Pertemuan DK PBB membahas mengenai situasi di Ukraina. Foto: UNTV
Pertemuan DK PBB membahas mengenai situasi di Ukraina. Foto: UNTV

Rusia dan AS Bertengkar Mengenai Ukraina di DK PBB

Fajar Nugraha • 01 Februari 2022 07:25
New York: Para diplomat top Amerika Serikat (AS) dan Rusia terlibat dalam pertengkaran diplomatik yang sengit pada Senin di Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Mereka berdebat keras saat berlangsung pembahasan mengenai krisis di Ukraina.
 
ketika Amerika Serikat menuduh Rusia membahayakan perdamaian dengan mengerahkan pasukan di perbatasan Ukraina, sementara diplomat Kremlin menepis apa yang mereka sebut histeria AS.
 
“Situasi yang kita hadapi di Eropa mendesak dan berbahaya,” kata Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield dalam sambutan pembukaannya, seperti dikutip The New York Times, Selasa 1 Februari 2022.

“Tindakan Rusia menyerang inti dari piagam PBB,” tegasnya.
 
Baca: Rusia Tuduh NATO Berusaha Seret Ukraina ke Dalam Aliansi.
 
Sementara perwakilan Rusia, Vasily Nebenzia, menggambarkan Amerika sebagai provokator, “menimbulkan ketegangan dan memprovokasi eskalasi,”. Dirinya pun dia bersikeras bahwa Rusia tidak memiliki rencana untuk menyerang Ukraina.
 
"Anda hampir mewujudkan untuk ini (provokasi),” kata Nebenzia sambil memandang ke arah Dubes Thomas-Greenfield.
 
“Anda ingin itu terjadi. Anda sedang menunggu hal itu terjadi, seolah-olah Anda ingin membuat kata-kata Anda menjadi kenyataan,” tegasnya.
 
Rusia dan AS Bertengkar Mengenai Ukraina di DK PBB
Dubes Rusia untuk PBB  Vasily Nebenzia. Foto: UNTV
 
Pertemuan itu -,yang diminta oleh Amerika Serikat pekan lalu,- adalah arena paling penting bagi kedua kekuatan untuk mempengaruhi opini dunia atas Ukraina. Dan pertemuan memiliki semua atmosfer Perang Dingin dari perdebatan sengit yang pernah menyela sesi dewan selama hari-hari menegangkan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet beberapa dekade lalu.
 
Krisis saat ini di sekitar Ukraina telah membara sejak Rusia mencaplok bekas Semenanjung Krimea hampir delapan tahun lalu setelah pemerintah yang bersahabat dengan Rusia di Ukraina digulingkan.
 

 
Peristiwa dalam beberapa pekan terakhir telah membawa hubungan AS-Rusia ke titik terendah sejak Perang Dingin. Rusia telah mengirim lebih dari 100.000 tentara ke perbatasan Ukraina, dan Presiden Vladimir Putin telah menuntut agar NATO tidak pernah mengakui Ukraina sebagai anggota. Hal tersebut meruakan semua bagian dari upayanya untuk melindungi dan memperbesar lingkup pengaruh negaranya di Eropa Timur.
 
Pemerintahan Biden telah berjanji untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina dengan sanksi ekonomi yang melumpuhkan.
 
Baca: Isu Ukraina Memanas, AS Ancam Jatuhkan 'Sanksi Terberat' kepada Rusia.
 
Pertemuan Dewan Keamanan ditunda setelah dua jam tanpa tindakan yang diambil - meskipun tidak ada yang diharapkan. Pada akhirnya Dubes Nebenzia meninggalkan rapat sebelum selesai. Sedangkan Dubes Thomas-Greenfield kemudian mengatakan bahwa Rusia “tidak memberi kami jawaban yang kami harapkan akan mereka berikan.”
 
Rusia dan AS Bertengkar Mengenai Ukraina di DK PBB
Dubes AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. Foto: UNTV
 
Tetapi pemerintahan Biden menganggap pertemuan itu sebagai tempat penting untuk menunjukkan tekad Amerika Serikat dan sekutunya untuk menghadapi Rusia atas Ukraina.
 
“Jika Rusia tulus menangani masalah keamanan kami masing-masing melalui dialog, Amerika Serikat dan Sekutu serta mitra kami akan terus terlibat dengan itikad baik,” kata Biden dalam pernyataan Gedung Putih tentang pertemuan tersebut.
 
“Jika sebaliknya Rusia memilih untuk menjauh dari diplomasi dan menyerang Ukraina, Rusia akan memikul tanggung jawab, dan itu akan menghadapi konsekuensi yang cepat dan berat,” imbuh Biden.
 
Putin, yang tidak berbicara secara terbuka tentang Ukraina sejak Desember, tetap diam.
 
Pada satu titik selama pertemuan, Thomas-Greenfield mengatakan, penumpukan militer Rusia di perbatasan Ukraina mencerminkan “peningkatan pola agresi yang telah kita lihat dari Rusia lagi dan lagi.”
 
“Jika Rusia menginvasi Ukraina, tidak seorang pun dari kita akan dapat mengatakan bahwa kita tidak melihatnya datang,” sebut Thomas-Greenfield.
 
Sementara Nebenzia mengatakan dengan jelas bahwa Rusia menginginkan perdamaian dan menuduh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya membuat krisis palsu untuk melemahkan Rusia. Selain itu AS di matanya juga membuat jurang pemisah antara Rusia dan Ukraina.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan