Ankara: Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menuduh Amerika Serikat (AS) berada di balik kudeta yang gagal pada 2016. Tuduhan diarahkan kepada ulama Turki yang kini dalam pengasingan di AS.
Tuduhan terbaru dilayangkan Soylu pada 4 Februari saat Turki sedang mengupayakan hubungan yang lebih baik dengan sekutu NATO-nya.
Ankara telah lama menyalahkan ulama Fethullah Gulen -,mantan sekutu Presiden Recep Tayyip Erdogan yang tinggal di Pennsylvania,- dan melancarkan tindakan keras yang meluas di jaringannya, yang disebut Ankara dengan akronim 'FETO'. Gulen menyangkal keterlibatan apa pun.
Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan kepada Hurriyet bahwa Amerika Serikat telah mengelola upaya kudeta, sementara jaringan Gulen melakukannya. "Eropa sangat antusias tentang hal itu,” tutur Soylu, seperti dikutip Hurriyet, Jumat 5 Februari 2021.
"Jelas sekali bahwa Amerika Serikat berada di belakang (kudeta) 15 Juli. FETO-lah yang melaksanakannya atas perintah mereka," katanya.
Ankara berusaha memperbaiki hubungan yang tegang dengan Washington, yang tahun lalu memberi sanksi kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan udara Rusia, dan dengan Uni Eropa (UE). UE telah mengancam tindakan terhadap Ankara atas perselisihan dengan Yunani di Mediterania.
Turki telah mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka mencapai "agenda positif" dengan UE, dan ingin meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden. Sementara Biden diperkirakan akan lebih keras di Ankara atas catatannya tentang hak asasi manusia, yang membuat khawatir sekutu Barat Turki.
Sejak kudeta yang gagal, Turki telah menahan sekitar 292.000 orang karena diduga terkait dengan Gulen dan telah menangguhkan atau memecat lebih dari 150.000 pegawai negeri. Ratusan media telah ditutup dan puluhan anggota parlemen oposisi telah dipenjara.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan