6. Terkait dengan ancaman nuklir Rusia di kawasan Anda, bagaimana Uni Eropa merespons hal ini?
Ya, kami dengan tegas mengatakan, tindakan itu sama sekali tidak dapat diterima di Eropa dan di manapun. Kami menyerukan Rusia untuk mencari jalan negosiasi dan diplomasi untuk menyelesaikan situasi ini.7. Setelah serangan di perbatasan Polandia, apakah ada penguatan militer yang Uni Eropa lakukan di sekitar perbatasan Anda?
Kami tidak melakukannya pada kesempatan khusus itu. Kami, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, kami bukan organisasi militer seperti itu. Tapi tentu saja, serangan ini terjadi sekitar 10 kilometer dari perbatasan Polandia. Ledakan itu bisa dilihat dan terdengar dari wilayah Polandia.Jadi, (ledakan) itu hanya menunjukkan betapa nyatanya krisis ini bukan hanya untuk Ukraina, tapi juga untuk Eropa. Dan saya pikir, itu menjelaskan - dalam istilah yang sangat sederhana - mengapa Uni Eropa begitu khawatir dan mengapa kami menyerukan semua negara di seluruh dunia untuk mengisolasi Rusia, dalam perilakunya. Perilaku agresif terhadap negara Eropa lainnya.
8. Rusia mengatakan banyak negara-negara Barat membuat berita palsu (seputar invasi ke Ukraina). Apa tanggapan Anda?
Kami sangat yakin bahwa sumber dari berita-berita palsu ini sebenarnya adalah Rusia itu sendiri. Jika kalian mengamati bagaimana Rusia melegitimasi serangan militernya, mengatakan bahwa Rusia ingin melakukan den-Nazi-fikasi di Ukraina, coba saja cari Nazi di Ukraina. Anda pasti tidak akan menemukannya. Di sana memang ada satu partai sayap kanan ekstrem, dan partai itu ikut dalam pemilu terbaru. Mereka hanya meraih 1,6 persen suara, sehingga tidak masuk ke parlemen Ukraina. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai ada tidaknya kehadiran Nazi di Ukraina.(Tuduhan Rusia) ini jelas hanya rekayasa, disinformasi dan kebohongan. Rusia adalah sumber disinformasi dalam situasi ini. Rusia memanfaatkan semua kantor berita yang mereka punya, kantor berita pemerintah, yang sudah ditangguhkan operasionalnya di negara-negara UE. Kepada Sputnik dan Russian Today (RT), UE menegaskan bahwa keduanya tidak bisa menggunakan alasan kebebasan berbicara dan pers untuk mendukung perang.
Perlu saya tekankan, saat ini tidak ada kebebasan bermedia di Rusia. Sudah tidak ada lagi media independen yang beroperasi di sana, dan hanya ada media yang menyebarkan propaganda serta disinformasi sesuai yang didikte oleh Kremlin. Belum lama ini, media independen terakhir di Rusia, Novaya Gazeta, mengumumkan bahwa mereka harus berhenti beroperasi. Hal itu mengilustrasikan kondisi kebebasan bermedia dan pers di Rusia saat ini.
9. Banyak anggota Uni Eropa juga merupakan bagian dari G20, dan sebagian dari mereka ingin agar Rusia didepak dari keanggotaan G20. Apa tanggapan Uni Eropa?
Lima negara anggota Uni Eropa dan entitas Uni Eropa-nya itu sendiri adalah bagian dari G20, yaitu Jerman, Prancis, Italia, Spanyol dan Belanda. Jadi, secara keseluruhan ada enam (elemen UE) dari total 20 anggota G20.Di situasi saat ini, tentu tidak bisa hanya business as usual. Di panggung internasional, kami tidak bisa berhadapan dengan Rusia seperti sebelumnya, seperti tidak terjadi apa-apa. Kami mengatakan kepada Indonesia, bahwa dalam konteks saat ini, kami sangat, sangat sulit untuk berhadapan dengan Rusia di G20. Sekarang tergantung dari Pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan langkah ke depan dan mencari solusinya.
10. Duta Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan bahwa reaksi Barat terhadap perang di Ukraina sangat tidak proporsional. Ia membandingkan serangan Israel ke Gaza dan Amerika Serikat ke Libya, dan mempertanyakan mengapa kedua negara itu tidak dikenai sanksi. Apa pandangan Anda?
Pertama-tama, berbicara mewakili Uni Eropa, misi menjaga perdamaian kami di luar Uni Eropa semuanya berada di bawah mandat PBB, Dewan Keamanan PBB. Kedua, hal ini sangat sulit dan terkadang disalahartikan, di saat pihak tertentu membandingkan satu krisis dengan krisis lainnya. Kondisi masing-masing krisis berbeda, situasinya juga berbeda-beda. Membandingkan seperti ini merupakan hal yang tidak relevan, mungkin bagus untuk analisis ahli sejarah, tapi tidak relevan untuk situasi saat ini.Poin ketiga adalah, apa pun yang terjadi di masa lalu, seperti di Suriah, di Afghanistan, tidak bisa dijadikan pembenaran untuk perilaku agresif saat ini. Justifikasi seperti itu tidak bisa dilakukan.
Ukraina bukan ancaman bagi Rusia, tidak sedang akan menyerang Rusia, tapi justru sebaliknya. Rusia menumpuk 150 ribu personel militer, atau berapa pun itu jumlahnya, di perbatasan Ukraina. Rusia memasang perangkat militer, sistem rudal, dan lain-lain. Rusia kemudian menyerang tanpa provokasi apa pun.
Itulah isu yang harus kita hadapi, untuk terus menyerukan Rusia agar bersedia melakukan gencatan senjata, menghormati koridor kemanusiaan, dan menarik pasukan. Setelah itu, tentu saja kedua pihak, Rusia dan Ukraina, harus mendiskusikan solusi jangka panjang menuju perdamaian berkelanjutan.