Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang dalam wawancara khusus bersama Medcom.id di Jakarta, 24 Mei 2022. (Medcom.id / Harianty)
Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang dalam wawancara khusus bersama Medcom.id di Jakarta, 24 Mei 2022. (Medcom.id / Harianty)

Wawancara Khusus Dubes Tiongkok

Dubes Tiongkok Anggap Indonesia Negara Penting di Komunitas Global

Willy Haryono • 27 Mei 2022 15:23
Jakarta: Indonesia dan Tiongkok merupakan dua negara yang sudah bersahabat sejak lama. Keduanya saling membantu dan bahu membahu dalam mengatasi berbagai masalah, termasuk selama masa pandemi Covid-19 sejak akhir 2019.
 
Medcom.id berkesempatan mewawancarai Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang di kediamannya di Jakarta pada 24 Mei 2022.
 
Dubes Lu Kang memberikan pandangannya mengenai hubungan Indonesia-Tiongkok sejauh ini, serta membahas berbagai isu kawasan serta global yang menjadi perhatian bersama.

1. Hubungan antar Tiongkok dan Indonesia telah terbentuk sejak berabad-abad lalu. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan bilateral kedua negara sejauh ini?

Hubungan Tiongkok dan Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Merupakan kehormatan bagi saya bisa menjadi duta besar Tiongkok untuk Indonesia.

Jika kita melihat ke beberapa tahun terakhir, hubungan ini telah berkembang di hampir semua bidang. Pertukaran terjadi di berbagai level, terutama di level atas antar kedua negara. Kita juga dapat melihat peningkatan besar dalam volume perdagangan dan pertukaran people-to-people antar kedua negara.
 
Jika saya melihat hubungan bilateral ini, saya melihatnya tidak hanya untuk kedua negara kita, tapi dalam konteks yang lebih luas. Tiongkok dan Indonesia, kita adalah negara berkembang yang sama-sama penting, jadi hubungan bilateral ini dapat menjadi model percontohan yang baik bagi kerja sama antar negara-negara berkembang lainnya.
 
Indonesia adalah negara ASEAN yang sangat penting, dan juga tetangga yang sangat penting bagi Tiongkok. Jadi, hubungan bilateral yang baik antar Tiongkok dan Indonesia ini dapat menjadi bagian dalam upaya kita membentuk masyarakat menuju masa depan bersama. 
 
Indonesia juga merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar. Dalam hal ini, hubungan bilateral Tiongkok dan Indonesia dapat menjadi refleksi yang baik mengenai hubungan dan kerja sama Tiongkok dengan negara-negara Islam, negara-negara Muslim secara umum.
 
Beberapa bulan lalu, tahun ini, untuk kali pertama, Menteri Luar Negeri Tiongkok menghadiri pertemuan level menteri di OIC. Dalam pertemuan itu, beliau mengajukan inisiatif bahwa Tiongkok dan semua negara Islam sebaiknya menjadi mitra, dalam mendorong kerja sama yang lebih erat, mendorong penguatan stabilitas dan keamanan, dan mendorong pertumbuhan serta kesejahteraan. Dan terakhir, kita sebaiknya menjadi mitra dalam mendorong pembelajaran bersama dan dalam pertukaran peradaban.
 
Jika kita melihat hal ini dalam konteks yang lebih luas, hubungan Tiongkok dan Indonesia bisa menjadi sangat penting. Dan hal ini juga menciptakan tantangan tersendiri bagi saya sebagai Duta Besar Tiongkok di sini, karena pemimpin dan rakyat kita bisa sangat berharap banyak.

2. Dalam pandangan Anda, apa pencapaian tertinggi dari hubungan antara Tiongkok dan Indonesia sejauh ini?

Seperti yang saya katakan sebelumnya, secara umum kondisi hubungan kedua negara kita dalam kondisi baik. Dan kita dapat melihat perkembangan yang sangat cepat, hampir di semua bidang. Sebagai contoh, di level tinggi, kita sering melihat interaksi antar dua presiden kita, Presiden Xi Jinping dan Presiden Jokowi, yang sudah pernah bertemu sekitar 10 kali. Selama pandemi Covid-19, keduanya sering melakukan kontak, baik melalui sambungan telepon atau metode lain.
 
Dan tentu saja kita melihat volume perdagangan, antara Tiongkok dan Indonesia meningkat signifikan. Saya rasa Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia dalam 9 tahun berturut-turut. Dalam 6 tahun berturut-turut, Tiongkok menjadi tujuan nomor satu bagi ekspor Indonesia. Dan dalam 3 tahun terakhir, Tiongkok merupakan investor ketiga terbesar bagi Indonesia.
 
Dari sini dapat dilihat bahwa kemajuan yang cepat ini telah menguntungkan masyarakat kedua negara. Tapi hal lain yang perlu saya tekankan, bahwa terkadang bahwa hambatan dan tantangan dapat menjadi kesempatan bagi hubungan bilateral kita. Hal ini merefleksikan ketahanan hubungan kita.
 
Sebagai contoh, saat Covid-19 datang, tidak ada yang tahu virus apa itu sebenarnya. Tapi kita dapat melihat bahwa kedua negara kita dengan cepat saling membantu. Upaya gabungan kita dalam memerangi Covid-19 merupakan hal penting dalam hubungan bilateral kita, dan saya bangga atas hal tersebut. Saya yakin masih ada potensi besar bagi kita untuk bekerja sama lebih lanjut.

3. Volume perdagangan kita meningkat signifikan, bahkan saat pandemi Covid-19 juga, kan?

Bahkan selama pandemi. Tahun lalu, berdasarkan statistik dari Pemerintah Indonesia, (angkanya) sudah berkisar USD110 miliar. Sementara menurut statistik kami, (angkanya) sekitar USD120 miliar.
 
Dubes Tiongkok Anggap Indonesia Negara Penting di Komunitas Global
Wawancara khusus dengan Dubes Tiongkok Lu Kang. (Medcom.id)

4. Tiongkok dan Indonesia sangat aktif di komunitas internasional. Dalam situasi geopolitik global yang berubah cepat, bagaimana Tiongkok mengantisipasi hal seperti itu, contohnya mengenai perang Rusia-Ukraina?

Mengejar perdamaian dan kesejahteraan merupakan tujuan yang ingin dicapai semua orang di seluruh dunia. Tapi, ada hal-hal yang sudah sepatutnya kita khawatirkan di dunia saat ini.
 
Pertama, selalu ada upaya-upaya dari pihak tertentu, yang terjadi di berbagai tempat dan waktu, untuk meningkatkan kontradiksi di seluruh dunia. Bahkan ada praktik-praktik yang berusaha melibatkan konfrontasi antar blok, konfrontasi antar kubu. Praktik seperti ini menambah ketegangan dan kesulitan di tengah masyarakat dunia.
 
Ada juga kebijakan-kebijakan tak bertanggung jawab sejumlah pemerintahan dalam konteks kebijakan makro. Hal seperti itu memicu turbulensi di seluruh pasar dunia, terutama mengenai ramifikasinya terhadap negara-negara berkembang.
 
Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya kecenderungan di sejumlah negara yang ingin mengubah 'aturan permainan.' Sebagai contoh, belakangan ini Anda mungkin mendengar ada sejumlah negara yang menyerukan suatu istilah yang mereka sebut dengan "tatanan internasional berbasis aturan."
 
Saat Anda tanya pemerintah-pemerintah tersebut, mengenai "aturan yang seperti apa?" atau "bagaimana mendefinisikan aturan tersebut?", mereka tidak pernah memberikan jawaban eksplisit.
 
Menurut pandangan kami, saat mengatakan "aturan internasional," sudah seharusnya aturan tersebut bersifat universal, diterima oleh dunia, oleh semua negara di dunia, dan harus sesuai dengan Piagam PBB. Tapi saat Anda bertanya ke negara-negara tersebut, "apakah aturan yang dimaksud itu merujuk kepada Piagam PBB?", mereka tidak pernah menjawab iya secara definitif. Itulah kecenderungan yang saya maksud, kecenderungan yang sangat berbahaya, dan semua negara harus mewaspadainya.
 
Dalam situasi yang sangat kompleks seperti saat ini, Tiongkok dan Indonesia, sebagai negara berkembang yang sama-sama penting di komunitas internasional, kita memiliki tanggung jawab dalam menjaga prinsip dan tujuan dari Piagam PBB. Kita juga harus menjaga kepentingan bersama di kalangan negara-negara berkembang. Jadi, masih banyak yang harus kita lakukan.

5. Sebagai duta besar baru di Jakarta, bentuk diplomasi seperti apa yang Anda rasa cocok untuk meningkatkan hubungan kedua negara kita?

Ada begitu banyak yang harus dilakukan, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, dan pekerjaan ini bisa dipenuhi dengan tantangan dan tuntutan. Tapi pada dasarnya ada tiga area yang bisa kita fokuskan.
 
Pertama, mendorong lebih jauh ikatan kuat antar kedua negara, terutama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi. Kita juga harus bisa menyelesaikan berbagai proyek bersama dengan hasil yang berkualitas tinggi. Kita juga harus dapat menghadirkan hasil-hasil nyata yang dapat menguntungkan publik.
 
Kedua, adalah meningkatkan pemahaman, pengetahuan, mengenai masyarakat kedua negara kita. Merupakan hal penting untuk memperkuat pertukaran people-to-people, yang merupakan basis dari hubungan bilateral.
 
Ketiga, kita harus selalu ingat, Tiongkok dan Indonesia adalah pemain yang sangat penting di arena internasional. Kita harus bekerja sama dalam semua forum-forum internasional, untuk menyuarakan agenda-agenda penting untuk negara berkembang.
 
Tahun ini, Indonesia akan menjadi tuan rumah G20. Ini adalah acara besar. Tidak hanya acara besar untuk Indonesia, tapi juga Tiongkok, negara-negara Asia, negara-negara berkembang, dan untuk kondisi dunia saat ini.
 

6. Mengenai G20, apa pendapat Anda mengenai presidensi dan kepemimpinan Indonesia yang diperlihatkan kepada dunia sejauh ini?

Lu Kang: Kolega-kolega saya di pemerintah Indonesia bekerja keras untuk hal ini. Kemarin, saya berkunjung ke kantor Menteri Luar Negeri Retno (Marsudi). Kami mendiskusikan sejumlah hal. Salah satu topik yang dibicarakan adalah G20. Saya mengapresiasi kerja keras pemerintah Indonesia, terutama di tengah 'persimpangan' sulit seperti saat ini, di mana ada banyak isu yang harus ditangani. Selalu ada kekuatan yang berusaha memperumit agenda dan fokus G20 tahun ini.
 
Jadi, kami mengapresiasi usaha keras Indonesia. Tidak hanya mengapresiasi, kami juga menawarkan bahwa Tiongkok akan bekerja sama dengan kolega Indonesia dalam menyukseskan G20 tahun ini.

7. Mengenai 'persimpangan' sulit tadi, apa pendapat Anda mengenai keputusan Indonesia yang mengundang Ukraina dan juga Rusia ke KTT G20?

Ada dua poin yang saya sampaikan kepada kolega Indonesia. Memang benar ada sejumlah pihak yang berusaha menghadirkan topik yang sebenarnya berada di luar cakupan G20. G20 adalah panggung untuk isu ekonomi dan finansial. Tapi kita semua melihat ada upaya-upaya dari sejumlah negara untuk menghadirkan sesuatu yang tidak relevan dengan topik G20.
 
Tapi sejauh ini, Indonesia selalu bersikap gigih dalam menegakkan prinsip dan kebijakannya, bahwa forum G20 ini harus difokuskan pada isu-isu yang seharusnya.
 
Kedua, saya menyampaikan kepada kolega Indonesia, bahwa Tiongkok akan selalu mendukung Indonesia dalam menjadi tuan rumah KTT G20.
 
Ada banyak isu yang harus kita tangani. Ada banyak negara yang mengalami kesulittan ekonomi dan finansial. Jadi kita perlu lebih memperbanyak koordinasi. Negara-negara ekonomi besar harus dapat mengkoordinasikan kebijakan makro mereka untuk membantu pemulihan berkelanjutan bagi semua negara.
 
Lantas, apakah Indonesia sudah mengambil langkah tepat dengan tetap mengundang Rusia ke G20? Sudah tepat. Itu adalah keputusan yang tepat. Tiongkok mendukung keputusan itu.
 
Kami juga mengatakan kepada Indonesia bahwa kami akan bersama mereka dalam memastikan topik-topik di G20 tidak melenceng dari yang seharusnya.

8. Tiongkok mengambil sikap tegas terhadap Barat, terutama terhadap Amerika Serikat mengenai krisis Rusia-Ukraina. Mengapa Tiongkok mengambil sikap seperti itu?

Saya dapat mengatakan bahwa Tiongkok tidak pernah mencoba memecah negara-negara lain berdasarkan perbedaan ideologi atau hal-hal lainnya. Kami membuat penilaian kami sendiri, dan juga membuat kebijakan serta pendekatan sendiri berdasarkan prinsip-prinsip negara.
 
Saat saya berbicara dengan Menlu Retno kemarin, ia menekankan kembali bahwa kebijakan luar negeri Indonesia didasarkan pada prinsip, dan juga berorientasi pada prinsip. Saya sangat mengapresiasi hal tersebut. Hal semacam itu juga diterapkan oleh Tiongkok.
 
Jadi, kami tidak menentang sejumlah negara tertentu. Kami menentang praktik-praktik yang salah, upaya-upaya yang keliru, yang dilakukan sejumlah negara.
 
Sebagai contoh, sejumlah negara saat ini telah meningkatkan kontradiksi. Mereka melibatkan diri mereka dalam konfrontasi blok, dan politik kubu-kubu. Hal semacam itu tidak hanya mendatangkan kesulitan, tapi juga bencana bagi negara dan masyarakat di seantero dunia.
 
Jika melihat satu dekade ke belakang, setelah akhir dari Perang Dingin, ada berapa banyak perang yang sudah terjadi antar negara-negara. Banyak dari mereka adalah negara Islam, negara Muslim. Jadi, merupakan hal tak bermoral untuk memainkan geopolitik seperti ini, yang mengorbankan kepentingan warga sipil tak berdosa. Tiongkok menentang hal ini, dan kami akan terus mengambil sikap dan posisi tegas terhadap praktik-praktik yang salah. Kami juga menentang praktik yang berusaha mencoreng citra negara lain.
 
Dubes Tiongkok Anggap Indonesia Negara Penting di Komunitas Global
Wawancara khusus dengan Dubes Tiongkok Lu Kang. (Medcom.id)

9. Banyak negara anggota G20, terutama Barat, mengaku tidak ingin terlibat dengan Rusia di Bali pada November ini. Mereka bahkan menyerukan memboikot Rusia. Apa pandangan Anda soal hal ini?

Pertama, seperti yang sudah saya katakan, G20 adalah panggung untuk diskusi antar negara-negara ekonomi besar, dengan tujuan mengkoordinasikan kebijakan makro masing-masing.
 
Dalam kondisi dunia saat ini, tantangan terjadi dari waktu ke waktu, di berbagai tempat dan waktu. Dalam logika mereka, saat ada insiden tertentu, "kita harus memperumit agenda atau fokus G20."
 
Poin kedua, semua anggota G20 adalah anggota yang setara. Tidak ada satu anggota pun yang berada di posisi yang lebih baik atau lebih tinggi. Tidak ada negara anggota yang bisa mengusir anggota lainnya.
 
Sekarang mari kita berhitung. Setelah Perang Dingin berakhir, ada berapa perang yang dilancarkan kepada negara-negara tertentu, terutama perang yang dilakukan tanpa otorisasi dari Dewan Keamanan PBB.
 
Lantas, apakah negara-negara yang melancarkan perang seperti itu harus diusir dari forum internasional? Itu adalah pertanyaan yang harus mereka tanyakan sendiri kepada diri mereka.

10. Mengenai Laut China Selatan, apakah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah sengketa wilayah secara damai antara Tiongkok dan negara-negara pengklaim?

Laut China Selatan. Saya rasa (perdamaian) itu bukan hanya harapan Tiongkok, tapi juga semua negara yang berada di sekitar Laut China Selatan. Kami ingin menjadikannya sebagai Laut Perdamaian, Laut Kesejahteraan, dan Laut Persatuan. Tahun ini merupakan peringatan 20 tahun CoC (Code of Conduct). Dalam kerangka ini, saya rasa negara-negara di kawasan, maksud saya adalah Tiongkok dan negara-negara ASEAN, kita telah berhasil dalam menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan ini.

Negara-negara yang memiliki klaim berbeda atau sengketa (atas Laut China Selatan), baik itu dalam hal wilayah atau yurisdiksi, sebenarnya mereka dapat mengesampingkan perbedaan-perbedaan dan fokus kepada pertumbuhan bersama demi kepentingan bersama juga. Saya rasa ini adalah pendekatan dasar yang harus dijalankan.
 
Dan menurut pemahaman saya, Tiongkok dan negara-negara ASEAN, terus mengintensifkan diskusi atau negosiasi atas CoC. Negosiasi dapat menghadirkan semacam basis bagi negara-negara di kawasan ini dalam upaya mempertahankan hubungan untuk mengatasi berbagai perbedaan yang ada. Kita tentu mendapat benefit dari kerja sama atau negosiasi semacam itu. Benefitnya tidak hanya untuk masyarakat di kawasan ini, tapi juga komunitas dunia. Dan kita tentu berharap masyarakat di luar kawasan ini dapat menghormati hal tersebut.
 
 
 

11. Mengenai Belt and Road Initiative (BRI). Inisiatif ini merupakan salah satu highlight dalam hubungan Tiongkok dan Indonesia. Apa yang bisa Tiongkok dan Indonesia dapatkan dari inisiatif ini?

Kita sudah mendapat cukup banyak ya. Saya sudah menyebutkan sebelumnya mengenai volume perdagangan, terutama soal jumlahnya yang meningkat sangat cepat. Dan kita juga bisa melihatnya dari proyek-proyek gabungan antara Tiongkok dan Indonesia. Ada banyak proyek.
 
Saya pernah mengunjungi lokasi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Tidak hanya memfasilitasi transportasi barang dan orang, proyek itu juga memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Proyek ini juga menciptakan lapangan pekerjaan. Dalam kunjungan itu, saya mendapat informasi bahwa Kereta Cepat Jakarta Bandung yang panjangnya 142 kilometer, saat sudah selesai nanti akan menciptakan sekitar 5.000 lapangan pekerjaan. Dan tentu akan ada ramifikasi lainnya dari proyek tersebut. Akan ada hasil-hasil nyata yang bisa menguntungkan masyarakat kita.
 
Hal lain yang sama pentingnya adalah, bahwa dalam kerja sama Belt and Road Initiative, kita sudah menjalankan praktik-praktik yang baik, yang tujuannya adalah untuk mendorong perkembangan negara serta untuk bermitra, berdiskusi, bekerja dan mendapat keuntungan bersama. Sembilan tahun sejak pertama dimulai, Belt and Road Initiaive telah bermita dengan sekitar 150 negara dan 30 organisasi internasional.

12. Kota Shanghai menetapkan target hidup normal pada 1 Juni 2022. Seperti apa situasi di Shanghai saat ini? Dan apakah target 1 Juni akan tercapai?

Jika kita melihat Shanghai saat ini, kondisinya sudah membaik. Walau 2 tahun telah berlalu sejak pandemi Covid-19, tidak ada ilmuwan, tidak ada pakar medis, 100 persen mengetahui mengenai virus tersebut. Covid-19 ini masih menjadi misteri. Jadi, virus ini masih berpeluang merenggut nyawa seseorang.
 
Negara lain, pemerintahan lain, telah menjalankan pendekatannya sendiri. Selalu ada sisi positif dan negatif dari setiap pendekatan. Tapi ada juga upaya untuk menyeimbangkan pendekatan tertentu dalam menghadapi pandemi, termasuk mencoba meminimalisasi dampaknya terhadap perekonomian dan kehidupan sosial.
 
Ada juga pendekatan lain yang dijalankan Tiongkok. Bagi pemerintah Tiongkok, kami selalu memprioritaskan untuk melindungi nyawa masyarakat. Jadi itulah mengapa kebijakan di Tiongkok lebih berorientasi kepada masyarakat. Jika Anda melihat di Tiongkok, kami mencoba melakukan yang terbaik untuk menekan angka kematian akibat Covid-19.
 
Di waktu yang sama, kami juga melihat praktik yang baik dari seluruh dunia, dan mencoba membuat pendekatan kami terhadap pandemi menjadi lebih tertarget berdasarkan analisis ilmiah. Dengan cara ini, kami juga mencoba meminimalisasi dampak pandemi terhadap perekonomian dan kehidupan sosial. Besar harapan, kita semua dapat kembali ke kehidupan normal.

13. Korea Utara sedang berjuang melawan Covid-19 belakangan ini. Apakah Tiongkok sudah memberi bantuan kepada Korut?

Tentu saja kami melakukannya. Kami memberikan bantuan tidak hanya kepada DPRK (Republik Rakyat Demokratis Korea), tapi juga ke negara-negara tetangga, termasuk Indonesia. Kita sudah saling membantu selama ini.
 
Semua negara harus bisa bekerja sama. Kita juga harus saling membantu, dan kita tidak boleh membiarkan ada satu negara pun yang berjuang sendirian.

14. Negara-negara Quad berkumpul di Tokyo, Jepang, dalam membahas upaya melawan pengaruh Tiongkok di kawasan. Apa pendapat Anda mengenai hal ini?

Sebenarnya kita sudah pernah membicarakan hal tersebut. Di kawasan ini, di Asia Pasifik, saya rasa sebagian besar negara termasuk Tiongkok dan Indonesia, sama-sama menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas. Kita juga sama-sama fokus pada upaya pertumbuhan bersama demi kesejahtaraan dan benefit semua orang di kawasan.
 
Tapi, akan selalu ada upaya-upaya dari sejumlah pemerintahan. Mereka kerap membuat isu-isu tertentu, serta memicu ketegangan dan konfrontasi di kawasan. Dengan melakukan itu, mereka mencoba mengalihkan fokus negara-negara di kawasan dari isu pertumbuhan ekonomi dan kerja sama yang menguntungkan masyarakat. Saya rasa semua pemerintahan di kawasan ini harus mewaspadai hal tersebut.

15. Ada wacana Jepang ingin menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB di masa mendatang. Amerika Serikat terlihat mendukung wacana tersebut. Apa pendapat Tiongkok sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB?

Tiongkok selalu menjadi pendukung kuat wacana reformasi PBB, termasuk di tubuh Dewan Keamanan-nya. Tapi kita harus selalu ingat mengenai, apa tujuan dari reformasi ini?
 
Dalam pandangan kami, DK PBB atau PBB, selama bertahun-tahun ke belakang, tidak merefleksikan realitas mengenai jumlah negara anggota yang telah cukup banyak bertambah.
 
Jadi tujuan (reformasi) dalam pandangan kami adalah, reformasi apa pun, harus merefleksikan realitas bahwa saat ini ada lebih banyak negara berkembang dari masa sebelumnya. Jadi, kita harus menambah representasi dari negara-negara berkembang, baik di DK PBB atau di organ-organ PBB lainnya.
 
Segala bentuk reformasi tidak boleh dilakukan jika hanya bertujuan menguntungkan kepentingan segelintir negara. Tujuan tidak bisa seperti itu.
 
Kepada setiap negara anggota PBB yang bertanggung jawab, saat mereka memutuskan untuk melakukan reformasi, saat mereka mendesain kebijakan-kebijakan apa saja nantinya, terutama terkait DK PBB, mereka harus selalu ingat bahwa reformasi harus meliputi kepentingan semua negara anggota. Reformasi tidak boleh dilakukan hanya untuk kepentingan geopolitik negara tertentu.

16. Masih mengenai reformasi DK PBB, isu yang paling sering disuarakan adalah mengenai hak veto. Veto disebut sebagai pemicu yang kerap memicu kegaduhan di PBB. Apa pandangan Anda?

Anda harus melihat ke belakang mengenai struktur DK PBB dan wewenangnya di PBB. Ada alasan di balik pembentukannya. Kekhawatiran negara-negara anggota PBB mengenai penyalahgunaan hak veto sangat dapat dipahami. Penyalahgunaan memang terjadi, terutama di era Perang Dingin. Jadi, jika kita melihat proposal-proposal yang ada mengenai reformasi DK PBB atau PBB secara keseluruhan, ada berbagai kategori isu yang saling berkaitan.
 
Bagaimana cara mengakomodasi kepentingan mayoritas negara anggota PBB? Anda harus menggabungkan semua kepentingan itu, bukan melakukan tebang pilih kepentingan yang hanya menguntungkan segelintir negara anggota. Jika semua hal-hal ini dipecah belah, maka akan merusak keseluruhan proses reformasi PBB. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan