dibiarkan merajalela di Nusantara. Akses masuk ke Indonesia dibatasi, khususnya terhadap negara dengan kasus omicron yang tinggi. Warga juga dimbau tidak ke luar negeri bila tidak mendesak serta tidak berkerumun saat Tahun Baru 2022.
Baca: Satgas Optimistis Penanganan Covid-19 di 2022 Lebih Baik
Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengajak masyarakat melihat kilas balik penanganan pandemi di Indonesia di 2021 sebagai bahan pembelajaran. Korban covid-19 diharap tidak terus bertambah sehingga Indonesia dapat mencapai endemi covid-19 di 2022.
"Perjuangan kita belum berakhir. Namun, hendaknya kita menyambut Tahun Baru 2022 dengan doa dan harapan bahwa di tahun mendatang, kasus covid-19 di Indonesia dan dunia dapat semakin terkendali," kata Wiku dilansir dari situs resmi Satgas Covid-19, Rabu, 29 Desember 2021.
Jakarta: Tahun 2021 bisa dibilang menjadi masa yang berat bagi Indonesia. Pasalnya, Tanah Air masih dilanda
pandemi covid-19. Sejak pertama kali terdeteksi pada Maret 2020, virus korona akhirnya menunjukkan keganasannya pada medio 2021.
Petaka dimulai dari masuknya varian covid-19 B.1.617.2 alias delta. Varian covid-19 yang lebih mudah menular ini sebelumnya sudah menggila di India. Pada Sabtu, 1 Mei 2021, kasus harian
covid-19 di 'Negara Anak Benua' tercatat mencapai 401.993 atau yang tertinggi di dunia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan setidaknya dua kasus varian delta terdeteksi di DKI Jakarta pada awal Mei 2021. Varian ini pun mendapatkan momentum untuk menyebar di Tanah Air karena 'menyusup' masuk Indonesia ketika masa Ramadan.
Pemerintah sedianya sudah melarang warga untuk mudik Idulfitri 1442 Hijriah selama 6 hingga 17 Mei 2021 untuk mencegah penularan covid-19. Salah satu alasan pemerintah, yakni adanya tren kenaikan kasus harian pascalibur panjang pada 2020.
"Pemerintah telah memutuskan untuk melarang mudik lebaran tahun ini," kata Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 16 April 2021.
Baca:
Larang Mudik Lebaran, Ini Alasan Jokowi
Namun, larangan pemerintah ini begitu saja dipatuhi warga. Di media sosial, narasi berisi dorongan untuk mudik banyak ditemukan. Pembuat konten beralasan nekat mudik salah satunya karena belum bertemu keluarga di kampung semenjak pandemi covid-19.
Ribuan pemudik yang mengendarai sepeda motor menjebol barikade penyekatan di Jalur Pantai Utara (Pantura) Kedungwaringin, perbatasan Kabupaten Bekasi-Karawang, Jawa Barat, pada Minggu malam, 9 Mei 2021. Pesepeda motor yang membeludak membuat kemacetan parah.
Baca:
Pemudik Nekat
Niat pemudik itu mungkin ingin melepas rindu dengan keluarga di kampung. Namun, tanpa disadari, mereka diboncengi virus korona yang tak terlihat. Pemeriksaan acak menemukan dari 6.742 pemudik, 4.123 (61 persen) terkonfirmasi positif covid-19. Indonesia akhirnya harus membayar mahal.
Ledakan kasus
Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memperlihatkan kasus harian covid-19 mulai menanjak pada medio Juni 2021 atau satu bulan setelah Lebaran. Pada Mei 2021, kasus harian sekitar lima ribu kasus. Kasus harian terus naik hingga menjadi 21.807 kasus baru covid-19 per Rabu, 30 Juni 2021.
Kasus covid-19 makin mengganas pada Juli 2021. Per Kamis, 15 Juli 2021, 56.757 kasus baru covid-19 dilaporkan dalam sehari. Hingga saat ini, angka kasus harian itu selalu diingat sebagai puncak pandemi covid-19 di Indonesia.
Baca:
Tertinggi Selama Pandemi, Kasus Covid-19 Bertambah 56.757 dalam Sehari
Juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan lonjakan kasus covid-19 disebabkan beragam faktor. Varian
delta menjadi salah satu biang kerok. Namun, delta tak sendirian. Menurunnya kepatuhan protokol kesehatan masyarakat ikut memicu lonjakan kasus.