Serangan dilakukan ketika sebuah pesawat tiba yang membawa anggota kabinet dari pemerintah yang baru dibentuk. Houthi pun menuduh Arab Saudi yang melakukan serangan.
Baca: Korban Tewas Ledakan di Bandara Yaman Bertambah Menjadi 27 Orang.
Kabinet yang baru diangkat dan rombongannya baru saja mulai turun dari pesawat Airbus A320 Yaman di Bandara Internasional Aden pada Rabu. Kemudian ledakan terjadi dan mengguncang landasan yang padat.
Detail pasti dari adegan berdarah hiruk pikuk yang mengikutinya masih belum jelas. Tapi suara tembakan keras dan tembakan sporadis bisa terdengar, dan 26 orang tewas. Tidak ada korban yang tampaknya berada di dalam pesawat itu sendiri.
Pemerintah Yaman menyalahkan gerakan Ansar Allah, juga dikenal sebagai Houthi, kelompok pemberontak Muslim Syiah Zaidi yang mengambil alih ibu kota enam tahun lalu. Ulah Houthi menarik intervensi yang dipimpin Saudi yang telah menjerumuskan negara itu ke dalam perang saudara habis-habisan yang terus berlanjut hingga hari ini.
Menteri Informasi Yaman Muammar al-Eryani menulis pernyataan tentang serangan itu melalui Twitter. “Kami menjamin bahwa semua anggota kabinet aman dan serangan teroris pengecut oleh milisi Houthi yang didukung Iran di bandara Aden tidak akan menghalangi kami dari tugas kami dan hidup kami tidak lebih berharga daripada Yaman lainnya," tweet Muammar al-Eryani.
"Semoga Allah mengasihani jiwa-jiwa syuhada, dan mengharapkan kesembuhan kepada yang terluka,” tulis Al-Eryani, seperti dikutip Newsweek, Kamis 31 Desember 2020.
Perdana Menteri Yaman Maeen Abdulmalik Saeed, yang berada di dalam pesawat, men-tweet bahwa dia selamat dari serangan itu dan aman.
"Tindakan teroris pengecut yang menargetkan bandara Aden adalah bagian dari perang yang dilancarkan terhadap negara Yaman dan orang-orang hebat kami," tulis tweet itu.
“Serangan itu hanya akan meningkatkan desakan kami untuk memenuhi tugas kami sampai kudeta berakhir dan negara dipulihkan serta lebih stabil,” tegasnya.
Para pejabat telah memerintahkan penyelidikan atas serangan itu. Sementara mereka yang dituduh mengalihkan kesalahan kepada Arab Saudi.
Baca: Arab Saudi Kutuk Keras Ledakan di Bandara Yaman.
Abdulelah Hajar, seorang diplomat veteran Yaman yang sekarang menjabat sebagai penasihat kepresidenan Dewan Politik Tertinggi Houthi, menyampaikan belasungkawa bagi para korban dan mengeluarkan tuduhan terselubung terhadap Arab Saudi.
"Tidak memerlukan intelijen atau analisis untuk mengetahui bahwa siapa pun yang melakukan tindakan kriminal teroris dengan mengebom bandara Aden adalah orang yang sama yang melakukan agresi terhadap Yaman enam tahun lalu. Mereka telah membunuh serta melukai ratusan ribu orang Yaman yang tidak bersalah dengan serangan udara dan melakukan pengepungan oleh darat, udara dan laut," tulis Hajar di Facebook, menuduh Arab Saudi.
Dalam ketarangannya kepada Al Jazeera, sesama anggota Dewan Politik Tertinggi Mohammed al-Bukhaiti juga menyalahkan Arab Saudi.
Orang lain dalam kepemimpinan pro-Houthi Yaman menyalahkan faksi yang didukung Uni Emirat Arab (UEA), yang dengan keras berpisah dengan pemerintah Presiden Yaman yang diasingkan Abed Rabbo Mansour pada Agustus tahun lalu.
Arab Saudi telah berusaha untuk meredakan perselisihan dengan apa yang disebut Perjanjian Riyadh yang membuat kabinet yang menyeimbangkan kepentingan utara-selatan. Kabinet itu disumpah hanya dalam dua hari yang lalu meskipun ada ketidaknyamanan yang terus berlanjut.
Faktanya, konflik di Aden dan di berbagai gubernur Yaman yang diduduki oleh koalisi agresi melawan Yaman telah berkecamuk sejak lama, dan ini bukan hanya konflik politik, melainkan konflik militer dan perang skala besar. Sementara menurut Nasreddin Amer, Wakil Sekretaris Pusat Informasi pro-Houthi, Perjanjian Riyadh datang sebagai upaya pembebanan dari Arab Saudi pada para pihak yang bertikai, terutama mereka yang mengikuti UEA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News