“Ini adalah jejak langkah sejarah kami. Tidak berarti prancis mengecam agama. Di Prancis bebas untuk orang mempraktikan agama apapun. Tetapi negara dan pemerintahannya tidak religius. Prancis tidak bisa mengutamakan salah satu agama dari agama lain,” sebut Dubes yang pernah juga bertugas di Indonesia sekitar 20 tahun lalu.
Chambard memberikan contoh, saat Natal, hiasan selama perayaan Natal seperti pohon Natal dan diorama nativity (kelahiran Yesus) di sebuah balai kota tidak diperbolehkan. Dengan segera hal itu akan diminta untuk dibongkar karena dianggap mewakili Kristen. Ini dikarenakan tidak diperbolehkan simbol agama muncul di sebuah gedung pemerintah.
Agama dalam krisis
Salah satu komentar dari Presiden Emmanuel Macron yang membuat panas umat Muslim usai insiden pembunuhan guru di Prancis, Samuel Paty, adalah Islam disebut sebagai agama dalam krisis.Paty dibunuh usai menggunakan kartun Nabi Muhammad dari Charlie Hebdo sebagai materi pembelajarannya. Hal tersebut yang membuat Macron melontarkan komentar kontroversial.
“Komentar Presiden Prancis itu didasarkan karena ada banyak tokoh Islam yang mengatakan ada krisis di dalam Islam. Jadi tidak menyimpulkan sesuatu sendiri,” sebut Dubes Chambard.
Baca: Macron Berusaha Redakan Ketegangan Terkait Kartun Nabi Muhammad.
“Tetapi dalam pikirannya itu bukan kritikan untuk islam. Ada banyak krisis di banyak agama. Tentu sangat sulit bagi Islam, ada orang yang mengklaim mewakili Islam dan melakukan tindakan terorisme,” menurutnya.
“Jadi ini seperti krisis mengalami hal tersebut. Jika itu tidak dianggap krisis, saya tidak tahu lagi harus menyebut apa,” tanya Dubes Chambard.
Bagi Dubes Chambard Islam adalah agama yang tidak mendorong terorisme. Meraka yang melakukan teror atas nama Islam, jelas menimbulkan masalah bagi agama itu sendiri.
Boikot produk Prancis
Sementara seruan boikot terhadap produk Prancis muncul di banyak negara Islam, karena komentar Macron. Dubes Chambard mengatakan, seruan itu tentu merusak kepentingan ekonomi.“Alasan boikot sangat sulit diperkirakan. Tetapi Boikot tentunya bisa merusak kepentingan ekonomi Prancis tentunya. Tetapi di sini, juga merusak Indonesia,” tuturnya.