"Saya sangat khawatir bahwa yang terburuk akan terjadi selanjutnya karena tempat saya tinggal sangat intens, dengan pasukan keamanan menarik orang-orang dari jalanan,” tuturnya.
Wanita itu mengatakan dia telah membeli tiket bus untuk negara bagian asalnya di barat Myanmar dan akan pergi dalam beberapa hari.

Polisi Myanmar hadapi para pedemo. Foto: AFP
Seorang warga mengatakan, kepada AFP bahwa dia takut ditembak oleh pasukan keamanan. Dia mengatakan, pasukan keamanan mengancam orang-orang jika mereka tidak membersihkan barikade.
"Kami seperti tikus rumah yang mencari sesuatu untuk dimakan di dapur orang lain," ucap seorang pria yang menggambarkan ketakutannya meninggalkan rumahnya minggu ini untuk mendapatkan susu untuk kedua anaknya.
Beberapa penduduk di seluruh kota mengatakan kepada AFP bahwa tentara dan polisi memaksa mereka dengan todongan senjata untuk melepaskan barikade yang melindungi lingkungan mereka.
Seorang pria berusia 29 tahun yang bekerja sebagai perajin emas di Yangon mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa dia telah meninggalkan kota itu.
"Terlalu menyedihkan untuk bertahan. Setelah tiba di sini di rumah saya, saya merasa jauh lebih lega dan aman,” katanya kepada AFP.
Data seluler di seluruh Myanmar juga telah turun sejak Senin. Kondisi itu menjerumuskan mereka yang tidak memiliki pengaturan Wi-fi ke dalam pemadaman informasi.
Persiapan untuk pengungsi
Di seberang perbatasan Myanmar di Provinsi Tak, Thailand, pihak berwenang mengatakan, mereka sedang mempersiapkan tempat penampungan untuk masuknya calon pengungsi.Baca: Jokowi Desak ASEAN Gelar Rekonsiliasi Atasi Kekerasan di Myanmar.
"Jika banyak rakyat Myanmar mengalir melintasi perbatasan karena kasus yang mendesak, kami telah menyiapkan langkah-langkah untuk menerima mereka," kata Gubernur Provinsi Tak, Pongrat Piromrat.