Polisi menahan seorang jurnalis bernama Kay Zon Nwe di kota Yangon, Myanmar pada 27 Februari 2021. (Ye Aung THU/AFP)
Polisi menahan seorang jurnalis bernama Kay Zon Nwe di kota Yangon, Myanmar pada 27 Februari 2021. (Ye Aung THU/AFP)

6 Jurnalis Myanmar Didakwa Sebarkan Berita Palsu

Marcheilla Ariesta • 03 Maret 2021 14:49
Yangon: Otoritas militer Myanmar mendakwa enam jurnalis yang meliput protes anti-kudeta. Salah satu dari mereka adalah juru kamera dari kantor berita Associated Press (AP), Thein Zaw.
 
Thein ditangkap Sabtu pekan lalu saat meliput demo di kota Yangon. Pengacara Thein Zaw mengatakan kliennya dan lima jurnalis lain didakwa dengan tuduhan menyebarkan berita palsu dan menghasut pegawai negeri untuk ikut berunjuk rasa.
 
Junta Myanmar mengubah undang-undang terkait penghasutan bulan lalu, yang mengubah vonis penjara maksimal dari dua tahun menjadi tiga tahun.

"Ko Thein Zaw hanya melaporkan (berita) sesuai dengan undang-undang kebebasan pers - dia tidak memprotes, dia hanya melakukan pekerjaannya," kata pengacara bernama Tin Zar Oo, dilansir dari laman AFP pada Rabu, 3 Maret 2021.
 
Ia menambahkan bahwa keenam jurnalis itu ditahan di penjara Insein di kota Yangon.
 
Lima jurnalis lainnya berasal dari Myanmar Now, Myanmar Photo Agency, 7Day News, dan Zee Kwet Online News dengan satu orang berstatus sebagai pekerja lepas. Wakil presiden berita internasional AP, Ian Philips, menyerukan agar Thein Zaw segera dibebaskan.
 
"Jurnalis independen harus diizinkan meliput berita dengan bebas dan aman tanpa takut akan menerima pembalasan dari pihak tertentu," kata Philips.
 
"AP dengan tegas melawan penahanan sewenang-wenang terhadap Thein Zaw," imbuhnya.
 
 

Sejak kudeta terjadi di Myanmar pada 1 Februari lalu, pihak berwenang terus meningkatkan taktik mereka dalam melawan pengunjuk rasa anti-militer. Pasukan keamanan telah menembakkan gas air mata, meriam air, peluru karet, hingga peluru tajam yang menewaskan sejumlah orang.
 
Minggu kemarin menjadi hari paling berdarah sejak kudeta militer di Myanmar. Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan sedikitnya 18 pengunjuk rasa Myanmar tewas ditembak dalam kurun waktu satu hari pada 28 Februari. AFP secara independen mengonfirmasi adanya 11 korban tewas di Myanmar, dengan lima korban berasal dari beberapa insiden sebelumnya.
 
Menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 1.200 orang telah ditangkap sejak kudeta Myanmar, dengan sekitar 900 lainnya masih berada di balik jeruji besi atau menghadapi dakwaan.
 
Tetapi diperkirakan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi - media yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa pada hari Minggu saja lebih dari 1.300 orang telah ditangkap.
 
AAPP mengatakan bahwa 34 wartawan termasuk dari jajaran individu yang ditahan pihak militer sejauh ini, dengan 15 di antaranya telah dibebaskan. "Penindasan ini menghalangi arus informasi dan berita yang akurat," kata AAPP.
 
Mereka menambahkan bahwa wartawan menjadi sasaran "serangan kekerasan" meskipun memiliki kredensial yang jelas.
 
Penangkapan terbaru terjadi pada hari Senin, ketika seorang jurnalis Myanmar dari Suara Demokratik Burma (DVB) menyiarkan langsung penggerebekan tengah malam di rumahnya.
 
Kudeta militer di Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang diawali dengan penahanan sejumlah tokoh penting termasuk Presiden Win Myint dan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
 
Baca:  Presiden Myanmar Hadapi Dua Dakwaan Baru
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan