Pesawat AS mengevakuasi warga Afghanistan/AFP/Alexander Klein
Pesawat AS mengevakuasi warga Afghanistan/AFP/Alexander Klein

Warga Afghanistan Berlomba Melarikan Diri dari Kabul

Nur Aivanni, Media Indonesia.com • 23 Agustus 2021 00:45
Kabul: Puluhan ribu warga Afghanistan berlomba pergi dari negara mereka saat Amerika Serikat memberi tenggat evakuasi pada akhir Agustus 2021. Amerika juga memperingatkan soal ancaman keamanan di bandara Kabul.
 
Sementara itu, Uni Eropa mengatakan "tidak mungkin" untuk mengevakuasi semua orang yang berpotensi terancam Taliban. Dalam sepekan sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, kelompok militan Islam garis keras itu mengeklaim membentuk pemerintahan yang lebih lembut ketimbang versi mereka yang brutal saat berkuassa pada 1996-2001.
 
Baca: Perempuan Afghanistan Melahirkan di Pesawat Evakuasi Amerika Serikat

Namun, warga Afghanistan yang ketakutan terhadap Taliban tetap mencoba melarikan diri dari negaranya. Kekacauan pun terjadi di Bandara Kabul.
 
Sky News pada Sabtu, 21 Agustus 2021 memperlihatkan rekaman setidaknya tiga mayat ditutupi terpal putih di luar bandara. Tidak dijelaskan bagaimana mereka meninggal.
 
Reporter Sky, Stuart Ramsay, yang berada di bandara, menyebut kematian itu tak terhindarkan dan mengatakan orang-orang sedang dihancurkan, sementara yang lain mengalami dehidrasi dan ketakutan.
 
Sebelumnya, ada video bayi diangkat di atas dinding di bandara dan adegan orang-orang yang tergantung di pesawat yang akan berangkat.
 
Para keluarga Afghanistan itu berharap keajaiban dengan berkumpul di antara kawat berduri yang mengelilingi tanah tak bertuan yang memisahkan antara Taliban dengan pasukan AS. Sementara, jalan menuju bandara tersendat akibat kemacetan.
 
Presiden AS Joe Biden menggambarkan situasi itu sebagai salah satu evakuasi udara terbesar dan tersulit dalam sejarah.
 
Keadaan semakin rumit setelah pemerintah AS memperingatkan warganya untuk menjauhi bandara, pada Sabtu, 21 Agustus 2021.
 
Tidak ada alasan khusus yang diberikan. Namun, seorang pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan Biden telah diberitahu tentang ancaman "kontra-terorisme", termasuk kelompok ISIS.
 
 

Amerika Serikat, yang memiliki ribuan tentara yang berusaha mengamankan bandara, telah menetapkan tenggat waktu untuk menyelesaikan evakuasi pada 31 Agustus.
 
Di sisi lain, Pemerintah AS menyebut masih ada 15 ribu warga Amerika dan 50 ribu hingga 60 ribu sekutunya dari Afghanistan yang perlu dievakuasi. Termasuk jurnalis yang risau akan penindasan di bawah rezim Taliban.
 
"Kami tahu bahwa kami berjuang melawan ruang dan waktu," kata juru bicara Pentagon John Kirby.
 
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebut evakuasi itu mustahil. "Mereka ingin mengevakuasi 60 ribu orang antara sekarang dan akhir bulan ini. Secara matematis tidak mungkin," aku dia kepada AFP.
 
Pihaknya juga sudah menyampaikan keluhan kepada Amerika soal pengamanan bandara yang terlalu ketat yang menghambat upaya orang Afghanistan yang bekerja untuk orang Eropa untuk masuk.
 
Meski begitu, Joe Biden mengatakan tenggat waktu evakuasi itu dapat diperpanjang. Pada Sabtu, 21 Agustus 2021, Pentagon mengatakan 17 ribu orang sudah dievakuasi keluar Afghanistan sejak operasi dimulai pada 14 Agustus, termasuk 2.500 warga Amerika. Ribuan orang lainnya diangkut dengan penerbangan militer asing lainnya.
 
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang pada 2001 membawa Inggris ke dalam perang di Afghanistan bersama Amerika Serikat, mengkritik AS dengan menyatakan penarikan itu "tidak masuk akal".
 
"Penelantaran Afghanistan dan rakyatnya adalah tragis, berbahaya, tidak perlu, bukan demi kepentingan mereka dan bukan kepentingan kita," tulis Blair dalam artikelnya. "Kami tidak perlu melakukannya. Kami memilih untuk melakukannya," lanjut dia.
 
Taliban secara terbuka mengizinkan militer AS mengawasi evakuasi udara itu sambil berfokus soal cara mereka memerintah negara tersebut setelah pasukan asing pergi. Para pejabat mengatakan mereka sedang memetakan "pemerintah yang inklusif".
 
Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, pun dikabarkan terbang ke Kabul pada Sabtu, 21 Agustus 2021. Seorang pejabat senior Taliban mengatakan kepada AFP bahwa Baradar akan bertemu dengan para pemimpin jihad, sesepuh, dan politisi dalam beberapa hari ke depan.
 
Pertemuan di Kabul itu termasuk dilakukan dengan para pemimpin jaringan Haqqani, sebuah organisasi yang dianggap AS sebagai teroris.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan