Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin menghadapi tuntutan mundur dari jabatannya. Ia dianggap tidak becus dalam merespons pandemi covid-19 di negara itu.
Memang, akibat pembatasan covid-19 yang diberlakukan, pertumbuhan ekonomi di Malaysia menurun. Hal ini disebabkan, banyak bisnis non-esensial ditutup sebagai bagian dari pembatasan.
Namun, di sisi pemerintah, pembatasan perlu dilakukan karena angka infeksi yang terus melonjak setiap harinya, membuat para tenaga kesehatan mulai kewalahan merawat pasien virus korona. Serba salah? Ya, begitulah!
Pada Kamis lalu, Muhyiddin secara mengejutkan mencabut status darurat covid-19. Padahal, pencabutan itu belum dilakukan dengan melalui konsultasi Raja Malaysia, Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah.
Dari sini lah kisruh politik yang memang sudah kusut di Malaysia, makin keruh. Muhyiddin dituduh melakukan pengkhianatan dan didesak untuk mundur.
Desakan muncul setelah raja mencela pemerintahnya yang dilanda krisis karena menyesatkan parlemen. Ini merupakan teguran publik yang jarang terjadi dari raja yang dihormati.
"Pengumuman tentang pembatalan peraturan itu tidak akurat dan membingungkan anggota parlemen," kata sebuah pernyataan dari istana.
"Keputusan itu tidak hanya gagal untuk menghormati prinsip-prinsip kedaulatan hukum, tetapi juga merusak fungsi dan kekuasaan Yang Mulia sebagai kepala negara," imbuh pernyataan ini.
Didesak Oposisi
Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim mendesak Muhyiddin untuk mundur karena pemerintahnya telah "melanggar konstitusi, menghina institusi monarki konstitusional dan membingungkan parlemen".Setelah itu, pada Senin, 2 Agustus 2021, jajaran pejabat kubu oposisi Malaysia beramai-ramai mendatangi gedung parlemen di Kuala Lumpur dalam mendesak pengunduran diri sang perdana menteri. Aksi dilakukan usai pemerintah Malaysia menunda sesi parlemen untuk jangka waktu yang tidak ditentukan atas alasan pengendalian covid-19.
"Kami berkumpul di sini untuk mengatakan bahwa jika dilihat dari jumlah anggota parlemen (pendukung), pemerintahan Muhyiddin sudah runtuh hari ini," ucap Anwar.
Ia mengatakan beberapa partai telah mengungkapkan keinginan mereka untuk meninggalkan jajaran pemerintahan saat ini.
"Dengan 107 orang yang ada di sini, plus beberapa tambahan lainnya, pemerintahan (Muhyiddin) sudah runtuh," ungkap Anwar.
Kubu oposisi sebelumnya mengajukan mosi tidak percaya kepada Muhyiddin. Mereka mengatakan, risiko penyebaran covid-19 merupakan alasan perdana menteri membekukan sesi parlemen hari ini.
Kemarahan publik terhadap PM Muhyiddin cenderung meningkat di tengah melonjaknya kasus harian Covid-19 hingga tiga kali lipat dalam beberapa hari terakhir, sejak status darurat pertama kali diterapkan di Negeri Jiran pada Januari lalu.
Saling Rebut Kekuasaan
Muhyiddin dilantik sebagai perdana menteri Malaysia pada awal Maret 2020. Ia disebut 'merebut' kekuasaan dari tangan Mahathir Muhammad usai pria 93 tahun itu tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri.Padahal, Mahathir sudah berjanji akan memberikan kekuasaannya setelah dua tahun menjabat kepada Anwar Ibrahim - pemimpin oposisi yang massanya 'dipinjam' untuk mendukung Mahathir menang pemilu dari Najib Razak.
Setelah tiba-tiba Mahathir mengundurkan diri, ia sempat menjadi perdana menteri interim sebelum digantikan dengan perdana menteri pilihan raja yang disetujui parlemen. Muhyiddin kala itu ikut dipanggil raja dan menjadi kandidat kuat naik ke kursi panas perdana menteri.
Kekuasaan di Negeri Jiran, sepertinya sangat menggiurkan karena politisi berebut untuk mendapatkannya. Salah satu yang sangat berambisi duduk di kursi perdana menteri adalah Anwar Ibrahim.
Anwar dulunya adalah wakil perdana menteri Mahathir. Ia dituduh Mahathir melakukan tindak pelecehan seksual sehingga harus mendekam di penjara.
Namun, saat Mahathir berencana memimpin lagi dan mengalahkan Najib Razak, ia 'membebaskan' Anwar dan memulihkan kepercayaannya dengan membawanya ke Raja. Mahathir berjanji ia hanya akan menjabat sebagai perdana menteri selama dua tahun, sebelum akhirnya menyerahkan jabatannya ke Anwar.
Seperti bukan jodohnya, Anwar gagal terus naik ke kursi perdana menteri. Namun, ambisinya itu hingga kini masih membara. Ia menjadi salah satu oposisi yang getol menyerukan mundurnya Muhyiddin dari kursi kepemimpinan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News