Vaksin yang diluncurkan sekarang membutuhkan dua dosis. Sementara warga dijadwalkan mendapatkan dua suntikan dari jenis yang sama, dengan jarak berminggu-minggu.
Pedoman di Inggris dan AS menyatakan bahwa vaksin tidak dapat dipertukarkan. Tetapi vaksin dapat dicampur jika jenis yang sama tidak tersedia untuk dosis kedua atau jika tidak diketahui apa yang diberikan untuk suntikan pertama.
Peserta dalam studi yang didanai pemerintah akan mendapatkan satu suntikan vaksin AstraZeneca diikuti dengan satu dosis dari Pfizer, atau sebaliknya.
“Studi ini akan memberi kita wawasan yang lebih luas tentang bagaimana kita dapat menggunakan vaksin untuk tetap mampu melawan penyakit jahat ini,” kata Wakil Kepala Petugas Medis Inggris, Jonathan Van Tam.
“Mengingat tantangan untuk mengimunisasi jutaan orang di tengah kekurangan vaksin global, akan ada keuntungan memiliki data yang dapat mendukung kampanye imunisasi yang lebih ‘fleksibel’,” tuturnya.
Semua vaksin covid-19 melatih tubuh untuk mengenali virus korona, sebagian besar adalah protein yang melapisinya.
Vaksin dari AstraZeneca dan Pfizer menggunakan teknologi yang berbeda. AstraZeneca menggunakan virus flu biasa untuk membawa gen spike ke dalam tubuh. Pfizer dibuat dengan meletakkan sepotong kode genetik yang disebut mRNA -,instruksi untuk protein lonjakan itu,- di dalam bola kecil lemak.
Penelitian di Inggris dijadwalkan untuk berjalan 13 bulan dan juga akan menguji interval yang berbeda antara dosis, empat minggu dan 12 minggu.
Sebuah penelitian yang diterbitkan minggu ini pada vaksin Sputnik V buatan Rusia menunjukkan bahwa itu sekitar 91 persen efektif dalam mencegah covid-19. Beberapa ahli imunologi memuji fakta bahwa vaksin tersebut menggunakan dua suntikan yang sedikit berbeda, dibuat dengan teknologi yang mirip dengan milik AstraZeneca.
“Tetapi vaksin AstraZeneca dan Pfizer sangat berbeda sehingga sangat sulit untuk mengetahui apakah itu akan berhasil,” tutur profesor teknologi biomedis di University of Reading, Alexander Edwards.
Matthew Snape, pemimpin studi baru di University of Oxford, yang membantu mengembangkan vaksin AstraZeneca, meminta sukarelawan Inggris di atas usia 50 untuk mendaftar. Para ilmuwan pun berharap dapat mendaftarkan lebih dari 800 orang.
“Jika vaksin dapat digunakan secara bergantian, ini akan sangat meningkatkan fleksibilitas pemberian vaksin," imbuh Snape dalam sebuah pernyataan.
"(Ini) dapat memberikan petunjuk tentang cara meningkatkan luasnya perlindungan terhadap varian baru virus,” sebutnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, Inggris, Uni Eropa, dan banyak negara lain telah dilanda masalah pasokan vaksin. AstraZeneca mengatakan akan secara dramatis mengurangi jumlah dosis yang diharapkan yang dapat diberikan karena penundaan produksi dan Pfizer juga memperlambat pengiriman sementara meningkatkan pabriknya di Belgia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News