Dalam keputusan terakhirnya, Andrew McFarlane, kepala Divisi Keluarga di pengadilan Inggris dan Wales, mengatakan, “Mohammed secara konsisten menunjukkan perilaku memaksa terhadap anggota keluarga yang menentang dirinya”.
“Meski dilakukan dengan skala sangat berbeda dari keadaan kasus yang biasa disidangkan di Pengadilan Keluarga pada yurisdiksi ini, perilaku sang ayah terhadap ibu dari anak-anaknya adalah kekerasan dalam rumah tangga,” ujar McFarlane.
Hakim menyimpulkan Haya harus mengambil keputusan sendiri terkait pendidikan dan kesehatan kedua anak mereka, Jalila, 14 dan Zayed, 10. Mohammed hanya perlu diberi tahu mengenai hal-hal itu.
Hubungannya dengan kedua anak akan terbatas dalam bentuk panggilan dan pesan telepon, usai Sheikh sendiri memutuskan untuk tidak mengupayakan kontak langsung dengan mereka.
Berterima kasih kepada sistem peradilan Inggris, Haya berkata akan membesarkan anak-anaknya untuk menghormati tradisi kedua negara asal mereka.
"Jalila, Zayed dan saya bukan pion yang bisa digunakan untuk memecah belah," tukas Haya.
Dengan dirilisnya keputusan Kamis, berakhir kasus yang telah memakan lebih dari 70 juta poundsterling (Rp1,3 triliun) untuk membayar pengacara. McFarlane menyebutnya “biaya hukum yang sangat besar”.
Hakim mengatakan Mohammed, yang memegang operasi pacuan kuda Godolphin, adalah seorang ayah yang menyayangi kedua anaknya, dan anak-anaknya juga sayang kepadanya.