Unjuk rasa warga Prancis atas kematian guru yang dipenggal oleh ekstremis. Foto: AFP
Unjuk rasa warga Prancis atas kematian guru yang dipenggal oleh ekstremis. Foto: AFP

Usai Pemenggalan Guru, Sayap Kanan Prancis Ingin Usir Muslim

Fajar Nugraha • 19 Oktober 2020 14:16

 
Pembunuhnya, Abdullakh Anzorov, yang ditembak mati oleh polisi, adalah seorang pengungsi berusia 18 tahun dari provinsi Chechnya di Rusia yang telah tinggal di Prancis sejak dia berusia enam tahun.
 
Tidak ada informasi apakah dia bertindak sendiri. Tetapi otoritas Prancis menahan 11 orang, termasuk kerabatnya, segera setelah kejadian tersebut.

Sayap kanan Prancis bereaksi

Setelah pembunuhan terhadap Paty, muncul desakan untuk mengusir 231 warga negara asing yang mereka definisikan sebagai ‘ekstremis’. Pemerintah Prancis melalui Menteri Keuangan Bruno Le Maire juga berencana untuk menindak pendanaan teroris.

"Ada masalah dalam mendanai sejumlah asosiasi Islamis yang menurut saya dapat dan harus kami lakukan lebih baik," ucap Le Maire, seperti dikutip France 3.
 
"Cryptocurrency menimbulkan masalah nyata," tambahnya.
 
Pembunuhan pada Jumat terjadi selama persidangan atas serangan terhadap majalah satir Prancis Charlie Hebdo pada 2015 di Paris karena menerbitkan kartun Nabi Mohammad, yang menewaskan 12 orang.
 
Baca: Remaja Pemenggal Guru di Prancis Pengungsi Chechnya.
 
Prancis adalah rumah bagi minoritas Muslim terbesar Uni Eropa (UE) yang terdiri dari 5 juta orang dan salah satu partai sayap kanan terkuatnya, National Rassemblement bersuara.
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan