Demonstran membawa poster wajah Presiden Myanmar Win Myint dalam unjuk rasa di kota Yangon pada 21 Februari 2021. (Sai Aung Main/AFP)
Demonstran membawa poster wajah Presiden Myanmar Win Myint dalam unjuk rasa di kota Yangon pada 21 Februari 2021. (Sai Aung Main/AFP)

Presiden Myanmar Hadapi Dua Dakwaan Baru

Marcheilla Ariesta • 03 Maret 2021 13:28
Yangon: Presiden Myanmar Win Myint menghadapi dua dakwaan baru, termasuk pelanggaran konstitusi. Pengacaranya, Khin Maung Zaw, mengatakan bahwa dua dakwaan terbaru ini berpotensi membuat kliennya dijatuhi vonis hukuman hingga tiga tahun penjara.
 
Sebelumnya, Win telah didakwa atas dugaan pelanggaran protokol kesehatan Covid-19.
 
Win Myint ditahan pihak militer pada 1 Februari bersama pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi. Penahanan dilakukan hanya beberapa jam sebelum militer melakukan kudeta.

Khin mengatakan tanggal persidangan selanjutnya untuk Presiden Win Myint belum diketahui.
 
Sementara itu, Suu Kyi telah muncul untuk kali pertama di sidang pengadilan melalui konferensi video pada Senin kemarin. Ia hadir saat para penentang kudeta Myanmar beraksi di berbagai kota, satu hari usai petugas keamanan menembak mati 18 demonstran.
 
Pengacara Suu Kyi, Min Min Soe, mengatakan bahwa bahwa kliennya telah meminta untuk bertemu tim kuasa hukum. Namun hingga kini Suu Kyi masih belum dapat bertemu pengacaranya.
 
Jadwal persidangan Suu Kyi berikutnya diagendakan 15 Maret mendatang. Sebelumnya, Suu Kyi telah dikenai dua dakwaan. Pertama, terkait kepemilikan walkie talkie ilegal, dan kedua mengenai pelanggaran Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam. 
 
Sementara dalam dakwaan ketiga, Suu Kyi dituduh melanggar aturan pemerintah terkait pandemi Covid-19 selama masa kampanye pemilu 2020.
 
Baca:  Kyaw Moe Tun Tegaskan Dirinya Masih Dubes Resmi Myanmar
 
Protes Terus Berlanjut
 
Di tengah dakwaan baru bagi Win dan Suu Kyi, protes anti kudeta terus terjadi di Myanmar. Pasukan keamanan menembakkan tembakan peringatan ke udara saat pedemo berkumpul di satu situs di Yangon pada Rabu, 3 Maret 2021 pagi waktu setempat.
 
"Sejauh ini 21 rekan kami tewas karena kekerasan oleh polisi. Kami akan terus melawan," kata salah satu pedemo, dilansir dari Channel News Asia.
 
Sementara itu, para menteri luar negeri ASEAN telah melakukan pertemuan informal yang membahas mengenai masalah Myanmar. Dalam pernyataan bersama, ASEAN mengatakan siap bekerja sama dengan Myanmar untuk mencapai solusi damai dari masalah pelik saat ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan