Tuduhan terbaru dilayangkan Soylu pada 4 Februari saat Turki sedang mengupayakan hubungan yang lebih baik dengan sekutu NATO-nya.
Ankara telah lama menyalahkan ulama Fethullah Gulen -,mantan sekutu Presiden Recep Tayyip Erdogan yang tinggal di Pennsylvania,- dan melancarkan tindakan keras yang meluas di jaringannya, yang disebut Ankara dengan akronim 'FETO'. Gulen menyangkal keterlibatan apa pun.
Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan kepada Hurriyet bahwa Amerika Serikat telah mengelola upaya kudeta, sementara jaringan Gulen melakukannya. "Eropa sangat antusias tentang hal itu,” tutur Soylu, seperti dikutip Hurriyet, Jumat 5 Februari 2021.
"Jelas sekali bahwa Amerika Serikat berada di belakang (kudeta) 15 Juli. FETO-lah yang melaksanakannya atas perintah mereka," katanya.
Ankara berusaha memperbaiki hubungan yang tegang dengan Washington, yang tahun lalu memberi sanksi kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan udara Rusia, dan dengan Uni Eropa (UE). UE telah mengancam tindakan terhadap Ankara atas perselisihan dengan Yunani di Mediterania.
Turki telah mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka mencapai "agenda positif" dengan UE, dan ingin meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden. Sementara Biden diperkirakan akan lebih keras di Ankara atas catatannya tentang hak asasi manusia, yang membuat khawatir sekutu Barat Turki.
Sejak kudeta yang gagal, Turki telah menahan sekitar 292.000 orang karena diduga terkait dengan Gulen dan telah menangguhkan atau memecat lebih dari 150.000 pegawai negeri. Ratusan media telah ditutup dan puluhan anggota parlemen oposisi telah dipenjara.
Tanggapan pemerintah terhadap protes selama sebulan di salah satu universitas ternama di negara itu juga membuat khawatir Washington dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keduanya mengutuk retorika "homofobik" oleh para pejabat.
Soylu menyebut beberapa pengunjuk rasa sebagai "LGBT menyimpang" dan Presiden Erdogan mengatakan pada Rabu "tidak ada yang namanya" LGBT.
Tanggapan AS
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price pada 4 Februari membantah tuduhan keterlibatan yang dilayangkan Turki.“Amerika Serikat tidak terlibat dalam upaya kudeta 2016 di Turki dan kami mengutuknya. Penegasan baru-baru ini yang bertentangan dengan yang dibuat oleh pejabat senior Turki sepenuhnya salah,” tegas Price, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.
“Pernyataan ini dan klaim lain yang tidak berdasar dan tidak bertanggung jawab atas tanggung jawab AS mengenai peristiwa di Turki tidak sejalan dengan status Turki sebagai Sekutu NATO dan mitra strategis Amerika Serikat,” imbuhnya.
Lebih dari 250 orang tewas dalam upaya menggulingkan Presiden Tayyip Erdogan dan pemerintahannya pada 15 Juli 2016. Saat itu tentara pembangkang menguasai pesawat tempur, helikopter dan tank untuk merebut institusi negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News