Kabul: Puluhan ribu warga Afghanistan berlomba pergi dari negara mereka saat Amerika Serikat memberi tenggat evakuasi pada akhir Agustus 2021. Amerika juga memperingatkan soal ancaman keamanan di bandara Kabul.
Sementara itu, Uni Eropa mengatakan "tidak mungkin" untuk mengevakuasi semua orang yang berpotensi terancam Taliban. Dalam sepekan sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, kelompok militan Islam garis keras itu mengeklaim membentuk pemerintahan yang lebih lembut ketimbang versi mereka yang brutal saat berkuassa pada 1996-2001.
Baca: Perempuan Afghanistan Melahirkan di Pesawat Evakuasi Amerika Serikat
Namun, warga Afghanistan yang ketakutan terhadap Taliban tetap mencoba melarikan diri dari negaranya. Kekacauan pun terjadi di Bandara Kabul.
Sky News pada Sabtu, 21 Agustus 2021 memperlihatkan rekaman setidaknya tiga mayat ditutupi terpal putih di luar bandara. Tidak dijelaskan bagaimana mereka meninggal.
Reporter Sky, Stuart Ramsay, yang berada di bandara, menyebut kematian itu tak terhindarkan dan mengatakan orang-orang sedang dihancurkan, sementara yang lain mengalami dehidrasi dan ketakutan.
Sebelumnya, ada video bayi diangkat di atas dinding di bandara dan adegan orang-orang yang tergantung di pesawat yang akan berangkat.
Para keluarga Afghanistan itu berharap keajaiban dengan berkumpul di antara kawat berduri yang mengelilingi tanah tak bertuan yang memisahkan antara Taliban dengan pasukan AS. Sementara, jalan menuju bandara tersendat akibat kemacetan.
Presiden AS Joe Biden menggambarkan situasi itu sebagai salah satu evakuasi udara terbesar dan tersulit dalam sejarah.
Keadaan semakin rumit setelah pemerintah AS memperingatkan warganya untuk menjauhi bandara, pada Sabtu, 21 Agustus 2021.
Tidak ada alasan khusus yang diberikan. Namun, seorang pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan Biden telah diberitahu tentang ancaman "kontra-terorisme", termasuk kelompok ISIS.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan