6. Mengenai G20, apa pendapat Anda mengenai presidensi dan kepemimpinan Indonesia yang diperlihatkan kepada dunia sejauh ini?
Lu Kang: Kolega-kolega saya di pemerintah Indonesia bekerja keras untuk hal ini. Kemarin, saya berkunjung ke kantor Menteri Luar Negeri Retno (Marsudi). Kami mendiskusikan sejumlah hal. Salah satu topik yang dibicarakan adalah G20. Saya mengapresiasi kerja keras pemerintah Indonesia, terutama di tengah 'persimpangan' sulit seperti saat ini, di mana ada banyak isu yang harus ditangani. Selalu ada kekuatan yang berusaha memperumit agenda dan fokus G20 tahun ini.Jadi, kami mengapresiasi usaha keras Indonesia. Tidak hanya mengapresiasi, kami juga menawarkan bahwa Tiongkok akan bekerja sama dengan kolega Indonesia dalam menyukseskan G20 tahun ini.
7. Mengenai 'persimpangan' sulit tadi, apa pendapat Anda mengenai keputusan Indonesia yang mengundang Ukraina dan juga Rusia ke KTT G20?
Ada dua poin yang saya sampaikan kepada kolega Indonesia. Memang benar ada sejumlah pihak yang berusaha menghadirkan topik yang sebenarnya berada di luar cakupan G20. G20 adalah panggung untuk isu ekonomi dan finansial. Tapi kita semua melihat ada upaya-upaya dari sejumlah negara untuk menghadirkan sesuatu yang tidak relevan dengan topik G20.Tapi sejauh ini, Indonesia selalu bersikap gigih dalam menegakkan prinsip dan kebijakannya, bahwa forum G20 ini harus difokuskan pada isu-isu yang seharusnya.
Kedua, saya menyampaikan kepada kolega Indonesia, bahwa Tiongkok akan selalu mendukung Indonesia dalam menjadi tuan rumah KTT G20.
Ada banyak isu yang harus kita tangani. Ada banyak negara yang mengalami kesulittan ekonomi dan finansial. Jadi kita perlu lebih memperbanyak koordinasi. Negara-negara ekonomi besar harus dapat mengkoordinasikan kebijakan makro mereka untuk membantu pemulihan berkelanjutan bagi semua negara.
Lantas, apakah Indonesia sudah mengambil langkah tepat dengan tetap mengundang Rusia ke G20? Sudah tepat. Itu adalah keputusan yang tepat. Tiongkok mendukung keputusan itu.
Kami juga mengatakan kepada Indonesia bahwa kami akan bersama mereka dalam memastikan topik-topik di G20 tidak melenceng dari yang seharusnya.
8. Tiongkok mengambil sikap tegas terhadap Barat, terutama terhadap Amerika Serikat mengenai krisis Rusia-Ukraina. Mengapa Tiongkok mengambil sikap seperti itu?
Saya dapat mengatakan bahwa Tiongkok tidak pernah mencoba memecah negara-negara lain berdasarkan perbedaan ideologi atau hal-hal lainnya. Kami membuat penilaian kami sendiri, dan juga membuat kebijakan serta pendekatan sendiri berdasarkan prinsip-prinsip negara.Saat saya berbicara dengan Menlu Retno kemarin, ia menekankan kembali bahwa kebijakan luar negeri Indonesia didasarkan pada prinsip, dan juga berorientasi pada prinsip. Saya sangat mengapresiasi hal tersebut. Hal semacam itu juga diterapkan oleh Tiongkok.
Jadi, kami tidak menentang sejumlah negara tertentu. Kami menentang praktik-praktik yang salah, upaya-upaya yang keliru, yang dilakukan sejumlah negara.
Sebagai contoh, sejumlah negara saat ini telah meningkatkan kontradiksi. Mereka melibatkan diri mereka dalam konfrontasi blok, dan politik kubu-kubu. Hal semacam itu tidak hanya mendatangkan kesulitan, tapi juga bencana bagi negara dan masyarakat di seantero dunia.
Jika melihat satu dekade ke belakang, setelah akhir dari Perang Dingin, ada berapa banyak perang yang sudah terjadi antar negara-negara. Banyak dari mereka adalah negara Islam, negara Muslim. Jadi, merupakan hal tak bermoral untuk memainkan geopolitik seperti ini, yang mengorbankan kepentingan warga sipil tak berdosa. Tiongkok menentang hal ini, dan kami akan terus mengambil sikap dan posisi tegas terhadap praktik-praktik yang salah. Kami juga menentang praktik yang berusaha mencoreng citra negara lain.

Wawancara khusus dengan Dubes Tiongkok Lu Kang. (Medcom.id)
9. Banyak negara anggota G20, terutama Barat, mengaku tidak ingin terlibat dengan Rusia di Bali pada November ini. Mereka bahkan menyerukan memboikot Rusia. Apa pandangan Anda soal hal ini?
Pertama, seperti yang sudah saya katakan, G20 adalah panggung untuk diskusi antar negara-negara ekonomi besar, dengan tujuan mengkoordinasikan kebijakan makro masing-masing.Dalam kondisi dunia saat ini, tantangan terjadi dari waktu ke waktu, di berbagai tempat dan waktu. Dalam logika mereka, saat ada insiden tertentu, "kita harus memperumit agenda atau fokus G20."
Poin kedua, semua anggota G20 adalah anggota yang setara. Tidak ada satu anggota pun yang berada di posisi yang lebih baik atau lebih tinggi. Tidak ada negara anggota yang bisa mengusir anggota lainnya.
Sekarang mari kita berhitung. Setelah Perang Dingin berakhir, ada berapa perang yang dilancarkan kepada negara-negara tertentu, terutama perang yang dilakukan tanpa otorisasi dari Dewan Keamanan PBB.
Lantas, apakah negara-negara yang melancarkan perang seperti itu harus diusir dari forum internasional? Itu adalah pertanyaan yang harus mereka tanyakan sendiri kepada diri mereka.
10. Mengenai Laut China Selatan, apakah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah sengketa wilayah secara damai antara Tiongkok dan negara-negara pengklaim?
Laut China Selatan. Saya rasa (perdamaian) itu bukan hanya harapan Tiongkok, tapi juga semua negara yang berada di sekitar Laut China Selatan. Kami ingin menjadikannya sebagai Laut Perdamaian, Laut Kesejahteraan, dan Laut Persatuan. Tahun ini merupakan peringatan 20 tahun CoC (Code of Conduct). Dalam kerangka ini, saya rasa negara-negara di kawasan, maksud saya adalah Tiongkok dan negara-negara ASEAN, kita telah berhasil dalam menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan ini.
Negara-negara yang memiliki klaim berbeda atau sengketa (atas Laut China Selatan), baik itu dalam hal wilayah atau yurisdiksi, sebenarnya mereka dapat mengesampingkan perbedaan-perbedaan dan fokus kepada pertumbuhan bersama demi kepentingan bersama juga. Saya rasa ini adalah pendekatan dasar yang harus dijalankan.Dan menurut pemahaman saya, Tiongkok dan negara-negara ASEAN, terus mengintensifkan diskusi atau negosiasi atas CoC. Negosiasi dapat menghadirkan semacam basis bagi negara-negara di kawasan ini dalam upaya mempertahankan hubungan untuk mengatasi berbagai perbedaan yang ada. Kita tentu mendapat benefit dari kerja sama atau negosiasi semacam itu. Benefitnya tidak hanya untuk masyarakat di kawasan ini, tapi juga komunitas dunia. Dan kita tentu berharap masyarakat di luar kawasan ini dapat menghormati hal tersebut.