Peletakan batu pertama pembangunan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) atau Suaka Badak Sumatera di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Foto: Medcom.id/Fajri Fatmawati
Peletakan batu pertama pembangunan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) atau Suaka Badak Sumatera di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Foto: Medcom.id/Fajri Fatmawati

Pembangunan Suaka Badak Dimulai di Aceh

Fajri Fatmawati • 12 November 2021 10:09
Aceh Timur: Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem melakukan peletakan batu pertama pembangunan Sumatra Rhino Sanctuary (SRS) atau Suaka Badak Sumatra di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Aceh.
 
Peletakan batu pertama tersebut dilaksanakan pada Kamis, 11 November 2021, pukul 12.00 WIB, oleh Bupati Aceh Timur Teungku Hasballah dan disaksikan oleh Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi-Direktorat Jenderal KSDAE, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Aceh, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Aceh Timur, Konsorsium Badak Utara, Direktur Tropical Forest Conservation Action (TFCA) - Sumatra dan beberapa tokoh masyarakat. 
 
Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian LHK, Jefry Susyafrianto, mengatakan peletakan batu pertama pembangunan SRS di Kabupaten Aceh Timur tersebut sebagai tahap awal.

Baca: Satu-satunya Badak Sumatra di Malaysia Mati
 
"Ini adalah sebagai tahap awal proses pembangunan sarana prasarana pendukung pengelolaan SRS dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Populasi Badak sumatra 2018-2021," kata Jefri, Kamis, 11 November 2021.
 
Jefri melanjutkan, hal tersebut ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Nomor: SK.421/KSDAE/SET/KSA.2/12/2018 serta menjadi implementasi dari upaya pengawetan jenis khususnya badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) di Provinsi Aceh.
 
"Untuk menghindari bahaya kepunahan, menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis, memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem," ujarnya.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan