Warga Sri Lanka Milton Pereira dan keluarganya tidak mampu membeli makanan. Foto: AFP
Warga Sri Lanka Milton Pereira dan keluarganya tidak mampu membeli makanan. Foto: AFP

Harga Pangan Meroket, Rakyat Sri Lanka Terancam Kelaparan

Fajar Nugraha • 18 Juli 2022 18:04
Kolombo: Seperti banyak orang Sri Lanka, Milton Pereira dan keluarganya tidak mampu membeli makanan yang cukup. Rambutnya disisir rapi tapi pipinya cekung dan urat-uratnya terlihat di tubuhnya yang kurus.
 
Selama krisis ekonomi terburuk di negara itu yang telah mendorong inflasi pada angka tertinggi dan memicu protes yang pekan lalu menjatuhkan presiden, rakyat Sri Lanka membeli lebih sedikit, makan lebih sedikit, dan bekerja lebih sedikit.
 
"Sangat sulit untuk hidup, bahkan sepotong roti pun mahal," kata Pereira kepada AFP di luar rumahnya yang sederhana di Slave Island, sebuah kantong miskin di ibu kota Kolombo.

"Jika kita makan satu, kita melewatkan yang lain,” ujarnya.
 
Baca: Plt Presiden Sri Lanka Kembali Terapkan Status Darurat Nasional.

Dengan enam anak dalam keluarga, pria berusia 74 tahun itu mengatakan, yang terbaik yang mereka mampu beli dalam beberapa pekan terakhir adalah sesekali ikan, dipotong kecil-kecil untuk semua orang.
 
“Karena kami tidak punya banyak uang, terkadang kami memberikan ikan kepada anak-anak,” cerita Pereira. Semantara bagi yang lebih dewasa, tambahnya, "hanya makan kuahnya".
 
Para kritikus mengatakan, dipicu oleh pandemi virus korona, kesengsaraan keuangan negara itu diperparah karena salah urus pemerintah.
 
Putra Peirera, BG Rajitkumar, adalah buruh listrik yang sudah berbulan-bulan tidak bekerja. Dia amat mengkhawatirkan kondisi yang terjadi saat ini.
 
“Harga pangan naik setiap hari. Kenaikan harga eksponensial ini adalah hal paling mengerikan yang pernah saya hadapi,” tutur Rajitkumar.
 
Halaman Selanjutnya
Inflasi makanan di Sri Lanka…
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan