Medcom.id berkesempatan mewawancarai Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang di kediamannya di Jakarta pada 24 Mei 2022.
Dubes Lu Kang memberikan pandangannya mengenai hubungan Indonesia-Tiongkok sejauh ini, serta membahas berbagai isu kawasan serta global yang menjadi perhatian bersama.
1. Hubungan antar Tiongkok dan Indonesia telah terbentuk sejak berabad-abad lalu. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan bilateral kedua negara sejauh ini?
Hubungan Tiongkok dan Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Merupakan kehormatan bagi saya bisa menjadi duta besar Tiongkok untuk Indonesia.Jika kita melihat ke beberapa tahun terakhir, hubungan ini telah berkembang di hampir semua bidang. Pertukaran terjadi di berbagai level, terutama di level atas antar kedua negara. Kita juga dapat melihat peningkatan besar dalam volume perdagangan dan pertukaran people-to-people antar kedua negara.
Jika saya melihat hubungan bilateral ini, saya melihatnya tidak hanya untuk kedua negara kita, tapi dalam konteks yang lebih luas. Tiongkok dan Indonesia, kita adalah negara berkembang yang sama-sama penting, jadi hubungan bilateral ini dapat menjadi model percontohan yang baik bagi kerja sama antar negara-negara berkembang lainnya.
Indonesia adalah negara ASEAN yang sangat penting, dan juga tetangga yang sangat penting bagi Tiongkok. Jadi, hubungan bilateral yang baik antar Tiongkok dan Indonesia ini dapat menjadi bagian dalam upaya kita membentuk masyarakat menuju masa depan bersama.
Indonesia juga merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar. Dalam hal ini, hubungan bilateral Tiongkok dan Indonesia dapat menjadi refleksi yang baik mengenai hubungan dan kerja sama Tiongkok dengan negara-negara Islam, negara-negara Muslim secara umum.
Beberapa bulan lalu, tahun ini, untuk kali pertama, Menteri Luar Negeri Tiongkok menghadiri pertemuan level menteri di OIC. Dalam pertemuan itu, beliau mengajukan inisiatif bahwa Tiongkok dan semua negara Islam sebaiknya menjadi mitra, dalam mendorong kerja sama yang lebih erat, mendorong penguatan stabilitas dan keamanan, dan mendorong pertumbuhan serta kesejahteraan. Dan terakhir, kita sebaiknya menjadi mitra dalam mendorong pembelajaran bersama dan dalam pertukaran peradaban.
Jika kita melihat hal ini dalam konteks yang lebih luas, hubungan Tiongkok dan Indonesia bisa menjadi sangat penting. Dan hal ini juga menciptakan tantangan tersendiri bagi saya sebagai Duta Besar Tiongkok di sini, karena pemimpin dan rakyat kita bisa sangat berharap banyak.
2. Dalam pandangan Anda, apa pencapaian tertinggi dari hubungan antara Tiongkok dan Indonesia sejauh ini?
Seperti yang saya katakan sebelumnya, secara umum kondisi hubungan kedua negara kita dalam kondisi baik. Dan kita dapat melihat perkembangan yang sangat cepat, hampir di semua bidang. Sebagai contoh, di level tinggi, kita sering melihat interaksi antar dua presiden kita, Presiden Xi Jinping dan Presiden Jokowi, yang sudah pernah bertemu sekitar 10 kali. Selama pandemi Covid-19, keduanya sering melakukan kontak, baik melalui sambungan telepon atau metode lain.Dan tentu saja kita melihat volume perdagangan, antara Tiongkok dan Indonesia meningkat signifikan. Saya rasa Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia dalam 9 tahun berturut-turut. Dalam 6 tahun berturut-turut, Tiongkok menjadi tujuan nomor satu bagi ekspor Indonesia. Dan dalam 3 tahun terakhir, Tiongkok merupakan investor ketiga terbesar bagi Indonesia.
Dari sini dapat dilihat bahwa kemajuan yang cepat ini telah menguntungkan masyarakat kedua negara. Tapi hal lain yang perlu saya tekankan, bahwa terkadang bahwa hambatan dan tantangan dapat menjadi kesempatan bagi hubungan bilateral kita. Hal ini merefleksikan ketahanan hubungan kita.
Sebagai contoh, saat Covid-19 datang, tidak ada yang tahu virus apa itu sebenarnya. Tapi kita dapat melihat bahwa kedua negara kita dengan cepat saling membantu. Upaya gabungan kita dalam memerangi Covid-19 merupakan hal penting dalam hubungan bilateral kita, dan saya bangga atas hal tersebut. Saya yakin masih ada potensi besar bagi kita untuk bekerja sama lebih lanjut.
3. Volume perdagangan kita meningkat signifikan, bahkan saat pandemi Covid-19 juga, kan?
Bahkan selama pandemi. Tahun lalu, berdasarkan statistik dari Pemerintah Indonesia, (angkanya) sudah berkisar USD110 miliar. Sementara menurut statistik kami, (angkanya) sekitar USD120 miliar.
Wawancara khusus dengan Dubes Tiongkok Lu Kang. (Medcom.id)
4. Tiongkok dan Indonesia sangat aktif di komunitas internasional. Dalam situasi geopolitik global yang berubah cepat, bagaimana Tiongkok mengantisipasi hal seperti itu, contohnya mengenai perang Rusia-Ukraina?
Mengejar perdamaian dan kesejahteraan merupakan tujuan yang ingin dicapai semua orang di seluruh dunia. Tapi, ada hal-hal yang sudah sepatutnya kita khawatirkan di dunia saat ini.Pertama, selalu ada upaya-upaya dari pihak tertentu, yang terjadi di berbagai tempat dan waktu, untuk meningkatkan kontradiksi di seluruh dunia. Bahkan ada praktik-praktik yang berusaha melibatkan konfrontasi antar blok, konfrontasi antar kubu. Praktik seperti ini menambah ketegangan dan kesulitan di tengah masyarakat dunia.
Ada juga kebijakan-kebijakan tak bertanggung jawab sejumlah pemerintahan dalam konteks kebijakan makro. Hal seperti itu memicu turbulensi di seluruh pasar dunia, terutama mengenai ramifikasinya terhadap negara-negara berkembang.
Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya kecenderungan di sejumlah negara yang ingin mengubah 'aturan permainan.' Sebagai contoh, belakangan ini Anda mungkin mendengar ada sejumlah negara yang menyerukan suatu istilah yang mereka sebut dengan "tatanan internasional berbasis aturan."
Saat Anda tanya pemerintah-pemerintah tersebut, mengenai "aturan yang seperti apa?" atau "bagaimana mendefinisikan aturan tersebut?", mereka tidak pernah memberikan jawaban eksplisit.
Menurut pandangan kami, saat mengatakan "aturan internasional," sudah seharusnya aturan tersebut bersifat universal, diterima oleh dunia, oleh semua negara di dunia, dan harus sesuai dengan Piagam PBB. Tapi saat Anda bertanya ke negara-negara tersebut, "apakah aturan yang dimaksud itu merujuk kepada Piagam PBB?", mereka tidak pernah menjawab iya secara definitif. Itulah kecenderungan yang saya maksud, kecenderungan yang sangat berbahaya, dan semua negara harus mewaspadainya.
Dalam situasi yang sangat kompleks seperti saat ini, Tiongkok dan Indonesia, sebagai negara berkembang yang sama-sama penting di komunitas internasional, kita memiliki tanggung jawab dalam menjaga prinsip dan tujuan dari Piagam PBB. Kita juga harus menjaga kepentingan bersama di kalangan negara-negara berkembang. Jadi, masih banyak yang harus kita lakukan.
5. Sebagai duta besar baru di Jakarta, bentuk diplomasi seperti apa yang Anda rasa cocok untuk meningkatkan hubungan kedua negara kita?
Ada begitu banyak yang harus dilakukan, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, dan pekerjaan ini bisa dipenuhi dengan tantangan dan tuntutan. Tapi pada dasarnya ada tiga area yang bisa kita fokuskan.Pertama, mendorong lebih jauh ikatan kuat antar kedua negara, terutama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi. Kita juga harus bisa menyelesaikan berbagai proyek bersama dengan hasil yang berkualitas tinggi. Kita juga harus dapat menghadirkan hasil-hasil nyata yang dapat menguntungkan publik.
Kedua, adalah meningkatkan pemahaman, pengetahuan, mengenai masyarakat kedua negara kita. Merupakan hal penting untuk memperkuat pertukaran people-to-people, yang merupakan basis dari hubungan bilateral.
Ketiga, kita harus selalu ingat, Tiongkok dan Indonesia adalah pemain yang sangat penting di arena internasional. Kita harus bekerja sama dalam semua forum-forum internasional, untuk menyuarakan agenda-agenda penting untuk negara berkembang.
Tahun ini, Indonesia akan menjadi tuan rumah G20. Ini adalah acara besar. Tidak hanya acara besar untuk Indonesia, tapi juga Tiongkok, negara-negara Asia, negara-negara berkembang, dan untuk kondisi dunia saat ini.