“Ada sekitar 50 ribu pekerja yang Indonesia yang bekerja untuk perusahaan Prancis. Anda tambah juga keluarganya dan juga orang bekerja di sekitar perusahaan Prancis itu, termasuk transportasi dan lain sebagainya,” ucap Chambard.
Ini adalah jumlah yang sangat besar dari warga Indonesia yang mungkin terpengaruh dengan boikot. Seperti mengarahkan sasaran ke ekonomi Indonesia sendiri, menurut Dubes Chambard.
Baca: Tiga Remaja Didakwa dalam Kasus Pemenggalan Guru Prancis.
Dubes mengatakan, ada banyak produk yang dibuat dan diproduksi di Indonesia, dijual di Indonesia dan kadang di kawasan yang baik untuk ekspor Indonesia.
Boikot juga buruk karena tidak memberikan citra yang baik bagi Indonesia sebagai tempat investasi.
“Indonesia sendiri menawarkan kesempatan bagus untuk para investor asing. Salah satu tugas saya adalah membawa perusahaan Prancis datang ke Indonesia untuk melakukan investasi jangka panjang dan menghasilkan triliunan rupiah,” kata Dubes Chambard.
“Tapi bukan saja investor Prancis, tetapi juga investor Eropa jika mendengar seruan boikot serupa, tentu saja akan khawatir. Jadi boikot tidak ada artinya. Itu melukai Indonesia dan mengapa orang yang berbicara atas nama Indonesia, akan melukai negaranya sendiri,” pungkas Dubes Chambard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News