Membawa foto Aung San Suu Kyi, barisan panjang pengunjuk rasa mengepung gedung-gedung pemerintah di Tokyo. Di wilayah ini demonstrasi politik besar-besaran relatif jarang terjadi.
"Bebas, bebaskan Aung San Suu Kyi, bebaskan, bebaskan Myanmar," teriak massa serentak, seperti dikutip AFP, Rabu 3 Februari 2021.
Sementara perwakilan pedemo menyerahkan pernyataan kepada pejabat kementerian luar negeri yang menyerukan Jepang untuk menggunakan semua "kekuatan politik, diplomatik, dan ekonomi" untuk memulihkan pemerintahan sipil di Myanmar.
Baca: Warga Myanmar Kecam Kudeta Militer dengan Panci dan Wajan.
Jepang dan Myanmar telah lama menikmati hubungan dekat, dengan Tokyo sebagai donor bantuan utama. Perusahaan terbesar Jepang sangat agresif dalam mengembangkan bisnis di sana dalam beberapa tahun terakhir, melihatnya sebagai pasar perbatasan utama terakhir di Asia Tenggara.
Tentara Myanmar merebut kekuasaan pada Senin 1 Februari, memotong transisi yang tidak stabil ke demokrasi. Mereka mengambil kekuasaan atas dasar penipuan dalam pemilihan umum November lalu, yang dimenangkan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) bersama Aung San Suu Kyi secara telak.
Union of Myanmar Citizen Association, yang mengorganisir unjuk rasa mengatakan, Jepang seharusnya tidak mengakui rezim militer yang baru dibentuk. Sementara penyelenggara mengatakan, hampir 3.000 orang mengambil bagian dalam protes pada Rabu.
Mathida, 50 tahun yang bekerja di sebuah restoran di Tokyo mengatakan, dia bergabung dengan protes untuk mendorong pejabat Jepang berbuat lebih banyak untuk memulihkan demokrasi di Myanmar.
"Kami ingin pemimpin kami dan ibu kami Aung San Suu Kyi dibebaskan. Militer bukanlah pemerintah,” tegas Mathida.
Ketika didesak pada konferensi pers Selasa jika Jepang mendukung atau akan menekankan sikap yang telah diungkapkan Amerika Serikat, termasuk kemungkinan sanksi, juru bicara utama pemerintah mengesampingkan jawaban langsung. Dia mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa Jepang akan tetap berhubungan dekat dengan negara lain dan memantau situasi konflik di Myanmar.
Seorang pejabat tinggi pertahanan mengatakan bahwa Jepang perlu berhati-hati tentang pendekatannya terhadap Myanmar karena memutus hubungan berisiko mendorong negara itu lebih dekat ke Tiongkok.
Baca: Jajaran Menlu G7 Kecam Kudeta Militer di Myanmar.
Sebaliknya, kudeta tersebut telah mengundang kecaman publik dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Suu Kyi tetap ditahan meskipun ada seruan internasional agar dia segera dibebaskan.
Dalam protes publik terbesar terhadap kudeta sejauh ini, orang-orang di pusat komersial Yangon meneriakkan dan menggedor panci dan wajan serta benda berbahan besi lainnya pada Selasa malam. Ini merupakan isyarat tradisional untuk mengusir karma jahat atau buruk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News