Setelah India, yang kemudian berpengaruh ke negara lain di Asia, termasuk Indonesia, kini kawasan Eropa diguncang gelombang baru virus korona.
Tercatat hampir 260 juta kasus secara global saat ini. Dari angka tersebut, 5,2 juta orang meninggal karena Covid-19. Jumlah tersebut empat hingga lima kali lebih banyak dibanding tahun lalu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awalnya mengatakan pandemi bisa berlangsung selama dua tahun, asalkan masyarakat patuh pada protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi. Namun, kenyataannya sebaliknya.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan, pandemi dapat bertahan lebih lama karena ketidakdisiplinan dan buru-buru mengambil keputusan untuk membuka perbatasan.
"Ini menyebab pandemi bisa berlangsung lebih lama lagi," katanya.
Sejak pertengahan tahun ini, Eropa kembali membuka perbatasan. Mereka juga sudah memperbolehkan pariwisata untuk turis asing.
Pembukaan yang terburu-buru ini disebabkan merosotnya ekonomi di Benua Biru. Bahkan, beberapa negara memperbolehkan untuk tidak lagi memakai masker.
"Sejumlah faktor berkontribusi untuk memperpanjang pandemi, seperti langkah-langkah kesehatan masyarakat yang tidak konsisten, dan pembukaan kembali perbatasan yang terburu-buru," seru kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pidatonya.
Jerman dan Austria dilaporkan menjadi negara terparah yang terkena dampak gelombang pandemi kali ini. Tingkat vaksinasi di sana juga cukup rendah.
Dari Eropa sebenarnya Indonesia bisa berkaca bahwa pandemi belum usai. Pandemi masih ada dan akan tetap ada hingga semua orang 'terselamatkan.'
Baca: Vaksin Tidak Merata Distribusinya, Menlu Retno: Kita Masih dalam Pandemi
Saat ini, dunia memiliki 'senjata' untuk menghadapi pandemi. Lebih baik dari tahun lalu. Namun, tetap saja ada yang menolak divaksin, karena katanya takut vaksin ini memiliki bahan berbahaya untuk tubuh.
Teori-teori konspirasi mengenai vaksin dimakan mentah-mentah oleh para anti-vaxxer. Ironis, tapi semakin lama semakin berkembang.
Lagi-lagi Eropa bisa menjadi contoh. Para anti-vaxxer menentang kebijakan pemerintah yang meminta seluruh warga untuk divaksinasi. Namun mereka malah berdemo sambil melepaskan masker.
Vaksin dibuat untuk membantu tubuh membentuk antibodi yang dapat melawan virus berubah ganas. Vaksin tidak menjamin seseorang tak terinfeksi, tapi bisa membantu mengurangi gejalanya menjadi ringan.
Walaupun begitu, vaksin akan lebih efektif jika kita menggunakan masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan protokol kesehatan lainnya.
"Kita masih tetap berada di dalam pandemi. Tidak ada yang aman sampai semuanya aman," kata Menlu Retno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News