Padahal, Mahathir sudah berjanji akan memberikan kekuasaannya setelah dua tahun menjabat kepada Anwar Ibrahim - pemimpin oposisi yang massanya 'dipinjam' untuk mendukung Mahathir menang pemilu dari Najib Razak.
Setelah tiba-tiba Mahathir mengundurkan diri, ia sempat menjadi perdana menteri interim sebelum digantikan dengan perdana menteri pilihan raja yang disetujui parlemen. Muhyiddin kala itu ikut dipanggil raja dan menjadi kandidat kuat naik ke kursi panas perdana menteri.
Kekuasaan di Negeri Jiran, sepertinya sangat menggiurkan karena politisi berebut untuk mendapatkannya. Salah satu yang sangat berambisi duduk di kursi perdana menteri adalah Anwar Ibrahim.
Anwar dulunya adalah wakil perdana menteri Mahathir. Ia dituduh Mahathir melakukan tindak pelecehan seksual sehingga harus mendekam di penjara.
Namun, saat Mahathir berencana memimpin lagi dan mengalahkan Najib Razak, ia 'membebaskan' Anwar dan memulihkan kepercayaannya dengan membawanya ke Raja. Mahathir berjanji ia hanya akan menjabat sebagai perdana menteri selama dua tahun, sebelum akhirnya menyerahkan jabatannya ke Anwar.
Seperti bukan jodohnya, Anwar gagal terus naik ke kursi perdana menteri. Namun, ambisinya itu hingga kini masih membara. Ia menjadi salah satu oposisi yang getol menyerukan mundurnya Muhyiddin dari kursi kepemimpinan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News