Protes mengecam kudeta militer di Myanmar makin memburuk dengan imbas kerusuhan. Foto: AFP
Protes mengecam kudeta militer di Myanmar makin memburuk dengan imbas kerusuhan. Foto: AFP

Tindakan Keras Militer Picu Warga Myanmar Lakukan Eksodus

Fajar Nugraha • 19 Maret 2021 16:31
Yangon: Jalan keluar dari kota terbesar Myanmar tersumbat pada Jumat 19 Maret, dengan orang-orang yang melarikan diri dari tindakan keras mematikan junta terhadap pedemo antikudeta. Pihak berwenang di negara tetangga Thailand mengatakan mereka sedang mempersiapkan masuknya pengungsi.
 
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Kudeta itu memicu pemberontakan massal yang berusaha dihancurkan oleh pasukan keamanan dengan kampanye kekerasan dan ketakutan.
 
“Setidaknya dua pengunjuk rasa lagi tewas pada Jumat di sebuah kota perdagangan kecil di timur laut Myanmar,” kata seorang pegawai rumah duka kepada AFP melalui telepon.

Baca: Anggota Parlemen Myanmar Ingin Ajukan Militer ke Pengadilan Kriminal Internasional.
 
Korban tewas terbaru itu membuat jumlah korban yang dikonfirmasi di seluruh negara sejak kudeta menjadi 225.
 
Junta juga minggu ini memberlakukan darurat militer di enam kota di Yangon, bekas ibu kota negara dan pusat perdagangan. Darurat militer secara efektif menempatkan hampir dua juta orang di bawah kendali langsung komandan militer.
 
Beberapa dari daerah itu telah menjadi zona pertempuran, dengan pengunjuk rasa melepaskan tembakan ketapel dan melemparkan bom bensin ke pasukan keamanan yang telah menembakkan peluru secara langsung.
 
Asap juga membubung di atas jalan-jalan yang hampir sepi, dengan pasukan keamanan membakar barikade yang terbuat dari ban kendaraan dan pagar yang telah dipasang oleh pengunjuk rasa.
 
Pada Jumat, media lokal menunjukkan lalu lintas menyumbat jalan raya utama menuju utara dari Yangon, melaporkan bahwa orang-orang melarikan diri dari kota ke daerah pedesaan.
 
AFP juga berbicara dengan penduduk yang telah melarikan diri atau bersiap untuk pergi.
 
"Saya tidak lagi merasa aman  beberapa malam saya tidak bisa tidur," ucap seorang penduduk di dekat salah satu distrik tempat pasukan keamanan membunuh pengunjuk rasa pekan ini kepada AFP.
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan