Putusan ini mengakhiri perebutan hak asuh anak yang telah berlangsung selama tiga tahun. Proses hukum antara Mohammed dan mantan istri, Putri Haya binti al-Hussein di Pengadilan Tinggi London melibatkan uang dalam jumlah besar dan diwarnai pertikaian sengit.
Haya merupakan saudara tiri dari Raja Yordania, Abdullah.
Pernyataan atas nama Sheikh Mohammed mengatakan, ia menyayangi anak-anaknya dan akan selalu menafkahi mereka.
“Ia mempertahankan bantahannya terhadap tuduhan yang disampaikan dalam proses kontroversial ini,” kata pernyataan tersebut, dikutip dari Yahoo News, Jumat, 25 Maret 2022.
Kasus tersebut mengungkap penculikan, ancaman pembunuhan, perselingkuhan Putri dengan seorang pengawal, pemerasan, mata-mata, hingga peretasan telepon. Pengungkapan ini dilatari rumah-rumah mewah, pakaian mahal, perhiasan senilai jutaan dolar, dan sejumlah kuda pacu.
Pengadilan London sebelumnya sudah memutuskan pemimpin Dubai telah membuat Haya merasa nyawanya terancam, serta menculik dan menganiaya dua anak perempuannya dari pernikahan lain. Mohammed juga memerintahkan agar telepon Haya dan para pengacaranya diretas dengan perangkat lunak keamanan negara "Pegasus".
Salah satu dari pengacara Haya diketahui merupakan legislator Inggris.
Turut diputuskan bahwa Mohammed, wakil presiden dan perdana menteri Uni Emirat Arab (UAE), harus membayar lebih dari 554 juta poundsterling (Rp10,5 triliun) untuk keamanan dan mengurus anak-anak dalam jangka panjang.
Dalam keputusan terakhirnya, Andrew McFarlane, kepala Divisi Keluarga di pengadilan Inggris dan Wales, mengatakan, “Mohammed secara konsisten menunjukkan perilaku memaksa terhadap anggota keluarga yang menentang dirinya”.
“Meski dilakukan dengan skala sangat berbeda dari keadaan kasus yang biasa disidangkan di Pengadilan Keluarga pada yurisdiksi ini, perilaku sang ayah terhadap ibu dari anak-anaknya adalah kekerasan dalam rumah tangga,” ujar McFarlane.
Hakim menyimpulkan Haya harus mengambil keputusan sendiri terkait pendidikan dan kesehatan kedua anak mereka, Jalila, 14 dan Zayed, 10. Mohammed hanya perlu diberi tahu mengenai hal-hal itu.
Hubungannya dengan kedua anak akan terbatas dalam bentuk panggilan dan pesan telepon, usai Sheikh sendiri memutuskan untuk tidak mengupayakan kontak langsung dengan mereka.
Berterima kasih kepada sistem peradilan Inggris, Haya berkata akan membesarkan anak-anaknya untuk menghormati tradisi kedua negara asal mereka.
"Jalila, Zayed dan saya bukan pion yang bisa digunakan untuk memecah belah," tukas Haya.
Dengan dirilisnya keputusan Kamis, berakhir kasus yang telah memakan lebih dari 70 juta poundsterling (Rp1,3 triliun) untuk membayar pengacara. McFarlane menyebutnya “biaya hukum yang sangat besar”.
Hakim mengatakan Mohammed, yang memegang operasi pacuan kuda Godolphin, adalah seorang ayah yang menyayangi kedua anaknya, dan anak-anaknya juga sayang kepadanya.
Tapi ia juga mengkritik perilaku sang syekh dan penolakannya untuk mengakui peran mantan istrinya dalam merawat anak.
"Perilaku Yang Mulia terhadapnya baik dengan ancaman, puisi, koordinasi laporan pers, diam-diam membeli properti yang dapat langsung mengawasi (Haya), peretasan telepon dalam melakukan pengadilan ini, merupakan kekerasan, bahkan dalam ukuran yang sangat berlebihan," kata McFarlane.
“Walau ada temuan pengadilan, Yang Mulia tidak menyatakan bahwa salah satu dari perilaku ini telah terjadi atau dia ambil bagian dalam pelaksanaannya,” sebutnya.
Diketahui syekh itu sama sekali tidak turut serta dalam proses pengadilan.
Pertikaian antara kedua bangsawan dimulai tak lama setelah Haya melarikan diri ke Inggris pada April 2019, karena khawatir akan keselamatannya setelah ketahuan berselingkuh dengan seorang pengawal.
Ia kemudian kena pemerasan oleh empat anggota tim keamanannya sementara syekh menyusun intimidasi terhadap Haya, lalu meretas telepon Haya dan pengacaranya.
Putusan terhadap Mohammed tampaknya tidak memengaruhi kedudukan internasional ataupun hubungan antara Inggris, Dubai dan UAE.
Negara Teluk yang kaya minyak itu berjanji pada September lalu untuk menginvestasikan 10 miliar pound (kisaran Rp190 miliar) dalam energi bersih Inggris, infrastruktur, teknologi dan ilmu. Dalam kunjungannya ke Abu Dhabi pekan lalu, Perdana Menteri Boris Johnson menyebutnya sebagai mitra internasional utama. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News